3 Unsur Biaya Produksi: Pengertian, Jenis, Unsur, Rumus & Contohnya

Biaya produksi merupakan faktor kritis yang harus kamu pertimbangkan dalam pengembangan dan menjalankan bisnis. Sebab, faktor ini mempengaruhi keberlanjutan dan profitabilitas bisnis kamu. Jika kamu sedang mencari referensi tentang biaya ini, mari jelajahi lebih lanjut tentang pengertian hingga cara menghitungnya. 

Pengertian Biaya Produksi

Dalam operasional perusahaan, biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi atau dalam usaha perusahaan untuk menjual barang jadi. Dalam menghitung biaya ini, kamu perlu mempertimbangkan 3 unsurnya, mulai dari bahan baku (material), tenaga kerja, dan overhead pabrik.

Jika ingin mengukur production cost, kamu harus senantiasa mencatat semua biaya tersebut dan memasukkannya ke dalam laporan keuangan perusahaan. Dari laporan tersebut, kamu bisa mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang jadi.

Barulah kemudian kamu dapat membandingkan pengeluaran seluruh biaya dan keuntungan yang diperoleh dari penjualan untuk menentukan apakah perusahaan tersebut memperoleh keuntungan atau malah mengalami kerugian.

Bagi pebisnis pemula, pemahaman tentang faktor ini sangat penting, karena dapat membantu kamu untuk membuat keputusan yang lebih tepat dalam hal penetapan harga produk, mengendalikan biaya, dan mengoptimalkan profitabilitas perusahaan. 

Dengan mengelola production cost secara efisien, kamu dapat menilai kesehatan keuangan bisnis kamu. 

Jika production cost suatu produk atau layanan secara konsisten lebih tinggi daripada laba yang diperolehnya, perusahaan dapat menghentikan produksi atau mencari cara untuk memangkas biaya agar tetap sesuai anggaran. 

Jenis-Jenis Biaya Produksi

Secara umum, production cost sebuah produk atau layanan itu terbagi menjadi dua jenis, yakni biaya langsung dan biaya tidak langsung. Berikut penjelasannya:

1. Biaya Langsung

Dalam bisnis, yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya yang dapat diatribusikan atau dikaitkan dengan produksi suatu produk atau layanan tertentu. Biaya ini terkait dengan penggunaan sumber daya yang langsung terlibat dalam proses produksi. 

Staf akuntansi perusahaan biasanya akan mencatat biaya langsung pada setiap tahap proses produksi dan kemudian menjumlahkannya untuk menemukan total production cost untuk setiap produk. Biaya langsung seringkali variabel atau dinamis, yang artinya biaya ini dapat berfluktuasi tergantung pada faktor-faktor tertentu.

Misalnya, jika ketersediaan bahan baku langka, maka biaya pengadaannya pun relatif lebih mahal. Biaya untuk upah tenaga kerja juga kerap kali berbeda, tergantung dari sektor usaha, masa kerja, jabatan, kebijakan pemerintah terkait UMR di daerah, dll. 

Pengukuran biaya langsung penting, karena memungkinkan kamu untuk mengetahui dengan tepat berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap produk atau layanan yang diproduksi. Contoh biaya langsung, antara lain:

  • Bahan baku: Biaya yang dikeluarkan bisnis untuk membeli atau menghasilkan bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi. Misalnya, bahan baku kayu dalam industri furnitur.
  • Tenaga kerja langsung: Upah atau gaji yang diberikan kepada tenaga kerja yang langsung terlibat dalam produksi barang atau layanan. Contohnya, upah operator mesin pada pabrik tekstil.

2. Biaya Tidak Langsung

Jenis biaya produksi ini juga dikenal sebagai biaya overhead, yakni biaya yang tidak dapat langsung diatribusikan secara spesifik kepada produk atau layanan tertentu. 

Biaya ini mencakup penggunaan sumber daya yang tidak terpisahkan dari proses produksi, tetapi berkontribusi secara keseluruhan dalam menghasilkan barang atau layanan. 

Sebagai pebisnis, penting untuk menghitung biaya ini, karena membantu perusahaan dalam mengestimasi total production cost dan menentukan harga jual produk. Biaya tidak langsung dalam operasional bisnis, meliputi:

  • Biaya overhead pabrik: Beban yang terkait dengan pengoperasian pabrik atau fasilitas produksi, seperti biaya listrik, tagihan air, tagihan internet, biaya pemeliharaan mesin, biaya pemasaran, dll.
  • Biaya administrasi: Biaya yang terkait dengan fungsi administratif perusahaan, termasuk peralatan kantor, ATK, gaji staf administrasi, atau biaya staf akuntansi, tunjangan karyawan, dll.

Unsur-Unsur dalam Biaya Produksi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa production cost terdiri dari beberapa biaya tertentu yang dilakukan selama proses produksi perusahaan. Biaya tersebut mencakup biaya pengadaan bahan baku, karyawan atau tenaga kerja, serta biaya overhead. Simak poin-poin di bawah ini untuk tahu lebih jelasnya!

1. Bahan Baku

Unsur ini merujuk pada semua biaya yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku untuk diolah menjadi produk/jasa yang dapat dijual perusahaan kepada konsumen. Biaya bahan baku terdiri dari dua jenis, yakni biaya direct dan indirect material cost.

Direct material cost (biaya bahan baku langsung) mencakup seluruh pengeluaran untuk membeli bahan baku yang digunakan langsung untuk membuat produk atau layanan. 

Misalnya, kamu bisa melihat proses produksi di rumah makan. Bahan baku langsung terdiri dari sayuran, beras, ikan, telur, dan bahan lain yang langsung digunakan dalam pembuatan berbagai jenis menu.

Bahan baku tidak langsung meliputi semua  pengeluaran untuk membeli bahan baku yang tidak ada kaitan langsung dengan pembuatan produk jadi. 

Misalnya bungkus plastik, lem, sabun cuci untuk mencuci peralatan masak, kertas minyak, bahkan biaya penyimpanan bahan baku (listrik kulkas, tinta pulpen untuk pencatatan persediaan bahan baku, dan lain-lain).

Unsur ini penting untuk dimasukkan ke dalam penghitungan biaya produksi, baik itu biaya pembelian maupun biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pergudangan atau penyimpanan bahan baku. 

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Unsur lain yang harus kamu masukkan ke dalam production cost adalah biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini mencakup pengeluaran untuk membayar gaji/upah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi, mulai dari bahan mentah sampai barang jadi.

Misalnya gaji pokok, tunjangan (makan dan transportasi), seragam dan perlengkapan kerja, upah lembur, dll. Biaya tenaga kerja langsung sangat penting dalam perhitungan production cost, karena karyawan yang terlibat dalam proses produksi memiliki peran yang signifikan dalam menghasilkan barang atau jasa. 

Biaya ini dapat bervariasi, tergantung pada jumlah karyawan yang diperlukan, tingkat gaji yang telah disepakati, pembagian tugas, serta jam kerja. Perusahaan biasanya mengelompokkan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan jenis pekerjaan atau departemen yang terlibat dalam produksi. 

Contohnya saja dalam industri manufaktur, biaya tenaga kerja langsung dapat dibedakan antara pekerja produksi yang terlibat dalam perakitan barang dan operator mesin yang bertanggung jawab atas pengoperasian peralatan produksi.

Pengelolaan unsur biaya ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Misalnya, jika bisnis kamu lebih banyak menggunakan teknologi dan otomatisasi, ini dapat membantu meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia. Hal ini jugalah yang bisa mempengaruhi biaya tenaga kerja langsung.

Selain itu, faktor-faktor seperti perubahan kebijakan pemerintah terkait upah minimum, negosiasi kontrak dengan serikat pekerja, dan kondisi pasar tenaga kerja juga dapat mempengaruhi biaya tenaga kerja langsung.

3. Biaya Overhead Pabrik

Pengeluaran lain yang harus kamu pertimbangkan sebelum mengukur biaya produksi adalah biaya overhead. Biaya overhead merupakan pengeluaran perusahaan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, tetapi masih berhubungan dengan kondisi yang menentukan kelancaran perusahaan dalam memproduksi barang.

Unsur biaya ini dicatat, dikumpulkan, kemudian diperhitungkan dalam laporan laba rugi perusahaan. Contoh biaya overhead yang harus kamu perhitungkan dengan baik, antara lain:

  • Menyewa pabrik, gudang, atau tempat perusahaan memproduksi barang.
  • Biaya pengurusan gedung (jika kamu memiliki bangunan sendiri sebagai lokasi usaha, bukan sistem sewa).
  • Biaya perawatan, pemeliharaan, perbaikan, dan penyusutan (diferensiasi) mesin produksi.
  • Pengeluaran yang terkait dengan penggunaan listrik, air, telepon, gas, atau bahan bakar lainnya.
  • Biaya sistem keamanan.

Dari penjelasan di atas, bisa kamu lihat bahwa dalam penghitungan production cost perusahaan secara keseluruhan, ketiga unsur ini harus diperhitungkan dan disesuaikan dengan tingkat aktivitas produksi. 

Jika ketiga unsur tersebut dikelola dengan efektif, maka operasional bisnis bisa lebih efektif dan membawa keuntungan yang berkelanjutan bagi perusahaan.

Rumus Menghitung Biaya Produksi

Untuk menghitung production cost, rumus yang digunakan cukup sederhana, yakni dengan menjumlahkan semua pengeluaran dari tiga unsur production cost. Rumusnya adalah:

Total cost production= Material Cost+Labour Cost (Tenaga Kerja)+Overhead Pabrik

Rumus ini menggabungkan material cost, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik untuk menghitung total production cost yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Langkah-Langkah Menghitung Production Cost

Biaya produksi atau biaya manufaktur adalah metrik penting untuk dipertimbangkan bagi perusahaan. Dengan menggunakan rumus di atas, kamu bisa menghitung berapa biaya untuk mengubah bahan mentah menjadi produk jadi, dan berapa biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi setiap barang. Berikut langkah-langkah penghitungannya:

1. Tentukan Biaya Bahan Baku

Karena biaya bahan baku merupakan unsur utama yang penting dalam production cost, maka hitunglah dulu pengeluaran kamu untuk membeli dan menyimpan semua bahan baku. Rumusnya:

Biaya bahan baku yang digunakan = Persediaan awal + Pembelian ditambahkan – Persediaan akhir

Misalnya, jika di awal siklus produksi, total biaya bahan baku awal adalah Rp500.000,00. Kemudian, kamu membeli bahan tambahan sebesar Rp5.000.000,00. Maka, total bahan baku yang baru adalah Rp5.500.000,00. 

Jika pada akhir produksi persediaan bahan baku yang tersisa adalah Rp300.000,00. Maka, total biaya bahan baku yang digunakan adalah Rp5.200.000,00.

2. Hitung Biaya Tenaga Kerja Langsung

Langkah selanjutnya adalah menghitung total biaya tenaga kerja langsung. Hitunglah semua pengeluaran terkait jumlah SDM yang kamu pekerjakan, jabatan, serta besaran upah masing-masing. Kemudian, jumlahkan seluruh gaji tenaga kerja menjadi hasil akhir dalam menghitung biaya tenaga kerja langsung.

Sebagai contoh, bisnis kamu mempekerjakan 5 karyawan. Gaji bulanan 3 karyawan produksi sebesar Rp2.500.000,00 dan gaji bulanan 2 karyawan lainnya pada bagian finishing sebesar Rp2.000.000,00. Maka, total biaya tenaga kerja adalah Rp4.500.000,00.

3. Hitung Biaya Overhead Pabrik

Selanjutnya, kamu perlu membuat penghitungan rinci terkait biaya overhead selama periode produksi perusahaan. Mulai dari biaya listrik, air, dan biaya utilitas lainnya, penyusutan peralatan manufaktur, sewa bangunan, pemeliharaan peralatan, serta biaya overhead lainnya.

Misalnya, per bulan kamu menghabiskan Rp600.000,00 untuk listrik, Rp9.000.000,00 untuk sewa bangunan, Rp300.000,00 untuk tagihan air, dan Rp300.000,00 untuk pemeliharaan perlengkapan. Maka, total biaya overhead kamu mencapai Rp10.200.000,00.

4. Hitung Total Biaya Produksi

Jika semua unsur production cost sudah dihitung, selanjutnya jumlahkan semua biaya total dari langkah 1, 2, dan 3 di atas. 

Total cost production= biaya bahan baku + biaya tenaga kerja + biaya overhead pabrik

                                 = Rp5.200.000,00+Rp4.500.000,00+Rp10.200.000,00

                                 = Rp15.900.000,00

5. Tentukan Biaya Produksi Per Item Produk

Sebagai langkah opsional, kamu bisa sekalian menghitung harga produksi per item. Penghitungan ini akan membantu kamu dalam menentukan harga pokok per produk. 

Selain itu, penghitungan ini juga dapat membantu kamu memutuskan apakah kamu dapat memangkas biaya terkait produksinya, supaya bisa lebih menghemat. Untuk menghitung harga per item, bagi total production cost dengan jumlah produk yang diproduksi perusahaan dalam periode waktu yang dipilih. Rumusnya adalah:

Biaya produksi per item = total cost production ÷ jumlah unit produksi

Misalnya, katakanlah kamu memiliki bisnis yang berkecimpung dalam produksi tas. Total biaya produksi yang kamu habiskan mencapai Rp19.000.000,00 untuk memproduksi 100 item tas. Maka, biaya produksi per itemnya adalah:

Biaya produksi per item= Rp19.000.000,00÷100 item= Rp190.000,00 per item

Dari harga pokok produk per unit tas di atas, kamu bisa menambahkan margin keuntungan yang ingin kamu peroleh.

Manfaat Menghitung Biaya Produksi Bagi Perusahaan

Bagi sebuah bisnis atau perusahaan, menghitung production cost sangat penting untuk laporan keuangan dan pengajuan pajak. Selain itu, berikut beberapa alasan mengapa penghitungan production cost penting untuk dilakukan oleh pebisnis, baik itu pebisnis pemula maupun pro:

1. Lebih Baik dalam Mengambil Keputusan Bisnis

Penghitungan production cost memberikan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik, terutama yang terkait kesehatan finansial bisnisnya. 

Dengan mengetahui pengeluaran apa saja yang terlibat dalam pembuatan produk atau penyediaan jasa, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih rasional.

Baik itu terkait dengan penetapan harga, perencanaan produksi, alokasi sumber daya, dan strategi bisnis secara keseluruhan.

2. Penetapan Harga Jual

Dalam bisnis, menentukan harga jual yang tepat sangat penting untuk mencapai laba yang diinginkan dan mempertahankan daya saing. Nah, dengan menghitung biaya produksi, perusahaan dapat mengidentifikasi titik impas (break-even point) dan memperhitungkan margin keuntungan yang diinginkan. 

Hal ini membantu kamu sebagai pebisnis untuk menetapkan harga jual yang memadai, memaksimalkan laba, dan mempertahankan posisi di pasar.

3. Pengendalian Biaya

Menghitung production cost memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan biaya yang terkait dengan produksi. Dengan pemantauan dan analisis yang tepat, perusahaan dapat mengidentifikasi area biaya yang berlebihan atau tidak efisien, mengadopsi tindakan perbaikan, dan meningkatkan efisiensi operasional. 

Dari sini, kamu akan sangat terbantu dalam upaya mengurangi pemborosan, meningkatkan margin keuntungan, dan mempertahankan daya saing.

4. Evaluasi Kinerja

Penghitungan production cost juga penting dalam evaluasi kinerja bisnis kamu. Dengan membandingkan biaya produksi aktual dengan anggaran atau standar biaya, kamu bisa mengevaluasi apakah operasi bisnis berjalan sesuai dengan rencana.

Selain itu, kamu juga bisa mengidentifikasi penyimpangan, untuk kemudian mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Hal ini sangat berguna dalam memantau dan mengendalikan kinerja, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi.

5. Perencanaan dan Proyeksi Keuangan

Alasan lain mengapa menghitung production cost sangat penting dalam bisnis adalah memungkinkan perusahaan untuk merencanakan dan memproyeksikan keuangan mereka dengan lebih baik. 

Dengan memperkirakan production cost, perusahaan dapat mengidentifikasi kebutuhan pendanaan, mengelola arus kas, dan membuat keputusan investasi yang tepat. Jadi, keuntungan jangka panjang bisa lebih terencana dan penggunaan sumber daya bisa lebih optimal.

Contoh Penghitungan Biaya Produksi

Agar lebih jelas, berikut ini beberapa contoh perhitungan production cost yang bisa kamu jadikan referensi:

Contoh 1

Mari asumsikan bahwa perusahaan tas memiliki tiga komponen biaya utama, yakni material cost (bahan baku), labour cost (tenaga kerja), dan biaya overhead pabrik. Berikut adalah contoh penghitungan total production cost:

  • Biaya Bahan Baku:

Misalkan perusahaan tas menghabiskan total Rp30.000.000,00 untuk membeli bahan baku yang digunakan dalam produksi tas. Mulai dari kain, benang, resleting, busa, dll.

  • Biaya Tenaga Kerja Langsung:

Di perusahaan tas tersebut juga terdapat 10 karyawan yang terlibat langsung dalam proses produksi tas. Gaji bulanan masing-masing karyawan adalah Rp2.500.000,00. Oleh karena itu, biaya tenaga kerja langsung per bulan adalah:

Biaya Tenaga Kerja Langsung = (Jumlah Karyawan) x (Gaji Bulanan)

                                                 = 10 x Rp 2.500.000 = Rp 25.000.000

  • Biaya Overhead Pabrik

Selama proses produksi, perusahaan tas tersebut memperkirakan biaya overhead pabrik sebesar Rp15.000.000,00 per bulan. Ini mencakup biaya sewa pabrik, utilitas, pemeliharaan, dan biaya lain yang terkait dengan operasional pabrik.

Sekarang, untuk menghitung total production cost tas, kamu perlu menjumlahkan ketiga komponen biaya tersebut:

Total cost production= Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik

                                   = Rp 30.000.000,00+Rp25.000.000,00+Rp15.000.000,00

                                   = Rp70.000.000,00

Contoh 2

Mari ambil contoh bisnis yang berspesialisasi dalam memproduksi kursi. Biaya bahan baku yang mereka gunakan Rp50.000.000,00. Upah dan gaji untuk tenaga kerja dan pekerja berjumlah Rp30.000.000,00. 

Selain itu, perusahaan mengkompensasi tunjangan senilai Rp3.000.000,00 kepada tenaga kerja agar pelayanannya semakin berkualitas. Perusahaan juga terkadang menanggung biaya pemolesan kursi sebesar Rp15.000.000,00.

Produk kursi juga tak langsung sampai di tangan konsumen, sehingga perusahaan perlu menyewa gudang untuk penyimpanan, dengan membayar jumlah sewa Rp20.000.000,00. Perusahaan juga membayar total Rp10.000.000,00 sebagai gaji penjaga keamanan. 

Dari data tersebut, maka total biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar:

Biaya tenaga kerja langsung= upah tenaga produksi + tunjangan

                                             = Rp30.000.000,00+ Rp3.000.000,00=  Rp33.000.000,00

Biaya manufaktur= biaya poles + biaya sewa gudang + upah tenaga keamanan

                             = Rp15.000.000,00+Rp20.000.000,00+Rp10.000.000,00 

                             = Rp45.000.000,00

Biaya bahan baku= Rp50.000.000

Maka, total cost production yang harus dikeluarkan oleh perusahaan produsen kursi adalah sebesar Rp33.000.000,00 + Rp45.000.000,00 + Rp50.000.000,00 = Rp128.000.000,00.

Contoh 3

Sebuah bisnis toko kue memiliki rincian pengeluaran produksi sebagai berikut:

a. Bahan Baku:

  • Harga tepung per kg: Rp10.000,00

Jumlah tepung yang digunakan per bulan: 500 kg

Total biaya tepung: Rp10.000,00×500 kg= Rp5.000.000,00

  • Harga gula per kg: Rp8.000,00

Jumlah gula yang digunakan per bulan: 200 kg

Total biaya gula: Rp8.000,00×200 kg= Rp1.600.000,00

  • Harga mentega per kg: Rp25.000,00

 Jumlah mentega yang digunakan per bulan: 100 kg

Total biaya mentega: Rp25.000,00×100 kg= Rp2.500.000,00

  • Harga telur per butir: Rp500,00

Jumlah telur yang digunakan per bulan: 1000 butir

Total biaya telur: Rp500,00×1000 butir= Rp500.000,00

Total biaya bahan baku: Rp5.000.000,00+Rp1.600.000,00+Rp2.500.000,00+ Rp500.000= Rp 9.600.000,00

b. Tenaga Kerja:

 Jumlah karyawan: 3 orang

Gaji karyawan per bulan: Rp3.000.000,00

Total biaya tenaga kerja: 3 orangxRp3.000.000,00= Rp9.000.000,00

c. Biaya Overhead:

  • Estimasi biaya listrik dan utilitas per bulan: Rp1.500.000,00
  • Biaya asuransi: Rp500.000,00
  • Biaya perawatan dan perbaikan bangunan: Rp1.000.000,00
  • Biaya keamanan: Rp800.000,00
  • Biaya sewa bangunan per bulan: Rp6.000.000,00

Total biaya overhead: Rp500.000,00 + Rp1.000.000,00 + Rp800.000,00 + Rp6.000.000,00 = Rp9.800.000,00

c. Total production cost:

  • Total biaya bahan baku: Rp9.600.000,00
  • Total biaya tenaga kerja: Rp9.000.000,00
  • Biaya overhead: Rp9.800.000,00

Total biaya produksi: Rp9.600.000,00 + Rp9.000.000,00 + Rp3.800.000,00 = Rp28.400.000,00

Strategi Pengelolaan Biaya Produksi yang Efektif

Guna mengendalikan dan mengoptimalkan production cost, ada beberapa strategi yang bisa kamu lakukan sebagai pebisnis. Dengan mengimplementasikan strategi ini, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan profitabilitas. Berikut adalah beberapa strategi pengelolaan production cost yang efektif:

1. Identifikasi dan Evaluasi Biaya

Langkah pertama dalam mengelola production cost supaya lebih efektif adalah mengidentifikasi dan memahami semua komponen production cost perusahaan. Ini melibatkan pengumpulan data dan analisis biaya yang menyeluruh, termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead. 

Jika kamu paham betul tentang komponen biaya tersebut, kamu bisa mengidentifikasi area mana yang sekiranya bisa dilakukan penghematan.

2. Analisis Nilai (Value Analysis)

Selanjutnya diperlukan juga analisis nilai yang melibatkan peninjauan ulang produk atau proses produksi. Tujuannya ialah mengidentifikasi elemen yang tidak memberikan nilai tambah dan menghilangkannya. 

Dengan menganalisis setiap langkah dan komponen dalam proses produksi, perusahaan dapat mengidentifikasi pemborosan, redundant, atau tidak efisien yang dapat dikurangi atau dihilangkan untuk memangkas biaya produksi.

3. Pengendalian Inventaris

Pengelolaan persediaan (inventaris) yang efektif, sangat penting dalam mengendalikan production cost. Persediaan yang berlebihan dapat mengikat modal dan meningkatkan biaya penyimpanan, sementara persediaan yang tidak mencukupi dapat menyebabkan keterlambatan produksi dan pelanggan kecewa. 

Nah, salah satu cara yang bisa kamu lakukan agar inventaris bisa terkelola dengan tepat, kamu bisa gunakan metode just-in-time (JIT). Ini adalah semacam teknologi manajemen persediaan yang canggih, sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan tingkat persediaan dan mengurangi biaya yang terkait.

4. Negosiasi dengan Pemasok

Membangun hubungan yang baik dengan pemasok dapat membantu bisnis kamu mendapatkan harga yang lebih baik untuk bahan baku atau komponen. Jadi, pelajarilah ilmu negosiasi yang efektif, supaya bisa mengurangi biaya bahan baku dan melalui penawaran diskon atau kondisi pembayaran lainnya yang lebih menguntungkan.

Kini, Kamu Tahu Cara Menghitung Biaya Produksi!

Itulah penjelasan terkait production cost yang perlu kamu pahami untuk mengoptimalkan kesehatan keuangan bisnis kamu. Dari pembahasan di atas, bisa kamu lihat bahwa biaya produksi menjadi salah satu metrik penting dalam membangun dasar yang kuat untuk kesuksesan bisnis jangka panjang.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page