Pengertian Ekonomi Produktif, Manfaat, Analisis Biaya & Contohnya

Usaha ekonomi produktif (UEP) sangat penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Bentuk usahanya juga dapat bermacam-macam. Dimana, umumnya menyesuaikan dengan daerah kelompok masyarakat yang menjadi sasaran.

Program ini juga penting untuk dipahami oleh masyarakat secara umum. Sebab, mungkin ada masyarakat yang membutuhkan, namun belum terlibat. Selain itu, masyarakat juga dapat mendukung suksesnya setiap usaha dalam program ini.

Artikel ini mengupas hal ini secara lengkap. Mulai dari pengertian, manfaatnya bagi masyarakat, gambaran analisis biaya, hingga contoh-contohnya. Harapannya, artikel ini dapat menjadi rujukan yang menambah wawasan kamu.

Pengertian

Usaha ekonomi produktif adalah program kerja dari pemerintah pusat dan daerah yang berbentuk segala upaya untuk membuat kelompok masyarakat bergeliat secara ekonomi. Sasaran atau target kelompok ini adalah mereka yang termasuk kelompok rentan dan miskin.

Dalam program ini, pemerintah melakukan langkah-langkah praktis untuk mendorong masyarakat dalam berbisnis. Dengan demikian, masyarakat akan memiliki daya secara ekonomi untuk mempertahankan hidup yang layak.

Langkah-langkah ini, antara lain adalah bantuan modal, penyuluhan, hingga pendampingan. Dengan demikian, usaha milik masyarakat dapat berjalan dengan baik dan mendatangkan keuntungan.

Manfaat Ekonomi Produktif

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari program UEP yang dapat masyarakat rasakan secara umum:

1. Bantuan Modal

Manfaat pertama adalah adanya bantuan modal. Modal usaha seringkali menjadi hambatan bagi masyarakat untuk memulai usaha. Melalui program ini, hambatan utama ini dapat teratasi.

Masyarakat kemudian cukup fokus untuk menjalankan usaha dengan baik. Sehingga, usaha tersebut dapat memberikan imbal hasil yang optimal. Besaran modal ini bergantung pada ketentuan tiap dinas yang terlibat pada setiap daerah.

Namun, rata-rata adalah Rp2.500.000,00 sampai Rp7.500.000,00. Jenis usaha juga kemungkinan mempengaruhi besaran bantuan modal dari pemerintah.

2. Kemandirian Ekonomi

Manfaat kedua adalah pencapaian kemandirian ekonomi. Pemerintah menargetkan bahwa program UEP dapat mendorong masyarakat kelompok ekonomi rentan untuk tidak bergantung pada subsidi dari pemerintah.

Hal ini bukan berfokus untuk meringankan beban pemerintah dalam memelihara kehidupan warganya. Namun, untuk menuntun warganya agar dapat mencapai dan menjalani kehidupan yang lebih layak dan berkualitas.

Kemandirian ekonomi tentu dapat membuat masyarakat dapat mengakses berbagai fasilitas. Mulai dari pangan, pendidikan, dan kesehatan yang lebih baik.

3. Penyerapan Tenaga Kerja

Manfaat ekonomi produktif berikutnya adalah penyerapan tenaga kerja. Jenis-jenis usaha tertentu dengan sistem padat karya tidak hanya akan memperbaiki ekonomi pemilik usaha. Namun, juga masyarakat sekitar yang terlibat.

Misalnya adalah usaha home industri berupa pembuatan kerajinan, catering, pertanian, peternakan, dan sebagainya. Dengan demikian, berjalannya program ini akan meningkatkan kualitas kehidupan kelompok masyarakat lebih besar.

4. Identitas Daerah

Pembentukan identitas daerah juga dapat terwujud melalui program ini. Hal ini terjadi misalnya, jika jenis usaha tertentu kemudian menjadi ikon daerah tersebut. Sehingga, nama daerah juga semakin terangkat dan populer.

Sebagai contoh adalah Jepara yang populer sebagai kota ukir. Sebab, banyak masyarakat yang menekuni usaha tersebut. Contoh lain adalah Kota Yogyakarta yang populer sebagai sentra kerajinan wayang.

Terangkatnya usaha menjadi identitas daerah, tentu juga memberikan keuntungan bagi usaha itu sendiri. Khususnya, dalam hal branding yang adalah bagian dari strategi marketing.

Komponen Analisis Biaya

Selanjutnya adalah bagaimana melakukan analisis biaya, agar program usaha ekonomi produktif dapat berjalan dan mencapai target untuk mensejahterakan masyarakat. Berikut ini adalah penjelasan dari komponen analisis biayanya:

1. Biaya Modal Alat

Pertama adalah biaya modal alat kerja. Jenis usaha tertentu mungkin akan membutuhkan alat kerja yang wajib untuk terpenuhi sejak awal usaha. Pengadaan alat kerja ini sebisa mungkin berasal dari modal bantuan pemerintah.

Dengan demikian, masyarakat pelaku usaha tidak perlu mencari tambahan modal untuk mengadakan alat. Sebagai contoh adalah usaha peternakan, maka modal alat dapat berupa kandang dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.

Sedangkan pada usaha katering, modal alat dapat berupa alat masak dan peralatan makan untuk penyajian.

2. Biaya Modal Bahan

Komponen yang kedua adalah modal bahan. Biaya modal bahan perlu diperhitungkan hingga sebuah usaha dapat memberikan keuntungan untuk biaya operasional. Secara ideal, biaya bahan adalah untuk 3 hingga 6 bulan pertama.

Bahan-bahan tersebut adalah yang akan melalui proses hingga sebuah usaha memiliki produk jadi untuk menghasilkan keuntungan. Contohnya, dalam usaha peternakan, modal bahan adalah binatang ternak dan pakan.

Sedangkan pada usaha ekonomi produktif perdagangan, modal bahan adalah biaya untuk modal awal pembelian produk. Perhitungan hingga 3 atau 6 bulan bertujuan agar usaha tidak terhenti, karena kekurangan modal saat usaha dalam proses perintisan.

3. Biaya Modal Operasional

Selanjutnya adalah modal operasional. Ini adalah biaya-biaya rutin yang tidak habis pakai, seperti pada modal bahan. Yang termasuk dalam biaya modal operasional, antara lain listrik, air, gaji karyawan, dan sewa tempat jika ada.

Biaya modal operasional juga perlu diperhitungkan hingga 3 atau 6 bulan. Tujuannya juga sama, yaitu mencegah agar usaha tidak terhenti ketika sedang dalam proses perintisan awal.

4. Pendapatan

Komponen selanjutnya adalah pendapatan. Pencatatan dana masuk perlu sangat rinci, agar tidak terjadi kesalahan yang dapat merugikan. Dana yang tercatat dalam pendapatan akan menjadi penyeimbang neraca dalam analisis keuangan.

Pendapatan adalah laba yang perhitungannya dari keseluruhan dana masuk setelah faktor pengurang. Yang termasuk faktor pengurang adalah modal bahan dan operasional, serta jika ada cicilan untuk modal alat.

Mengukur Produktivitas Usaha Ekonomi Produktif

Sebuah program UEP tergolong sukses atau produktif melalui beberapa indikator. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya:

1. Kesehatan Neraca Keuangan

Analisis keuangan tidak hanya dilakukan saat akan merencanakan usaha. Hal ini justru perlu pengusaha lakukan secara konsisten tiap bulan dalam bentuk neraca keuangan. Neraca ini akan menjadi penanda sebuah usaha merugi atau untung.

Neraca yang sehat adalah apabila kolom pendapatan menunjukkan keuntungan atau laba. Sedangkan neraca yang tidak sehat adalah apabila kondisinya minus.

Pada awal jalannya usaha, neraca keuangan mungkin akan mengalami minus. Inilah pentingnya untuk mengadakan modal bahan dan operasional hingga 3 atau 6 bulan. Sehingga, usaha dapat terus berjalan, meskipun neraca belum sehat.

2. Perkembangan Skala Usaha

Pengukuran produktivitas usaha berikutnya adalah melalui perkembangan skala usaha. Semakin besar skala usaha, artinya usaha tersebut semakin produktif, yaitu bahwa usaha tersebut semakin menghasilkan laba yang menguntungkan.

Terdapat beberapa indikator perkembangan skala usaha ekonomi produktif, antara lain adalah apakah omset usaha tersebut semakin besar. Selain itu, apakah usaha tersebut telah membuka cabang baru atau mengeluarkan kategori produk baru.

Beberapa indikator tersebut menjadi tanda bahwa program UEP telah berhasil. Walau demikian, perhitungan perkembangan ini sebaiknya dibuat secara rinci dan tertulis. Sehingga, dapat mengetahui pasti skala perkembangannya.

3. Kesejahteraan Masyarakat

Indikator berikutnya adalah perbaikan kesejahteraan masyarakat yang terlibat dalam program UEP. Semakin produktif sebuah usaha, maka semestinya semakin membawa kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.

Pengukuran kesejahteraan setidaknya dapat melibatkan 2 aspek. Aspek pertama adalah masyarakat yang terlibat langsung. Misalnya adalah sebagai karyawan, yaitu apakah masyarakat memperoleh penghasilan yang mensejahterakan?

Sedangkan aspek kedua adalah masyarakat yang terlibat sebagai konsumen, yaitu apakah hasil usaha membuat masyarakat memperoleh akses lebih mudah pada kesejahteraan?

Misalnya, UEP berupa peternakan ayam petelur. Apakah masyarakat dapat memperoleh hasil produksi telur dengan lebih mudah dan harga yang terjangkau?

Contoh Peluang Usaha Ekonomi Produktif

Berikut ini adalah beberapa contoh peluang untuk program UEP beserta penjelasan singkatnya:

1. Usaha Pertanian

Usaha Ekonomi Produktif Pertanian
Pontianak Post

Contoh pertama adalah usaha pertanian. Bidang ini dapat melibatkan perkumpulan Dasa Wisma atau Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Langkah praktisnya adalah mengisi tanah pekarangan dengan tanaman yang memiliki nilai jual. Misalnya adalah cabai.

2. Usaha Peternakan

Usaha Ekonomi Produktif Peternakan
Majalah Infovet

Contoh kedua adalah usaha peternakan yang dapat melibatkan pemuda Karang Taruna. Misalnya, dengan membuat peternakan ayam petelur skala rumahan. Selain bertujuan untuk kemandirian pangan, hasil telur juga memiliki nilai jual.

3. Usaha Dagang

Usaha Ekonomi Produktif Perdagangan
UMKM Kompas

Contoh ketiga adalah usaha dagang. Misalnya adalah toko sembako, toko bahan pangan ternak, penjualan sayuran, dan sebagainya.

Memahami Pentingnya Program UEP

Program usaha ekonomi produktif adalah bentuk nyata bagaimana pemerintah berupaya untuk memberdayakan masyarakat. Tidak hanya melalui subsidi, namun mendorong masyarakat untuk lebih produktif. 

Mulai dari memanfaatkan lahan pekarangan untuk bertani, berternak, hingga memanfaatkan ruang di depan rumah sebagai kios kecil. Supaya masyarakat tergerak untuk selalu produktif dan tidak selalu bergantung pada subsidi pemerintah. Sehingga, tercipta kondisi perekonomian negara dan masyarakat yang baik.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page