5 Upacara Adat Sumatera Selatan yang Masih Dilestarikan

Sumatera Selatan, salah satu provinsi di Indonesia, memiliki warisan budaya yang kaya dan beragam. Nah, dari beberapa kekayaan budaya, terdapat 5 upacara adat Sumatera Selatan yang masih dilestarikan hingga saat ini. Upacara-upacara adat ini menjadi simbol penting dalam kehidupan masyarakat Sumatera Selatan.

Mempertahankan nilai-nilai tradisional dan spiritual untuk menjadi warisan generasi ke generasi tidaklah mudah. Melalui upacara-upacara ini, masyarakat Sumatera Selatan memperlihatkan keindahan, keharmonisan, dan keberagaman budaya mereka yang unik. 

5 Macam Upacara Adat Sumatera Selatan

Penasaran apa saja tradisi unik yang ada di wilayah Sumatera Selatan? Berikut ini adalah beberapa upacara adat Sumatera Selatan yang perlu Anda ketahui sekaligus jaga keberadaannya:

1. Bekarang Iwak

Bekarang Iwak
Bekarang Iwak | Sumber gambar: www.silontong.com

Tradisi Bekarang Iwak adalah ritual budaya khas masyarakat Palembang yang bertempat tingga di sekitar Sungai Lacak, di mana mereka akan berkumpul untuk menangkap ikan bersama-sama. Acara ini merupakan momen di mana ikan bisa masyarakat ambil secara gratis. 

Tradisi upacara adat Sumatera Selatan ini merupakan suatu peristiwa tahunan yang sangat dinanti-nantikan oleh penduduk setempat. Setelah berhasil menangkap ikan, masyarakat lokal mengadakan proses pemisahan antara ikan besar dan kecil sebelum membawa pulang hasil tangkapan mereka. 

Ikan besar yang tertangkap kemudian disumbangkan kepada tetua adat untuk mereka jual. Hasil penjualan ikan besar tersebut tidak hanya memberdayakan masyarakat Palembang, tetapi juga berguna untuk mendukung proyek-proyek pembangunan umum seperti pembangunan masjid dan jembatan. 

Keberhasilan tradisi ini bukan hanya terletak pada kerja sama antarwarga. Tetapi juga pada dampak positifnya terhadap pembangunan infrastruktur dan kehidupan masyarakat setempat.

Tradisi Bekarang Iwak bukan hanya sekadar kegiatan menangkap ikan, melainkan menjadi cerminan dari kebersamaan dan solidaritas masyarakat Palembang. Melalui tradisi ini, mereka tidak hanya menjaga keberlangsungan budaya lokal, tetapi juga menciptakan peluang untuk pertumbuhan dan kemajuan masyarakat. 

Acara upacara adat Sumatera Selatan ini mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai sosial yang menjunjung tinggi oleh masyarakat Palembang. Menciptakan sebuah perayaan yang merayakan kebersamaan dan kontribusi positif terhadap lingkungan mereka.

2. Sedekah Rame

Sedekah Rame
Sedekah Rame | Sumber gambar: www.mantabz.com

Umumnya, Sedekah Rame adalah upacara adat Sumatera Selatan yang dilakukan oleh para petani di suku Lahat. Tujuannya adalah untuk memohon perlindungan dan berkah dari Tuhan agar proses bercocok tanam, dari menanam padi hingga masa panen, berjalan lancar dan menguntungkan secara ekonomi. 

Dalam upacara ini, masyarakat petani membakar kemenyan sambil mengucapkan doa-doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian, memohon agar tanaman mereka tumbuh dengan baik dan melimpahkan hasil saat panen tiba. Upacara adat akan berakhir dengan makan makanan yang telah disiapkan bersama-sama.

Tradisi ini mencerminkan keimanan dan ketergantungan masyarakat terhadap kekuatan spiritual dalam menjalankan profesi mereka sebagai petani. Selain sebagai bentuk ibadah, Sedekah Rame juga menciptakan rasa persatuan dan kebersamaan di antara masyarakat petani.

Mengingatkan mereka akan pentingnya kerja keras dan kebersyukuran dalam mencari rezeki dari tanah yang mereka olah. Sedekah Rame juga memiliki dampak positif dalam memelihara budaya lokal dan mengajarkan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda. 

Melalui upacara adat Sumatera Selatan ini, pengetahuan mengenai keberlanjutan dan keseimbangan alam turun temurun terus terjaga. Menciptakan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan keberlangsungan mata pencaharian tradisional mereka. 

Dengan demikian, tradisi Sedekah Rame tidak hanya merupakan ritual keagamaan. Tetapi juga simbol kearifan lokal dan warisan budaya yang menghubungkan masyarakat dengan alam dan spiritualitas mereka.

3. Madik

Upacara Adat Sumatera Selatang Madik
Upacara Adat Sumatera Selatang Madik | Sumber gambar: www.mantabz.com

Madik berasal dari bahasa Jawa Kawi yang artinya mendekati atau pendekatan. Sedangkan dalam budaya upacara adat Sumatera Selatan, Madik adalah tindakan penyelidikan yang melakukannya utusan dari keluarga pihak pria terhadap seorang gadis. 

Tujuannya adalah untuk memperkenalkan diri, memahami latar belakang dan silsilah keluarga, serta mengetahui apakah gadis tersebut sudah mendapat pinangan dari pria lain atau belum. Jika gadis tersebut sudah memiliki calon pengantin, maka keluarga pihak pria harus mencari gadis lainnya.

Dalam konteks ajaran Islam, proses serupa mirip dengan Taaruf, di mana seorang pria berencana menikah dengan melakukan pendekatan terhadap seorang wanita. Apabila proses Taaruf berjalan lancar, mereka kemudian menetapkan tanggal pernikahan. Waktu antara proses Taaruf dan pernikahan tidak terlalu lama.

Meskipun berasal dari tradisi dan kepercayaan yang berbeda, Madik dan Taaruf menggambarkan upaya perkenalan dan pendekatan antara calon pasangan. Serta pentingnya memahami latar belakang dan kecocokan sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.

Kedua tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan. Lalu, saling menghormati, dan persetujuan dalam membangun hubungan yang berkelanjutan.

4. Ngobeng, Upacara Adat Sumatera Selatan Sejak Zaman Kerajaan Kuni

Ngobeng
Ngobeng | Sumber gambar: palembang.tribunnews.com

Tradisi Ngobeng telah ada sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam dan sesuai dengan ajaran Islam. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam makan bersama duduk bersila melingkar dan menggunakan tangan secara langsung. 

Namun, tradisi upacara adat Sumatera Selatan ini, yang merupakan bagian berharga dari warisan budaya Kesultanan Palembang Darussalam, kini mulai terlupakan akibat pengaruh budaya luar. Banyak generasi muda di Palembang yang tidak akrab dengan Ngobeng karena terkikis oleh perubahan budaya. 

Meskipun begitu, tradisi ini masih sangat relevan dan terselenggara pada acara-acara seperti sedekah (kendurian), syukuran, perayaan hari besar keagamaan, dan pernikahan. Ngobeng merupakan warisan leluhur yang sarat dengan nilai-nilai kearifan penting.

Tradisi Ngobeng mengandung nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan saling menghormati yang memiliki makna mendalam. Dalam konteks modern, nilai-nilai tersebut tetap memiliki keunggulan dan relevansi, dan oleh karena itu, penting untuk generasi muda lestarikan. 

Ngobeng bukan hanya sekadar upacara adat Sumatera Selatan dengan makan bersama. Tetapi juga merupakan cerminan dari kehidupan berdampingan, kepedulian terhadap sesama, dan penghargaan terhadap nilai-nilai tradisional yang kaya akan kebijaksanaan. 

Oleh karena itu, upaya pelestarian tradisi Ngobeng sangat penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai luhur ini tetap hidup. Kemudian juga memberikan kontribusi positif dalam kehidupan masyarakat Palembang yang semakin modern.

5. Nganterke Belanjo

Nganterke Belanjo
Nganterke Belanjo | Sumber gambar: www.silontong.com

Upacara adat Sumatera Selatan, Nganterke Belanjo adalah ritual yang kaya akan tradisi dan makna. Biasanya, tradisi ini dilaksanakan beberapa minggu atau beberapa hari sebelum acara Munggah, dengan melibatkan kaum wanita sebagai pelaksana utama, sementara kaum pria mendampingi dalam peran pendukung.

Dalam persiapan upacara ini, uang belanja atau duit belanjo dimasukkan ke dalam kantong khusus berwarna kuning yang umumnya berhiaskan motif manggis. Selain uang, calon mempelai pria juga menyusun hantaran yang terdiri dari setidaknya 12 nampan. 

Nampan-nampan ini berisikan berbagai perlengkapan pesta, seperti terigu, gula, buah-buahan dalam kaleng, berbagai kue, dan jajanan lainnya. Terpenting, dalam setiap nampan juga terdapat “enjukan”, yaitu permintaan khusus yang telah sepakati saat awal perjanjian pernikahan sesuai dengan adat.

Upacara Nganterke Belanjo bukan hanya sebuah upacara adat Sumatera Selatan yang berlalu begitu saja. Melainkan mencerminkan kekayaan budaya dan kedalaman nilai-nilai tradisional Sumatera Selatan. 

Peran aktif pihak perempuan dalam pelaksanaan upacara ini menekankan peran penting dan kuat yang kaum wanita miliki dalam mempertahankan warisan budaya. Mereka memiliki peran utama dalam menjaga dan merawat tradisi ini serta dalam menjalin hubungan sosial di masyarakat Sumatera Selatan.

Upacara ini lebih dari sekadar simbolisme, ia mencerminkan rasa persatuan dan keterlibatan aktif dalam persiapan pernikahan. Mereka menunjukkan bahwa kerja sama dan solidaritas keluarga dan masyarakat sangat ditekankan dalam tradisi ini. 

Dengan menjaga dan merayakan Nganterke Belanjo, masyarakat Sumatera Selatan menghormati dan memelihara nilai-nilai budaya mereka yang kaya dan berharga, yang seharusnya generasi mudah terus melestarikannya dan menghargainya.

Baca Juga : 6 Macam Upacara Adat Sumatera Utara, Fungsi, dan Tradisinya

Sudah Kenal dengan Upacara Adat Sumatera Selatan?

Melalui pembahasan tentang beberapa upacara adat Sumatera Selatan, kita telah menjelajahi kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakatnya. Dari Bekarang Iwak hingga Nganterke Belanjo, setiap upacara mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, kesepakatan, dan kearifan lokal yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. 

Memahami dan menghargai tradisi-tradisi ini bukan hanya menciptakan rasa kebanggaan terhadap warisan budaya. Tetapi juga membuka mata terhadap keberagaman dan keindahan tradisi-tradisi Sumatera Selatan. 

Sebagai penutup, mari kita terus menghormati, merawat, dan menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup. Serta menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Indonesia.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page