7 Rumah Adat Jawa Timur: Jenis, Ciri Khas, dan Keunikannya

Membicarakan rumah adat Jawa Timur, kamu pasti akan terpikirkan oleh bentuk rumah Joglo. Sebagian besar rumah adat yang berada di Jatim memiliki bentuk limasan atau joglo. Meski demikian, setiap daerah di Jatim memiliki kekhasan tersendiri yang saling membedakan.

Beragamnya bentuk rumah adat tersebut tentu terdapat banyak campur tangan dari berbagai kepercayaan masyarakat di masa lampau. Mari simak penjelasan terkait jenis-jenis rumah adat yang terdapat di Jawa Timur di artikel ini.

7 Rumah Adat Jawa Timur

Tak jauh berbeda dengan rumah adat di bagian Jawa yang lain, rumah adat Jawa Timur juga terpengaruh kebudayaan Hindu Budha yang erat. Berikut 7 jenis rumah adat yang jarang diketahui oleh sebagian besar masyarakat di Jawa Timur, yaitu:

1. Rumah Joglo

Joglo Sinom
Joglo Sinom I Sumber gambar: Ruparupa.com

Rumah adat pertama dan yang terpopuler di kalangan masyarakat Jawa Timur adalah rumah Joglo. Berbeda dengan rumah Joglo yang ada di Jawa Tengah, Joglo Jawa Timur memiliki ciri khasnya tersendiri.

Bangunan berbentuk limas tersebut menunjukkan status sosial yang tinggi di masyarakat. Penggunaan kayu jati yang kokoh dan besar menjadi salah satu ciri khasnya. Joglo sendiri memiliki dua jenis, yakni Joglo Jompongan dan Joglo Sinom. 

Joglo Jompongan merupakan dasar dari rumah adat Joglo. Rumah ini berbentuk bujur sangkar dengan dua bagian sebagai pengerat. 

Sementara itu, Sinom merupakan bentuk joglo yang jauh lebih berkembang. Terdapat teras yang mengelilingi jenis rumah ini.

Berbeda dengan Jompongan, Joglo Sinom memiliki ketentuan tersendiri dalam jumlah penyangga yang digunakan. 

Pada dasarnya, bentuk rumah joglo memiliki kaitan erat dengan kepercayaan masyarakat Jawa pada masa lampau. Oleh karena itu, bangunannya banyak terpengaruh oleh budaya Hindu Buddha.

2. Joglo Situbondo

Joglo Situbondo
Joglo Situbondo I Sumber gambar: Tirto.id

Rumah adat Jawa Timur selanjutnya yang cukup terkenal adalah Joglo Situbondo. Pembeda rumah Joglo ini dengan kedua rumah joglo sebelumnya adalah pada kepercayaan kejawen sinkretisme yang masyarakatnya percaya sebagai lambang di rumah ini.

Pada Joglo Situbondo bangunan terbagi menjadi beberapa area. Terdapat pendopo sebagai bagian inti rumah yang di dalamnya terdiri dari dapur dan gudang di bagian kanan, kamar tidur di bagian kiri, dan bagian tengah sebagai tempat penyimpanan pusaka atau benda berharga.

Dalam Joglo Situbondo, terdapat hiasan dinding atau ornamen-ornamen yang menggambarkan kehidupan masyarakatnya. Tidak hanya rumah Joglo Situbondo, di Jawa Timur juga terdapat bentuk rumah joglo lainnya.

3. Rumah Osing

Rumah Osing
Rumah Osing I Sumber gambar: Detik.com

Rumah Osing merupakan rumah adat Jawa Timur yang berada di Banyuwangi. Osing terbagi menjadi tiga jenis bagian, yaitu Baresan, Crocogan, dan Tikel Balung. Hal yang membedakan ketiganya adalah jumlah pada bidang atapnya. 

Baresan terdiri dari empat bidang atap, Crocogan terdiri dari dua bidang, sedangkan Tikel Balung terdiri dari empat bidang. 

Pada rumah Osing terbagi menjadi 4 area, yaitu pembatas, teras, ruang tengah, dan dapur. Untuk lantainya masih berupa tanah dengan atap genting gerabah.

4. Rumah Adat Suku Tengger

Rumah Adat Suku Tengger
Rumah Adat Suku Tengger I Sumber gambar: Kompas.com

Suku Tengger di Bromo memiliki rumah adat dengan keunikan tersendiri. Keunikan tersebut terletak pada atapnya. Bentuk atap pada rumah adat suku Tengger adalah meruncing dan menumpuk ke bagian atas.  

Setiap rumah pasti memiliki bale yang digunakan sebagai tempat bersantai. Umumnya, rumah adat ini menggunakan kayu sebagai bahan utamanya dengan dua jendela saja di setiap rumah. 

Masyarakat Tengger selalu membangun rumah dengan bergerombol atau saling berdekatan, sehingga pembangunan rumah di sana tampak tidak teratur. 

Konsep ini sebenarnya memiliki tujuan tersendiri, yakni untuk menghalau angin kencang akibat cuaca buruk dan  untuk meningkatkan rasa solidaritas antar penduduknya.

5. Rumah Adat Dhurung

Dhurung
Dhurung I Sumber gambar: Pikiran-Rakyat.com

Dhurung merupakan rumah adat yang berbentuk gubug. Bahkan, pada bagian atap menggunakan daun pohan sebagai bahan utamanya. Bangunan ini biasanya terletak di sekitar ladang dan berfungsi sebagai tempat peristirahatan para petani.

Fungsi lain dari rumah adat ini adalah sebagai tempat berkumpulnya para penduduk untuk saling bersosialisasi. Bahkan tak jarang juga berguna sebagai tempat pencarian jodoh. 

Saat ini, bangunan adat ini banyak petani gunakan sebagai tempat penyimpanan padi dan pupuk.

6. Limasan Lambang Sari

Limasan Lambang Sari
Limasan Lambang Sari I Sumber gambar: Rumah.com

Limasan Lambang Sari merupakan rumah adat Jawa Timur yang berbentuk limas atau persegi panjang. Salah satu keunikannya adalah pada atap bangunannya yang berupa balok penyambung.

Terdapat empat sisi atap dengan enam belas tiang penyangga. Sebagai pusatnya, terdapat satu bubungan yang menghubungkannya. 

Pondasi yang rumah adat ini gunakan adalah bentuk umpak. Umpak sendiri merupakan bentuk tiang yang terbuat dari batu dengan purus sebagai penguncinya.

7. Limas Trajumas Lawakan

Limas Trajumas Lawakan
Limas Trajumas Lawakan I Sumber gambar: INews.ID

Terakhir adalah rumah adat Limas Trajumas Lawakan. Rumah adat ini merupakan rumah yang berkembang dari model Limasan Trajumas. Perbedaannya terletak pada emperan yang mengelilinginya. 

Selain itu, atap pada rumah adat inj memiliki empat sisi. Keempat sisi itu sendiri terdiri dari dua atap. Agar bangunan menjadi lebih simetris terdapat sebuah tiang yang berfungsi sebagai struktur utamanya.

Bangunan ini menggunakan kayu dengan serat kuat sebagai material utamanya, seperti jati, nangka, glugu, dan kayu berserat lainnya. Tujuannya agar kayu yang terpakai mampu menerima gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan. 

Baca Juga : 5 Macam Rumah Adat Jawa Tengah Paling Unik dan Ciri Khasnya

Filosofi Setiap Bagian Rumah Adat Jawa Timur

Arsitektur pada rumah di Jawa Timur tidak terbentuk secara sembarangan. Terdapat filosofi penting yang mempengaruhi bentuk arsitek dan interior rumah adat Jawa Timur, yakni: 

1. Atap

Atap pada rumah tradisional Jawa Timur mayoritas berbentuk gunungan. Gunung bagi masyarakat Jawa merupakan tempat yang sakral dan berkedudukan tinggi. 

Bentuk atap yang menyerupai gunung diharapkan dapat mendapat keberkahan dari para dewa sesuai dengan ajaran Hindu Budha yang melekat pada masyarakat.

2. Serambi

Bentuk serambi pada rumah adat menyerupai pendopo. Tak jarang serambi darI rumah adat jauh lebih luas daripada bangunan utamanya. Tujuannya agar pemilik rumah dapat menerima siapapun yang bertamu dengan terbuka.

3. Ukiran Pintu

Mayoritas rumah memiliki ukiran pada bagian pintunya. Keunikan ini merupakan pengaruh dari kepercayaan masyarakat di masa lampau. Masyarakat percaya, ukiran-ukiran tersebut dapat menghalau segala hal negatif yang hendak masuk ke dalam rumah.

4. Pringgitan

Pringgitan merupakan sebuah ruangan yang menghubungkan pendopo dengan bagian dalam rumah. Pada rumah adat Jawa Timur, pringgitan merupakan tempat pemilik rumah melakukan ritual sesuai kepercayaannya. 

5. Krobokan

Krobokan pada rumah adat Joglo merupakan tempat suci yang pemilik rumah gunakan untuk menyimpan berbagai benda berharga dan hasil panen pertamanya. 

Di masa lampau kepercayaan masyarakat Jawa pada keberadaan Dewi Sri masih sangat kental. Ruangan ini berfungsi untuk menghubungkan pemilik rumah dengan Dewi Sri.

6. Dalem Ageng

Dalem Ageng adalah bagian utama dari rumah adat. Ruangan ini merupakan wilayah pribadi sang pemilik rumah dengan anggota keluarganya dan biasanya memiliki bentuk undakan yang jauh lebih tinggi daripada ruang lainnya. Sebagai tempat pribadi, dalem ageng juga menjadi tempat peristirahatan.

7. Pawon

Pawon atau gandhok merupakan bagian belakang dari rumah adat. Letaknya biasanya agak berjauhan dari bangunan utama. Tujuannya adalah untuk memisahkan privasi antara bangunan utama dengan tempat masak atau dapur.

Baca Juga : 7 Upacara Adat Jawa Barat, Fungsi dan Pelaksanaannya

Sudah Lebih Mengenal Rumah Adat Jawa Timur?

Setiap jenis rumah adat Jawa Timur memiliki keberagamannya masing-masing yang dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakatnya. Setiap keunikan yang terdapat dalam rumah adat tidak serta merta dibangun apa adanya, tetapi terdapat nilai filosofis yang menyertainya. Misalnya, pendopo pada rumah joglo. 

Tidak hanya itu, di era yang modern ini bentuk rumah adat juga telah banyak mengalami perkembangan. Namun, kondisi tersebut tidak menghilangkan nilai filosofi yang telah melekat padanya. Bisa dikatakan, rumah adat merupakan cerminan budaya yang harus dilestarikan.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page