5 Pertempuran di Indonesia Pasca Kemerdekaan, Apa Saja?

Tidak hanya sebelum menjadi negara merdeka saja, tercatat ada sejumlah pertempuran di Indonesia pasca kemerdekaan. Terlebih lagi, perang yang terjadi di masa pasca kemerdekaan Indonesia tidak hanya terjadi satu ataupun dua kali. Apa saja perang tersebut dan latar belakangnya? 

Yuk, kita simak info selengkapnya di sini bersama-sama!

5 Pertempuran di Indonesia Pasca Kemerdekaan

Ada setidaknya, lima peperangan yang terjadi pasca kemerdekaan di Indonesia beserta peristiwa atau hal yang melatarbelakangi yang berhasil tercatat dalam sejarah. Apa saja?

1. Peristiwa Pertempuran 10 November (Surabaya, Jawa Timur)

Pertempuran 10 November
Pertempuran 10 November | Sumber gambar: gramedia.com

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Jawa Timur merupakan pertempuran di Indonesia pasca kemerdekaan yang paling terkenal dan melegenda.

Bahkan, foto orasi Bung Tomo di atas juga lahir dari pertempuran 10 November 1945 ini. Kira-kira apa yang menjadi latar belakang pertempuran ini bisa terjadi, ya?

Bisa dibilang, bibit awal dari pertempuran 10 November ini adalah datangnya tentara Belanda (NICA) bersama dengan tentara sekutu yang bernama Allied Force Netherland East Indies (AFNEI) ke Surabaya.

Pada tanggal 25 Oktober 1945, mereka datang di bawah pimpinan Jenderal A.W.S. Mallaby, seorang jenderal asal Inggris.

Menurut sejarah, kedatangan mereka memiliki sejumlah tujuan yang diperinci dalam uraian di bawah ini.

Baca Juga: Latar Belakang Pertempuran Surabaya 10 November 1945

3 Tujuan Utama Kedatangan NICA dan AFNEI ke Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945

1. Melakukan pembebasan terhadap para tawanan sekutu yang ditahan di Indonesia.

2. Menduduki beberapa gedung vital, seperti Pangkalan Udara Tanjung Perak dan Gedung Internatio.

3. Melakukan himbauan kepada masyarakat Indonesia agar memilih untuk menyerahkan senjata kepada pihak Sekutu dengan cara menyebarkan pamflet.

Tentu, kedatangan mereka ke Surabaya sontak memancing amarah arek-arek Surabaya (orang-orang atau penduduk lokal Surabaya). 

Arek-arek Surabaya tidak ingin menyerahkan senjata begitu saja kepada pihak Sekutu dan mereka juga tidak ingin diusik oleh kedatangan pihak Belanda dan Sekutu.

Pertempuran legendaris ini pun tidak bisa dihindari. Para arek Surabaya sangat bersemangat dalam mengusir pihak Belanda dan Sekutu serta mempertahankan Tanah Air Indonesia.

Semangat mereka makin menjadi-jadi saat Bung Tomo mengeluarkan orasi yang berapi-api untuk mengajak semua warga Surabaya agar menjaga kedaulatan Indonesia.

Pertempuran ini menyebabkan Jenderal A.W.S. Mallaby pun tewas di dekat Jembatan Merah.

Tetapi, kejadian itu bukan puncak dari pertempuran. 

Tewasnya Jenderal Mallaby sontak tentu membuat pihak Sekutu murka. Akibatnya, mereka mengultimatum masyarakat Surabaya untuk menyerah selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945.

Hasilnya? Masyarakat tidak menggubris ultimatum tersebut.

Akhirnya, pada akhirnya di tanggal 10 November 1945, pasukan sekutu menyerang kota Surabaya. Pertempuran ini menyebabkan 16.000 pejuang Indonesia gugur dan 2.000 tentara Sekutu tewas.

Untuk mengenang pertempuran ini, 10 November selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.

2. Peristiwa Bandung Lautan Api (Bandung, Jawa Barat)

Peristiwa Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api | Sumber gambar: gramedia.com

Pertempuran Bandung Lautan Api di Jawa Barat juga merupakan salah satu contoh pertempuran di Indonesia pasca kemerdekaan yang sangat lekat dalam ingatan anak bangsa. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946.

Apa yang melatarbelakangi peristiwa ini?

Awal mula dari peristiwa Bandung Lautan Api adalah kedatangan pasukan Inggris di Bandung yang dipimpin oleh Brigade MacDonald pada 12 Oktober 1945. Mereka melakukan tuntutan agar semua senjata yang ada di masyarakat diserahkan kepada pihak Sekutu.

Selain itu, orang Belanda yang baru saja bebas dari kamp tawanan juga melakukan tindakan yang meresahkan warga Bandung. Keadaan ini makin diperparah karena hubungan tentara Inggris dengan pemerintah Indonesia yang sudah tidak berjalan baik, bahkan, sebelum tentara Inggris datang ke Bandung.

Faktor-faktur tersebut tentu menjadi alasan yang tidak bisa menghindarkan bentrokan senjata antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan tentara Inggris.

Pada tanggal 21 November 1945 malam, Tentara Keamanan Indonesia (TKR) bersama dengan pejuang melakukan penyerangan terhadap markas tentara Inggris di Bandung, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger.

Kejadian tersebut sontak membuat pemimpin pasukan Inggris, Brigade MacDonald, murka. Beliau akhirnya memberikan peringatan keras kepada Gubernur Jawa Barat agar melakukan pengosongan di Bandung Utara dari penduduk dan juga pasukan bersenjata.

Lalu, apa reaksi Indonesia terhadap peringatan tersebut?

Peringatan dari Brigade MacDonald pada akhirnya menjadi pemicu Tentara Republik Indonesia (TRI) untuk melakukan sebuah operasi yang bernama “bumi hangus”. Aksi tersebut adalah sebuah operasi yang berencana untuk membakar habis Bandung.

Pasalnya, pihak Indonesia tidak terima jika Bandung dijadikan sebagai markas oleh tentara Sekutu dan NICA. Keputusan Indonesia untuk membakar habis Bandung tertuang di Musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) pada 23 Maret 1946.

Komandan Divisi III TRI, Kolonel Abdul Haris Nasution, pun akhirnya memerintahkan untuk melakukan evakuasi penduduk ke luar Bandung pada malam pembakaran kota.

3. Pertempuran Medan Area (Medan, Sumatera Utara)

Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area | Sumber gambar: katadata.co.id

Pertempuran Medan Area merupakan salah satu pertempuran di Indonesia pasca kemerdekaan yang terjadi pertama kali di antara pertempuran lainnya. Sesuai namanya, pertempuran ini terjadi di Medan, Sumatera Utara.

Awal dari pertempuran mirip dengan dua perang sebelumnya, yaitu kedatangan tentara Sekutu dan NICA, yang terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945 di Medan. Tujuan kedatangan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah untuk merebut kendali atas pemerintahan Republik Indonesia.

Kedatangan tentara Sekutu dan NICA pun pastinya memancing amarah warga Medan. Salah satu insiden yang terjadi adalah insiden yang terjadi pada tanggal 13 Oktober 1945 di Jalan Bali, Medan, Sumatera Utara.

Insiden tersebut terjadi karena ada seorang intruder yang mengambil sekaligus menginjak-injak lencana merah putih dari seorang pemuda Indonesia. 

Kejadian tersebut membuat para pemuda Medan marah dan akhirnya para pemuda bersama dengan TKR bertempur melawan pihak tentara Sekutu dan NICA.

Kemudian, pihak tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum yang menekan masyarakat Indonesia untuk menyerahkan semua senjata kepada pihak Sekutu. Tentu, ultimatum tersebut tidak dihiraukan sama sekali.

Pasukan Sekutu dan NICA melakukan serangan besar-besaran pada tanggal 10 Desember 1945 di Medan. Serangan yang dilancarkan oleh pihak Sekutu dan NICA ini menyebabkan banyak kerusakan dan korban di kedua belah pihak.

Tentara Sekutu dan NICA berhasil menguasai Medan pada April 1946. Namun, ini tidak membuat masyarakat Indonesia menyerah begitu saja. Pusat perjuangan rakyat Medan untuk sementara waktu pindah ke wilayah Siantar dan perlawanan berpindah ke luar Medan.

Tercatat, ada pertempuran lagi yang terjadi pada tanggal 10 Agustus 1946 di Kota Tebing Tinggi.

4. Pertempuran Puputan Margarana (Provinsi Bali)

Pertempuran Puputan Margarana
Pertempuran Puputan Margarana | Sumber gambar: radarmukomuko.disway.id

Pertempuran Puputan Margarana adalah pertempuran di Indonesia pasca kemerdekaan yang dipimpin oleh Kolonel I Gusti Ngurah Rai dan terjadi pada tanggal 20 November 1946.

Kolonel I Gusti Ngurah Rai menerima tugas untuk membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di wilayah Bali. Tujuannya tak lain agar dapat menghalau pihak Belanda untuk melakukan penyerangan maupun agresi.

I Gusti Ngurah Rai akhirnya berhasil membentuk pasukan TKR yang beliau namakan sebagai pasukan Ciung Wanara.

Pada Perjanjian Linggarjati tertulis bahwa wilayah Indonesia yang diakui oleh pihak Belanda adalah Sumatera, Jawa, dan Madura. 

Sedangkan, Bali ingin Belanda jadikan sebagai wilayah Negara Indonesia Timur (NIT). Dengan kata lain, Belanda ingin menjadikan Bali sebagai wilayah boneka.

Namun, I Gusti Ngurah Rai tidak terima jika Bali menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.

Kemudian, I Gusti Ngurah Rai bersama pasukan Ciung Wanara melakukan perampasan senjata yang dimiliki oleh pihak polisi NICA di wilayah Tabanan. Tentu, tindakan ini memancing amarah dari pihak Belanda.

Pertempuran Puputan Margarana terjadi saat pihak Belanda melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Ciung Wanara dan I Gusti Ngurah Rai yang sedang bergerak menuju ke Gunung Agung.

Kondisi terdesak ini membuat I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan seruan untuk bertempur hingga titik darah penghabisan untuk melawan pasukan Belanda.

Pertempuran Puputan Margarana berjalan dengan sangat sengit. Bahkan, pihak Belanda sampai harus memanggil bala bantuan, berupa pesawat tempur yang terbang dari Makassar.

Pasukan Ciung Wanara bertarung habis-habisan meskipun dihujani oleh tembakan dan bom. Akhir dari pertempuran ini adalah gugurnya I Gusti Ngurah Rai dengan 95 orang pasukan Ciung Wanara dan 400 pasukan Belanda tewas.

5. Peristiwa Pertempuran Ambarawa (Ambarawa, Jawa Tengah)

Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa | Sumber gambar: gramedia.com

Pertempuran Ambarawa adalah pertempuran di Indonesia pasca kemerdekaan yang terakhir, dan berlangsung selama tiga minggu, mulai dari 20 November 1945 hingga 15 Desember 1945.

Peristiwa Ambarawa ini melibatkan TKR dengan pasukan Inggris.

Awal dari peristiwa ini adalah saat pasukan Inggris datang ke Jawa Tengah untuk membebaskan tawanan yang ditahan pasukan Jepang. Namun, dalam prosesnya, terjadi perselisihan karena buruknya perilaku orang Belanda ketika proses pembebasan tersebut.

Kondisi itulah yang memantik bentrokan antara TKR dengan pasukan Inggris. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit hingga Inggris memanggil bala bantuan, seperti kapal penjelajah dan meriam artileri.

Tetapi, pasukan Inggris makin tertekan karena mereka juga harus melindungi para tawanan. Akhirnya, pasukan Inggris menyerah dan mundur.

Apa Pelajaran dari Pertempuran di Indonesia Pasca Kemerdekaan?

Sejumlah pertempuran di Indonesia pasca kemerdekaan tersebut tentunya memakan banyak kerugian bagi Indonesia saat itu, baik kerugian materi maupun korban jiwa. Tetapi, rasa cinta tanah air yang begitu besar tidak membuat masyarakat Indonesia gentar saat berhadapan dengan pihak penjajah. 

Kamu dapat melihat bahwa bahkan setelah proklamasi kemerdekaan terjadi, bangsa ini masih berjuang dengan segala keterbatasan. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah sepatutnya kamu memiliki semangat mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan perjuangan yang lebih baik.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page