14 Contoh Cerpen Singkat Beserta Strukturnya, Menarik Kamu Baca!

Cerpen merupakan cerita yang biasanya hanya memaparkan permasalahan dari satu tokoh utama saja. Jenis karya sastra yang satu ini juga tergolong sebagai fiksi prosa, karena memiliki alur cerita yang hanya fokus pada satu permasalahan saja. Berikut adalah beberapa contoh cerpen singkat yang menarik untuk kamu baca!

Apa Itu Cerpen?

Sebelum membahas apa saja contoh cerpen singkat, sebaiknya kamu mengetahui terlebih dahulu apa itu cerpen. Menurut KBBI, cerpen atau cerita pendek merupakan sebuah tulisan yang menceritakan tentang kisah pendek dari seorang tokoh dan isinya tidak lebih dari 10 ribu kata. 

Cerpen juga tergolong sebagai cerita fiksi yang tidak benar-benar terjadi pada kehidupan nyata. Sesuai namanya, cerpen memiliki alur cerita yang pendek dan singkat. 

Umumnya, pembaca bisa menyelesaikan cerpen hanya dalam waktu antara 30 menit sampai 2 jam saja. Hal ini karena cerpen hanya membahas satu permasalahan saja.

Struktur Cerpen

Sebagai sebuah karya sastra, cerpen juga terdiri dari beberapa struktur atau bagian. Berikut adalah beberapa struktur penyusun cerpen yang bisa kamu pahami:

1. Abstrak

Abstrak merupakan struktur awal dari suatu cerpen yang biasanya terletak pada bagian awal suatu cerpen. Bagian abstrak ini berisi ringkasan singkat tentang penggambaran awal dari cerita yang akan disampaikan dalam suatu cerpen.

2. Orientasi

Orientasi merupakan bagian pengenalan cerpen yang biasanya ditandai dengan kemunculan tokoh dan penjelasan singkat tentang alur cerita. Bagian orientasi ini biasanya menceritakan tentang peristiwa atau masalah apa yang sedang dialami oleh tokoh dalam cerpen tersebut.

3. Komplikasi

Komplikasi merupakan struktur contoh cerpen singkat yang berisi tentang cerita hubungan sebab akibat. Bagian komplikasi biasanya berisi pengantar tentang konflik yang terjadi dalam suatu cerpen dan apa dampak dari konflik tersebut pada tokoh utama.

4. Evolusi

Evolusi merupakan struktur cerpen yang membahas tentang masalah yang sedang dialami oleh tokoh utama. Bagian evolusi ini biasanya berisi tentang penjelasan konflik masalah secara kronologis sesuai dengan alur cerita cerpen.

5. Resolusi

Resolusi merupakan bagian penyelesaian dari konflik yang sudah dijelaskan pada struktur sebelumnya. Bagian ini biasanya menceritakan bagaimana cara tokoh menyelesaikan konflik yang terjadi.

6. Koda

Koda merupakan bagian penutup dari sebuah cerpen. Bagian penutup ini biasanya berisi kesimpulan tentang keseluruhan cerita serta pemaparan tentang pesan moral atau amanat yang terkandung dalam cerpen tersebut.

14 Contoh Cerpen Singkat Beserta Strukturnya

Jika kamu suka membaca cerita pendek, berikut adalah beberapa contoh cerpen singkat dengan berbagai tema menarik yang lengkap dengan strukturnya:

1. Contoh Cerpen Singkat dengan Tema Persahabatan

Namaku Arini. Saat ini aku duduk di kelas 3 SMP. Aku menjalani hari-hariku di sekolah bersama 3 sahabatku, yaitu Aris, Ayu, dan Andi. Kami berempat sudah bersahabat sejak kecil, karena rumah kami saling berdekatan.

Suatu hari, kami menulis sebuah surat perjanjian persahabatan pada selembar kertas, kemudian memasukkannya dalam sebuah botol kaca bening dan menutupnya dengan penutup kayu. 

Kami kemudian mengubur botol tersebut bersama di bawah pohon mangga. Kelak, kami akan membuka botol tersebut kembali bersama-sama saat sudah menerima hasil dari ujian kelulusan kami.

Akhirnya, setelah 6 bulan, hari yang kami tunggu pun tiba. Kami berempat dinyatakan sama-sama lulus ujian dengan hasil yang memuaskan. Tanpa pikir panjang, kami pun langsung menuju ke area pohon mangga tempat kami mengubur surat perjanjian persahabatan kami.

Setelah menggali cukup dalam, kami akhirnya menemukan botol kaca yang kami kubur, lalu membukanya. Kami pun langsung membaca surat yang kami tulis dulu. Surat tersebut berisikan tulisan “Kami janji akan selalu bersama selamanya”.

Keesokan harinya, sahabatku Andi berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat dengan menggelar acara makan-makan di suatu kafe. Malamnya, kami berempat pun langsung pergi menuju kafe tersebut dengan mengendarai mobil. 

Pada saat itulah, terjadi momen yang tidak terduga, karena ternyata selain berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat, Andi juga berencana untuk menyatakan perasaannya kepadaku.

Selain Andi, ternyata Aris pun juga memiliki rencana yang sama untuk menyatakan perasaannya kepada Ayu. Sontak, aku dan Ayu pun terkejut dengan kejutan yang diberikan oleh sahabat kami Andi dan Aris. Namun, karena kami sudah mengenal sangat lama, tanpa sadar benih-benih cinta pun akhirnya bersemi di hari kami.

Akhirnya, tanpa pikir panjang aku dan Ayu pun langsung menerima perasaan Andi dan Aris, sehingga kami akhirnya berpacaran. Kami berempat yang awalnya bersahabat baik, kini menjadi 2 pasang sejoli yang saling mencintai. Malam itu benar-benar malam yang mengejutkan, namun sangat istimewa untuk kami berempat.

Setelah makan-makan dan merayakan kelulusan, kami berempat pun akhirnya memutuskan untuk pulang bersama ke rumah kami masing-masing. Namun, dalam perjalanan pulang, entah kenapa ada perasaan tidak enak yang muncul.

“Aduh, kenapa perasaanku nggak enak banget ya?” Ucapku dengan penuh cemas.

“Sudahlah Rin, nggak papa santai aja, kita nggak bakalan kenapa-napa kok” jawab Ayu yang berusaha menenangkanku.

Dan akhirnya tidak lama setelah perasaan tidak enak itu muncul, hal yang mengerikan pun terjadi.

“Andiiiii, awassss! Di depan kita ada juranggg!” Teriakku sambil menggenggam bahu Andi.

“Aaaaaaaaaaaaaa!!!” Brakkkkkkkkk!!! Naasnya mobil yang kami kendarai pun masuk jurang tersebut. Aku pun menangis kesakitan sambil memandangi sahabat-sahabatku yang tidak sadarkan diri karena berlumuran darah. Karena saking sakitnya, tidak lama kemudian aku pun pingsan dan tidak ingat apapun kejadian setelahnya.

Hingga akhirnya aku merasa sadar. Perlahan-lahan kubuka mataku dan kulihat ibuku duduk menangis di sebelahku.

“Arini… kamu sudah sadar, Nak?” Tanya ibuku sambil mengusap air matanya.

“Bu… dimana aku? Dimana sahabat-sahabatku? Dimana Andi, Aris, dan Ayu?” Tanyaku dengan penuh kebingungan.

“Kamu di rumah sakit, Nak. Mobil yang kamu tumpangi bersama sahabat-sahabatmu kecelakaan dan masuk jurang. Kamu yang sabar ya!” Jelas ibuku.

Karena merasa tidak menemukan jawaban dari pertanyaanku, aku pun bertanya lagi kepada ibuku.

“Dimana sahabat-sahabatku bu? Dimana Andi, Aris, dan Ayu?” Tanyaku sambil membayangkan kemungkinan terburuk.

“Kamu yang sabar ya Nak, teman-temanmu sudah pergi ke tempat yang indah. Mereka sudah bahagia di alam sana” Jawab ibuku sambil menyeka air matanya.

Sontak aku pun kaget dan terdiam mendengar jawaban ibuku. Air mataku mengalir deras, karena tidak menyangka kenapa sahabatku pergi meninggalkanku di saat kami baru saja merayakan momen bahagia kami bersama.

Setelah 5 hari di rawat di rumah sakit, aku pun diizinkan untuk keluar. Aku langsung mengunjungi makam sahabat-sahabatku. Aku pun menangis di makam mereka sambil berharap bisa memutar waktu dan menghindari musibah itu. Namun, sekarang semua harapan itu hanyalah tinggal angan-angan.

2. Contoh Cerpen Singkat dengan Tema Pendidikan

Suatu hari ada seorang anak bernama Putri. Putri adalah seorang murid kelas 6 SD yang terkenal pintar dan sangat baik hati di sekolahnya. Karena sikapnya tersebut, Fitri menjadi salah satu anak yang memiliki banyak teman. Teman-teman Putri sangat menyukai Putri, karena sifatnya yang baik hati dan pintar tersebut.

Sebaliknya, ada seorang anak yang memiliki sifat berbanding terbalik dengan Putri di sekolah tersebut, namanya Reni. Reni merupakan anak yang terkenal pintar, namun sangat sombong. Tidak heran, Reni pun hanya memiliki sedikit teman di sekolahnya. Reni hanya memiliki 2 teman dekat, yaitu Lisa dan Meri.

Suatu hari, Pak Yanto, Guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut mengumumkan jika sekolah akan mengadakan lomba membaca pidato 1 minggu lagi. Sejalan dengan pengumuman Pak Yanto, Bu Yeni selaku wali kelas 6 pun juga membuka kesempatan seluas-luasnya untuk para siswa yang ingin mengikuti seleksi lomba pidato tersebut.

Putri dan Reni pun memutuskan untuk ikut berpartisipasi di lomba tersebut. Setiap hari, Putri dan Reni berlatih membaca pidato agar lolos seleksi. Setelah 1 minggu, tibalah hari seleksi perlombaan. Putri dan Reni memberikan tampilan terbaiknya, sehingga berhasil memukau para juri dan lolos ke tahap selanjutnya.

Saat hari perlombaan tiba, Reni terus saja membanggakan dirinya dengan mengatakan jika dirinya pasti akan menjadi juara di perlombaan tersebut. Reni sangat yakin, karena tahun lalu saat kelas 5 SD, Reni berhasil menjuarai lomba pidato tersebut. 

Sementara itu, berbeda dengan Putri yang tetap rendah hati. Putri selalu berlatih dengan menghafal teks pidato yang akan dibacakannya. Hari perlombaan pun tiba, Reni menjadi peserta pertama yang dipanggil untuk membacakan teks pidatonya. 

Namun, kejadian langka tiba-tiba terjadi. Reni yang tahun lalu menjadi juara pada lomba pidato mendadak lupa dengan teks pidato yang sudah dihafalkannya. Akhirnya, Reni pun hanya bisa menyampaikan pidatonya secara terbata-bata di depan juri.

Setelah Reni tampil, tibalah giliran Putri. Putri yang sudah giat berlatih dan menghafal, akhirnya bisa membacakan pidatonya dengan bagus dan lancar. Semua juri pun kagum pada Putri, termasuk Bu Yeni yang saat itu menjadi guru pendamping untuk kelas mereka.

Setelah beberapa lama, tibalah saat pengumuman dan Putri terpilih menjadi peserta yang mendapatkan juara 1. Sementara itu di sudut lain, Reni harus menahan rasa sedih dan kecewanya, karena tidak mendapatkan juara sama sekali.

3. Contoh Cerpen Singkat dengan Tema Kehidupan Sehari-hari

Suara alam yang begitu merdu berhasil mengusik tidur nyenyak dari seorang pria bernama Rian. Rian yang masih setengah tersadar pun enggan membuka matanya, meskipun akhirnya dia terpaksa membuka matanya.

“Ya Tuhan!” seru Rian kaget saat melihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Rian pun langsung bergegas membersihkan diri dan pergi berangkat kerja tanpa sarapan terlebih dahulu. 

Setelah sampai tempat kerja, Rian pun ternyata telat mengikuti pertemuan pagi, karena pertemuan hari itu jamnya dimajukan dari apel biasanya. Alasannya karena pimpinan kantor akan pergi dinas luar kota hari itu.

“Permisi, Pak. Boleh saya masuk?” Tanya Rian kepada pimpinan yang saat itu sedang memimpin pertemuan.

”Silakan masuk. Oh iya Rian, untuk proyek pengadaan alat kantor yang kamu tangani sekarang akan dilanjutkan oleh Beni.” Jawab pimpinan.

“Kenapa Pak? Saya kan cuma telat 15 menit Pak.” Bela Rian yang merasa diperlakukan tidak adil.

“Ini bukan masalah kamu telat berapa menit Yan. Ini semua murni tentang konsistensi kamu selama bekerja di sini” Jelas pimpinan kepada Rian dengan tegas.

Wajah Rian pun seketika pucat dan dia hanya bisa terdiam. Setelah pertemuan pagi itu, Rian pun merasa tidak bersemangat saat berjalan menuju meja kerja miliknya.

“Kenapa Yan, kok kamu telat tadi?” Tanya Rafi, teman kerja yang duduknya di sebelah meja Rian.

“Ngga papa Raf. Emang aku yang salah sih. Semalam aku begadang nonton bola. Saking serunya, aku sampai lupa kalau lagi ada projek penting yang lagi aku tangani” Jelas Rian dengan raut muka kecewa.

“Aduh Yan… Yan… Harusnya kamu bisa lebih kontrol itu hobi bolamu. Jangan sampai karena terlalu suka nonton bola, kamu jadi lupa sama pekerjaan kamu” Ucap Rafi sambil menepuk pundak Rian.

4. Cerpen Tentang Berbagi dengan Sahabat

Pagi itu hujan turun sangat deras. Lala yang masih ada di rumah pun bingung bagaimana caranya berangkat ke sekolah. Saat sedang memperhatikan hujan dari jendela, tiba-tiba terdengar suara dering telepon dari kamar Lala. Lala pun bergegas menuju kamarnya untuk mengangkat telepon.

Ternyata Lina yang menelepon. Lina adalah sahabat Lala di sekolah. Dalam telepon tersebut, Lina mengatakan jika dia akan mampir menjemput Lala di rumahnya untuk berangkat sekolah bersama.

Setelah beberapa saat, Lina bersama ayahnya pun sampai di depan rumah Lala. Lina yang datang mengendarai mobil bersama ayahnya pun menunggu di depan rumah Lala. Mendengar suara mobil di depan rumahnya, Lala pun segera berpamitan dengan orang tuanya untuk berangkat sekolah bersama Lina.

Sesampainya di sekolah, Lina dan Lala yang merupakan teman sebangku itu pun masuk ke dalam kelas bersama-sama. Keduanya pun akhirnya bisa mengikuti pelajaran dengan lancar, karena berangkat tepat waktu.

Waktu istirahat pun tiba. Lala dan Lina pun pergi ke kantin untuk istirahat sambil membeli camilan dan jus buah. Namun ketika hendak membayar, Lina kaget, ternyata dia lupa membawa dompetnya. Lala yang merupakan sahabat baik Lina pun lantas membayar makanan dan minuman yang dipesan Lina.

5. Cerpen dengan Tema yang Lucu

Di siang hari yang terik itu, Andi dan Budi sedang duduk di bangku sebuah taman. Tak lama kemudian, seorang wanita cantik berambut panjang yang mengenakan sepatu hak tinggi lewat di depan mereka. Sontak Andi dan Budi pun langsung melihat ke arah wanita itu. 

Keduanya memiliki niat untuk mengikuti wanita itu. Karena penasaran, Andi dan Budi pun mengikuti wanita itu dengan berjalan pelan-pelan, agar tidak ketahuan. Setelah berjalan beberapa saat, wanita cantik itu pun masuk ke sebuah kafe. Andi dan Budi pun mengikutinya dan masuk ke kafe tersebut.

Namun, setelah masuk ke kafe tersebut, Andi dan Budi tidak menemukan wanita itu di sudut manapun. Keduanya pun mencari-cari wanita itu sampai ke lantai dua. Dan benar saja, ternyata wanita yang diikutinya itu duduk sendiri di lantai dua. 

Setelah menemukan wanita itu, Andi dan Budi ternyata tidak memiliki cukup keberanian untuk menegurnya.

Akhirnya, Andi dan Budi pun duduk di bangku belakang wanita itu, agar bisa memandangi wanita cantik itu dari belakang. Setelah beberapa lama, karena rasa penasaran yang besar, Andi pun memberanikan diri untuk menghampiri wanita itu dan menegurnya.

Andi pun menegurnya sambil mengatakan “Hai!” kepada wanita itu. Sang wanita pun menoleh ke arah Andi. Betapa terkejutnya Andi saat wanita itu menoleh ke arah Andi, ternyata dia bukanlah wanita cantik seperti yang ada di bayangan Andi dan Budi. Wanita itu ternyata adalah seorang laki-laki yang sedang menyamar sebagai wanita.

6. Cerpen dengan Tema Salah Dengar

Pada suatu hari, Ali dan Akbar sedang bercengkrama di pinggir lapangan sambil istirahat setelah pelajaran olahraga. Ali dan Akbar merupakan siswa kelas 3 SMA yang sudah bersahabat sejak lama. Mereka membicarakan Tegar yang sudah satu minggu tidak masuk sekolah, karena sedang sakit dan dirawat di rumah sakit.

Akbar merupakan tetangga sebelah rumah Tegar. Karena itu, banyak teman-teman lainnya yang bertanya kepada Akbar bagaimana kabar Tegar, termasuk Ali. Ali pun bertanya kepada Akbar tentang kabar Tegar, karena sudah lama dia tidak mendengar kabar terbaru tentang Tegar dari sahabatnya itu.

“Bar, gimana kabar Tegar sekarang? Udah balik ke rumah belum?” Akbar yang sering mendapatkan pertanyaan itu pun hanya bisa menjawab pertanyaan Ali dengan nada lemas dan malas-malasan.

“Tegar udah meninggal Li” sahut Akbar dengan nada bicara pelan dan lemas. Karena suara di sekitar lapangan yang begitu gaduh dan riuh membuat pendengaran Ali sedikit terganggu dan salah menangkap maksud Akbar.

“Apa Bar? Tegar udah meninggal?” sahut Ali dengan kaget dan penasaran.

“Terserah kamu Li…” jawab Akbar sambil lelah menjelaskan maksudnya kepada Ali.

“Bar, yang bener kamu! Jangan sembarangan bicara!” jawab Ali dengan penuh penasaran.

“Tegar udah mendingan Li… Mendingan… Bukan meninggal” jelas Akbar kepada Ali yang sedari tadi melihatnya dengan raut muka penasaran.

“Oh ya ampun, mendingan… Ku kira meninggal. Ada-ada aja kamu Bar…” sahut Ali yang merasa lega, karena Tegar sudah mendingan.

“Lah, kamu aja yang salah denger, gimana sih…” jawab Akbar karena merasa Ali yang salah menangkap maksud perkataannya.

“Iya… Iya… Maaf aku yang salah…” jawab Ali sambil menganggukkan kepalanya.

7. Cerpen dengan Tema Salah Ambil Kartu

Suatu hari Moni dan Moli pergi ke pasar bersama untuk membeli sepatu. Moli sangat senang, karena Moni berjanji akan membelikannya sepatu baru. Setelah berjalan berkeliling pasar untuk mencari sepatu yang cocok, Moni dan Moli berhenti di sebuah toko sepatu yang menjual sepatu wanita dengan aneka warna dan model terbaru.

Moni dan Moli pun akhirnya memilih dan mencoba sepatu yang ingin mereka beli. Setelah memilih beberapa saat, Moni dan Moli pun mendapatkan sepatu yang mereka inginkan. Moni dan Moli kemudian melakukan proses tawar menawar dengan penjual sepatu di pasar tersebut.

Setelah melakukan proses tawar menawar, akhirnya Moni dan Moli sepakat untuk membayar kedua sepatu tersebut dengan harga Rp400.000,00. Namun, ketika Moni hendak membayar sepatu tersebut, ternyata di dompet Moni hanya ada uang pecahan Rp100.000,00 saja.

Kemudian, si Moni pun berinisiatif untuk mengambil uang ke ATM dekat pasar terlebih dahulu. Tanpa pikir panjang, Moni pun langsung memberikan dompet kepada Moli dan menyuruhnya untuk mengambil uang di ATM menggunakan kartunya.

“Mol, tolong ambilin uang di ATM dulu ya, uang aku kurang nih buat bayarin sepatu kita. Nanti aku yang jagain sepatunya di sini, oke!” Seru Moni kepada Moli.

“Caranya gimana Mon?” Tanya Moli keheranan.

“Nanti aku kasih kartu ATM aku, terus kamu yang ambil uangnya di ATM. Kamu tahu caranya ambil uang di ATM kan?” Tanya Moni.

“Ya bisalah, kamu pikir aku ngga ngerti hal begituan. Jangan ngeremehin aku kamu!” Bantah si Moli.

“Ya sudah, nih bawa dompet aku. Nanti ambil uangnya pake kartu yang ini ya!” sambil menunjuk kartu ATM berwarna biru.

“Ok, yang biru ini ya?” Tanya Moli.

“Iya, nanti kalau ada apa-apa langsung telepon aja ya. Buruan pergi, aku tunggu sini. Ngga enak sama abangnya kalau kelamaan bayar, entar dikira cuma pura-pura beli tapi ngga punya duit lagi.” Jawab Moni.

“Oke, aku jalan ya. Kamu jangan lupa pantengin HP terus ya, biar nanti bisa langsung gercep kalau aku telepon. Nanti aku kabarin kalau duitnya udah aku ambil” Seru Moli.

“Iyaaa… Udah sana berangkat, cepetan. Aku tunggu sini!” Jawab Moni.

Setelah menunggu selama 10 menit, tiba-tiba terdengar suara telepon dari Moli kepada Moni.

“Mon, aduh celaka nih!” Ujar Moli.

“Celaka gimana Mol, ada apa?” Jawab Moni. 

“Duit kamu ngga bisa diambil ternyata, kartu kamu ditolak terus sama mesin ATMnya. Ini aku udah coba tanya ke satpamnya, katanya kartu kamu tuh ngga bisa buat ambil uang. Ini kartunya bakalan keluar terus kalau dimasukin ke ATMnya” Jelas Moli.

“Ah, masa ngga bisa sih Mol. Kemaren kan aku baru aja ganti kartu, masa ngga bisa sih?” Jawab Moni.

“Ya gimana ya, ya udahlah mending batalin dulu beli sepatunya. Kamu kabur aja diem-diem dari abang penjualnya. Besok kamu tanyain sendiri aja langsung ke banknya kenapa kartunya ngga bisa dipakai” Ujar Moli.

“Bentar-bentar, emang kartu mana sih yang kamu masukin?” Tanya Moni penasaran.

“Ya kartu yang kamu tunjukin tadi… Kartu yang warna biru… Yang ada tulisannya nama, tanggal lahir, sama alamat kamu itu…” Jelas Moli.

“Oala Mol… Mol… Ya sampe itu ATM jebol ya ngga bakalan bisa Mol, orang yang kamu masukin itu KTP bukan kartu ATM” Jawab Moni sambil menepuk keningnya.

8. Cerpen tentang Motivasi Kehidupan

Pada suatu hari yang cerah, ada 2 orang bocah laki-laki bernama Dendi dan Bagus yang sedang mengerjakan tugas sekolah bersama di rumah Bagus. Mereka berdua tampak serius saat mengerjakan tugas sekolah tersebut sehingga suasana menjadi hening dan senyap.

Tak berapa lama setelah itu, datanglah teman Bagus yang bernama Satrio. Karena terlalu fokus mengerjakan tugas sekolah tersebut, Dendi dan Bagus tidak memperhatikan jika ada seseorang yang memanggil-manggil nama Bagus di depan rumahnya.

“Gus, itu di depan ada Satrio, buruan gih temuin dia, kasian dia kayaknya udah nungguin kamu dari tadi” Ujar Dendi yang saat itu baru menyadari jika di depan rumah Bagus ada Satrio yang sedang memanggil-manggil nama Bagus.

“Mbak Nur, tolong bilang ke Satrio di depan kalau aku lagi pergi sama mama papa atau bilangin aja aku lagi tidur ya mbak!” Ucap Bagus kepada Mbak Nur yang bekerja sebagai ART di rumah Bagus.

“Baik, mas…” Jawab Mbak Nur singkat.

“Satrio itu beda bange sama kamu, Den. Meskipun cara ngomong kamu agak ketus dan suka bercanda, tapi setidaknya aku ngerasa kamu masih lebih mendingan daripada si Satrio. Menurutku, kamu itu tipe temen yang ngga cuma dateng saat ada butuhnya doang. Kamu juga selalu ada kalau aku lagi sedih atau lagi butuh bantuan…” Ungkap Bagus kepada Dendi.

“Emang si Satrio kenapa Gus?” Tanya Dendi.

“Aku sebenernya ngga keberatan temenan sama Satrio. Tapi setelah aku pikir-pikir, Satrio nih cuma dateng nemuin aku saat ada butuhnya doang. Giliran kalau seneng-seneng aja dia ngga pernah tuh ngajak aku” Jelas Bagus kepada Dendi.

“Oh gitu, ya sudah Gus kalau gitu menurutku mending kamu batesin komunikasi dulu sama si Satrio. Tapi jangan sampai cuekin dia juga. Ya itung-itung buat menjaga pertemanan kalian juga Gus, kan kamu sama Satrio udah temenan dari lama” Ujar Dendi saat menasehati Bagus tentang pertemanannya dengan Satrio.

9. Cerpen tentang Anak Pemalas

Hari Minggu adalah hari libur yang ditunggu-tunggu oleh para kaum rebahan. Para kaum rebahan biasanya menggunakan hari Minggu untuk bermalas-malasan seharian tanpa melakukan aktivitas berat lainnya. 

Selain untuk kaum rebahan, hari Minggu biasanya juga digunakan oleh orang lain yang memiliki rencana liburan untuk pergi ke suatu tempat. Banu merupakan salah satu kaum rebahan yang lebih memilih untuk bersantai dengan rebahan di rumah. Setiap liburan, Banu akan merasa kurang dengan waktu liburnya.

“Nu, ayo bangun! Sudah siang ini… nanti kamu terlambat!” Ujar ibu Banu sambil menepuk-nepuk pundaknya.

“Aduh bu… Banu masih capek banget… Banu boleh ya bolos sehari aja…” Ujar Banu sambil memelas pada ibunya.

“Jangan gitu, Nu! biaya sekolah kamu itu mahal. Jangan nyepelein sekolah gitu ah!” Jawab ibu Banu berusaha untuk membuat Banu beranjak dari tempat tidurnya.

“Hari ini aja kok bu! Boleh ya!” pinta Banu sambil lebih memelas kepada ibunya.

Melihat kelakukan Banu yang terus malas-malasan membuat ibu Banu geram. Ibu Banu pun lantas membuka dan menunjukkan kondisi anak-anak panti asuhan yang ada di seberang rumah Banu.

“Nah, itu coba buka mata kamu sekarang. Mereka semua itu juga pengen sekolah kayak kamu, Nu tapi mereka kurang beruntung aja karena ngga punya orang tua yang bisa membiayai sekolah mereka” Tutur ibu Banu kepada Banu.

Setelah mendengar nasehat dari ibunya, Banu akhirnya sadar dan mau berangkat sekolah meskipun terlambat. Di tengah perjalanan menuju sekolahnya, Banu melihat ada seorang anak perempuan yang memakai seragam sekolah sama dengan Banu sedang berjalan pincang menuju ke sekolahnya.

Melihat anak tersebut, dalam hati Banu merasa sangat bersyukur karena masih memiliki fisik yang sempurna untuk bisa bersekolah. Banu pun berjanji akan terus rajin menuntut ilmu dan tidak bermalas-malasan lagi.

10. Contoh Cerpen Singkat tentang Kehidupan Sekolah

Pendidikan merupakan salah satu hak yang wajib dirasakan oleh semua orang di Negara Indonesia yang merdeka ini, terutama anak-anak. Namun pada kenyataannya, tidak semua anak dapat menikmati hak pendidikannya karena harus bekerja mencari nafkah sejak dini.

Rizky adalah nama panggilanku. Aku adalah satu dari sekian banyak anak yang kurang beruntung dan tidak bisa merasakan apa itu kehidupan sekolah. Usiaku sekarang adalah 11 tahun dan aku masih duduk di kelas 2 SD. Kata teman-temanku, aku harusnya sudah duduk di kelas 5 atau 6 SD. 

Namun, karena keadaan ekonomiku yang kurang beruntung, aku harus mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupku dan adikku yang masih berusia 5 tahun.

Aku tinggal bersama adikku di rumah gubuk kecil berukuran 4×4 meter persegi. Rumah tersebut tidak hanya ditinggali oleh kami berdua saja. Ada orang lain yang bukan merupakan keluarga kami juga tinggal di rumah kecil itu. 

Jika kami tidak tinggal di rumah kecil yang sempit ini, mungkin aku dan adikku harus tidur di depan toko setiap malam sambil menahan dinginnya udara malam maupun hujan.

Suatu hari, cuaca malam terasa begitu dingin. Aku dan adikku tidak memiliki selimut untuk menutupi tubuh kami. Aku hanya mempunyai satu kain sarung lusuh yang akhirnya kuberikan pada adikku yang kedinginan.

Kami sudah tidak punya orang tua. Kedua orang tua kami meninggal dunia karena kecelakaan. Saat itu, motor yang ditumpangi oleh ayah dan ibuku terjatuh saat sedang hujan deras. Kedua orang tuaku sempat dibawa ke rumah sakit, namun takdir berkata lain sehingga nyawa mereka berdua tidak tertolong.

Suatu hari datanglah secercah harapan di tahun ketiga kami sebatang kara. Aku dan adikku mendapatkan beasiswa pendidikan sekolah sampai kami lulus SMA dari sebuah lembaga pendidikan milik pemerintah. 

Mendengar kabar tersebut, aku merasa senang sekali karena akhirnya bisa merasakan kehidupan sekolah dan berkawan dengan teman-teman sekolah yang baru. Hal yang membuatku lebih bahagia lagi adalah karena akhirnya adikku juga bisa mendapatkan pendidikan yang layak sepertiku.

Kami pun akhirnya bisa bersekolah bersama tanpa harus khawatir tentang biaya sekolah yang mahal. Aku dan adikku mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat dari sekolah. Kami percaya jika kami menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh, maka kami akan bisa mencapai apa yang kami cita-citakan.

11. Cerpen tentang Kecemburuan

Di suatu pagi yang cerah, Dani pergi menemani Dora ke kampus untuk menemani Dora yang akan melakukan seminar proposal skripsinya. Dora merasa sangat gugup karena nanti di seminar proposal tersebut Dora akan mempresentasikan proposal skripsinya di hadapan dosen pembimbing dan dosen penguji.

Melihat Dora yang gugup tersebut, Dani pun dengan sabar berusaha menenangkan dan menyemangati Dora agar presentasi seminar proposalnya bisa berjalan dengan lancar. Setidaknya Dani sudah pernah melewati fase seminar proposal tersebut, jadi dia tahu betul apa yang sedang dirasakan oleh Dora saat ini.

Saat-saat yang ditunggu pun akhirnya datang. Dora dipanggil untuk memasuki ruangan seminar. Dia memasuki ruangan tersebut dengan jantung yang berdebar-debar. Meskipun jantungnya terus berdegup dengan kencang, Dora berusaha untuk mengendalikannya dengan terus berdoa dan meyakinkan dirinya sendiri.

Tidak terasa 90 menit telah berlalu, seminar proposal Dora pun sudah selesai. Sementara itu, sambil menunggu keputusan para dosen, Dora keluar dari ruangan seminar dan menemui Dani serta teman-temannya yang sudah menunggunya dari tadi. 

Melihat Dora keluar, Dani pun langsung menyemangatinya sambil mengacungkan ibu jarinya kepada Dora. Tak lupa, Dani pun juga memberikan senyuman untuk memberikan dukungan kepada Dora. Melihat Dani tersenyum ke arahnya, Dora pun lantas membalas senyuman Dani.

Setelah menunggu hasil seminar proposal, akhirnya Dora pun diizinkan untuk memasuki ruangan seminar. Para dosen mengijinkan Dora untuk lanjut ke tahap selantuya yaitu penelitian dan penulisan skripsi. Dora pun keluar ruangan dan menemui Dani serta teman-temannya dengan senyuman yang lebar. 

Saat Dora dan Dani sedang asyik bercengkrama membicarakan proses seminar proposal Dora, tiba-tiba mereka bertemu dengan sosok yang tidak asing bagi mereka. Mereka berpapasan dengan mantan pacar Dani yaitu Lila. Lila terlihat semakin cantik setelah putus dengan Dani.

Tanpa sadar, Dani dan Lila mantan pacarnya itu saling berpandangan cukup lama sampai tidak menghiraukan Dora yang berada di sebelahnya. Melihat kelakukan sahabatnya itu, Dora pun tanpa sadar meneteskan air mata. 

Saat Dani menoleh ke arah Dora, ia dengan cepat menundukkan pandangan sambil berusaha menyeka air mata Dora. Lila yang melihat kejadian itu pun menghela nafas panjang dan berusaha mengendalikan perasaanya yang tidak menentu itu.

Dalam perjalanan menuju ke tempat parkir, Dani terus mengajak Dora berbicara. Namun, Dora hanya diam dan menundukkan kepala di sepanjang perjalanan. Pikirannya tidak fokus dan memikirkan banyak kemungkinan. 

Apakah Dani masih mencintai Lila mantan pacarnya? Apakah Dani masih berharap untuk kembali bersama Lila? Pikiran-pikiran itu pun terus menghinggapi kepala Dora sepanjang perjalanan menuju ke tempat parkir.

Tetapi setelah itu Dora sadar, apa hak Dora mempertanyakan perasaan Dani kepada Lila. Dalam hati Dora bertanya “Kenapa aku memikirkan hal yang tidak penting ini? Apakah aku cemburu? Apa aku punya hak untuk cemburu?”.

Dora pun lantas menatap Dani sambil berkata dalam hati “Memangnya siapa aku berhak cemburu, Aku kan hanya sahabatnya Dani. Sahabat yang hanya dibutuhin saat Dani pengen cerita aja. Sadar Dor… Sadar… Kamu tuh bukan siapa-siapanya si Dani. Udahlah jangan berharap sama dia lagi!”.

12. Cerpen tentang Persahabatan yang Tak Pernah Luntur

Surat ini kutujukan untuk sahabat baikku yang bernama Aulia. Aulia merupakan sahabatku yang sudah satu bulan lalu pindah ke kota lain. Melalui surat ini, aku berharap persahabatanku dengan Aulia akan tetap terjaga walaupun terpisahkan oleh jarak yang cukup jauh.

Kisah persahabatanku dan Aulia ini dimulai sejak kami berdua masuk SMP. Pada waktu itu, aku dan Aulia pertama kali berkenalan ketika aku ingin pingsan saat sedang berada di jam olahraga. Sebelum aku pingsan, Aulia sempat bertanya kepadaku “Hei, kamu kelihatan lemas, perlu kupanggilin guru buat bawa kamu ke UKS ngga?”.

Mendengar pertanyaan Aulia itu, aku berusaha untuk tetap kuat dan menjawab “Ngga usah, aku masih kuat kok buat ngikutin pelajaran olahraga…” Ujarku yang terlihat lebih lemas dari sebelumnya.

Aulia yang merasa bahwa aku benar-benar lemas dan tidak kuat, kemudian memanggil guru dan memberitahunya bahwa aku sepertinya akan pingsan. Tidak berapa lama kemudian, guru olahraga datang menghampiriku dan mengantarkanku ke ruang UKS. 

Guru olahraga memintaku untuk beristirahat dan tidak memaksakan diri untuk mengikuti pelajaran olahraga. Setelah aku beristirahat di UKS aku merasa lebih baik. Ternyata aku hampir pingsan karena belum sarapan tadi pagi. 

Jam pelajaran olahraga sudah selesai, aku pun kembali ke kelas untuk mengikuti jam pelajaran selanjutnya. Aku juga berterima kasih kepada Aulia yang telah memberitahukan kepada guru olahraga jika aku akan pingsan. Jika Aulia tidak melakukannya, mungkin aku sudah pingsan di lapangan tadi.

Aku dan Aulia pulang bersama setelah jam pelajaran sekolah selesai. Kami berdua naik angkutan umum yang sama. Ternyata rumahku dan rumah Aulia searah.

Setelah tiga tahun menjalani persahabatan bersama dan saling berbagi cerita suka maupun duka, kamu berdua pun lulus dari bangku SMP. Setelah lulus SMP, Aulia dan keluarganya pun pindah ke kota lain.

Mendengar kabar kepindahan Aulia tersebut membuatku sangat sedih. Hal ini karena akan sulit untuk bertemu kembali dengan Aulia setelah dia pindah ke kota lain. Meskipun saat ini sudah banyak teknologi komunikasi yang canggih, namun rasanya tetap ada yang kurang karena kita tidak bisa bertemu dan bercerita secara langsung.

Tidak terasa sudah 3 tahun aku dan Aulia terpisahkan oleh jarak. Dalam suratku aku juga menulis kepada Aulia, “Ul, Apakah kita nanti bisa ketemu kembali di kampus yang sama?”.

13. Cerpen tentang Menemukan Dompet

Beberapa waktu belakangan ini, aku sedang sibuk mencari pekerjaan. Aku sangat bingung dan khawatir karena berkas lamaran kerja yang sudah ku kirimkan ke berbagai perusahaan belum juga mendapatkan panggilan seperti yang kuinginkan. Setiap hari aku hanya bisa menunggu kabar dari perusahaan-perusahaan tersebut.

Kini, hari-hariku terasa hampa. Setiap hari aku hanya bisa luntang lantung tidak jelas. Aku merasa sangat kebingungan. Ingin sekali mencoba untuk membuka usaha kecil-kecilan, namun apalah daya modal usaha belum ada.

Pada suatu pagi yang cerah, aku ada janji ketemu dengan teman lamaku di rumahnya. Aku hendak menceritakan masalah yang kualami saat ini, siapa tahu aku akan mendapatkan jalan keluar yang tepat.

Setelah bersiap-siap, aku pun berangkat ke rumah temanku tempat kami janjian. Dalam perjalanan menuju rumah temanku itu, samar-samar aku melihat dompet pria berwarna hitam agak lusuh yang tergeletak di tepi jalan, tepatnya di bawah trotoar.

Karena penasaran, aku pun berhenti dan mencoba memastikan apakah itu benar-benar dompet atau bukan. Dan setelah kuhampiri, ternyata benar jika itu adalah sebuah dompet pria berwarna hitam yang agak lusuh karena sudah terkena debu jalanan. Aku pun memutuskan untuk membuka dompet tersebut.

Setelah kubuka, betapa terkejutnya aku karena di dalamnya ada KTP, SIM, kartu ATM, kartu kredit, surat-surat penting, dan sejumlah uang tunai yang lumayan banyak. 

“Wah, alhamdulillah… Rejeki anak soleh nih…” Ucapku dalam hati.

Namun setelah melihat KTP tersebut, aku pun berubah pikiran. Aku berinisiatif untuk mengembalikan dompet tersebut kepada pemiliknya sesuai dengan KTP yang ada di dalamnya. Aku pun membawa kembali dompet tersebut bersamaku dan melanjutkan perjalanan kembali ke rumah temanku.

Setelah sampai ke rumah temanku, aku pun menceritakan semua permasalahan yang sedang aku hadapi. Temanku juga memberikan beberapa saran yang berguna untuk masalahku tersebut. Setelah urusanku dengan temanku selesai, aku pun langsung berangkat menuju ke alamat pemilik dompet yang aku temukan sebelumnya.

Aku pun mencari-cari alamat tersebut berdasarkan data KTP yang ada dalam dompet tersebut. Setelah sampai di alamat tersebut, aku pun memberanikan diri untuk menekan tombol bel pada gerbang tersebut.

“Permisi pak, mohon maaf sebelumnya. Apa benar ini rumahnya Bapak Ardi Hartono?” Tanyaku kepada orang yang membukakan gerbang tersebut.

“Iya mas, benar. Anda ini siapa ya? Ada keperluan apa?” Jawab pria paruh baya yang membukakan pintu gerbang tersebut. Pria paruh baya tersebut tampaknya adalah tukang kebun dari rumah tersebut.

“Perkenalkan pak, saya Fahmi. Saya ingin bertemu dengan Bapak Ardi Hartono karena ada urusan penting yang harus saya sampaikan kepada beliau” Jawabku setelah memperkenalkan diri.

Kebetulan sekali, ternyata Pak Ardi sedang ada di rumah. Aku pun dipersilahkan untuk masuk ke ruang tamu. Setelah masuk ke ruang tamunya, aku pun duduk sambil mengagumi betapa indah dan mewahnya rumah tersebut.

Tidak berapa lama, Pak Ardi pun turun. Aku pun menyampaikan maksud dan tujuanku datang ke rumah beliau sambil memberikan dompet yang aku temukan di jalan sebelumnya lengkap dengan semua isinya.

“Adik tinggal dimana? Lagi kerja apa sekolah” Tanya beliau dengan penasaran.

“Saya tinggal di Desa Suka Maju pak. Saya baru lulus kuliah pak, sekarang saya sedang menganggur, lagi usaha cari pekerjaan. Sudah beberapa kali kirim lamaran ke perusahaan, tapi sekarang masih nunggu panggilan pak, sekarang sudah ada beberapa bulan masih belum ada kabar.” Jawabku dengan jujur.

“Kalau boleh tahu, dulu kuliahnya jurusan apa, dik?” Tanya Pak Ardi lagi.

“Saya lulusan S1 Manajemen Bisnis, pak” Jawabku kepada Pak Ardi.

“Kalau begitu, besok adik datang saja ke perusahaan saya. Ini kebetulan sekali perusahaan saya sekarang lagi butuh staff administrasi. Ini kartu nama saya. Kalau adik tertarik, besok datang langsung saja ke kantor dan bilang ke karyawan sana kalau saya yang nyuruh” Jelas Pak Ardi sambil memberikan kartu namanya.

“Waduh beneran ini, pak?” Tanyaku dengan rasa yang masih belum percaya dengan keajaiban yang baru saja aku alami.

“Iya dik, betul. Saya sangat butuh karyawan yang jujur dan punya rasa tanggung jawab yang tinggi kayak kamui ini. Jika kamu bukan orang yang baik, pasti uang yang ada dalam dompet ini sudah kamu ambil dan tidak kamu kembalikan. Tapi, kamu lebih memilih untuk mengembalikan dompet ini kepada pemiliknya tanpa mengambilnya sepeserpun” Ujar Pak Ardi.

“Kalau begitu, terimakasih banyak, pak. Besok, saya akan datang ke kantor bapak dan menyiapkan surat lamaran dan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan” Jelasku dengan penuh rasa semangat.

“Oke, saya tunggu ya, dik!” Pungkas Pak Ardi.

Setelah itu, aku pun memutuskan untuk pamit pulang dan menyiapkan berkas-berkas lamaran yang akan aku bawa besok. Dalam perjalanan pulang, aku masih tidak percaya jika aku telah mengalami keajaiban ini.

14. Cerpen dengan Tema Horor

Siska, itulah nama panggilanku dari teman-temanku. Seperti biasanya, aku selalu duduk di kursi pojok kanan belakang. Setiap hari aku hanya bisa tertunduk diam di dalam kelas. Hal itu karena teman-teman kelasku belum bisa menerima keadaanku.

Aku termasuk orang yang bisa melihat hal-hal ghaib atau tak kasat mata. Teman-teman menyebut kemampuanku itu sebagai indigo. Pada siang hari itu, aku merasa seperti biasa,banyak teman-teman yang menatapku dengan perasaan tidak suka. Mereka memandangku dengan tatapan aneh seolah aku bukan tidak sama dengan mereka.

Aku yang sudah terbiasa diperlakukan seperti itu merasa biasa saja dan memaklumi perlakuakn mereka kepadaku.

“Siskaaa…” Panggil sosok perempuan tidak kasat mata yang memanggilku dari arah bangku guru.

“Saya bu” Jawabku yang mengira jika panggilan itu berasal dari Bu Yeni yang sedang menerangkan pelajaran Kimia saat itu.

Karena sedang asyik mencatat, aku pun tidak menyadari jika satu kelas sedang memandang ke arahku. Setelah meletakkan pena, aku pun menegakkan kepalaku dan melihat ke sekelilingku. Teman-temanku memandangku dengan rasa kebingungan. Mereka merasa heran karena Bu Yeni saat itu tidak memanggilku.

Setelah itu kulihat ke arah bangu guru, ternyata ada perempuan yang tidak kasat mata dan hanya aku yang bisa melihat perempuan itu. Dia duduk di bangku guru sambil menatapku dengan tatapan tajam yang dingin.

“Anak cantik, kalau dipanggil sama ibu guru itu harus jawab ya!” Ucap perempuan kasat mata yang sedang duduk di bangku guru itu.

Perempuan itu terus saja memandang ke arahku dengan mata yang semakin melotot. Kemudian secara tiba-tiba dari mulutnya keluar darah. Sontak aku pun kaget dan berdiri menatap tajam ke arah perempuan tak kasat mata itu. Melihatku berdiri secara tiba-tiba, Bu Yeni pun menyuruhku untuk duduk.

“Siska, duduk”

Tetapi semua terlambat, karena saat aku hampir duduk di kursiku tiba-tiba salah satu temanku sedang kejang-kejang. Semua murid di kelas itu langsung panik dan saling berteriak ketakutan. Mereka semua juga berlarian ke luar kelas. Di dalam kelas pun hanya tersisa aku, Bu Yeni, dan temanku yang sedang kejang-kejang.

Aku sendiri pun juga ketakutan. Tetapi Bu Yeni berusaha untuk menenangkanku.

“Siska, ngga papa, Sis. Jangan panik, ibu ada di sini. Kamu bisa menolong temanmu ini kan? Tolong Sis, bisa ya?” Pinta Bu Yeni yang juga sedang panik kepadaku.

Aku sendiri sebenarnya tidak mau terlibat dengan hal-hal seperti ini lagi. Hal ini karena beberapa minggu yang lalu aku hampir dikeluarkan dari sekolah karena terlibat dengan hal-hal semacam ini. Banyak teman-teman di sekolah yang ingin aku pergi karena merasa aku berbeda dengan mereka.

Aku sendiri pun tidak pernah meminta diriku untuk dilahirkan secara berbeda dengan teman-temanku yang lain. Walaupun aku indigo dan bisa melihat hal-hal yang tak kasat mata, namun sebenarnya aku juga orang biasa seperti teman-temanku lainnya.

Melihat Bu Yeni yang nampak putus asa, aku pun mulai mendekati temanku yang sedang kejang-kejang dan menjerit tersebut. Ketika aku sampai di depannya, dia pun berteriak histeris ke arahku.

“Pergi!!!” Bentak mahluk halus yang sedang berada dalam tubuh temanku itu.

Aku sangat membenci makhluk itu. Dia adalah sosok perempuan yang selama ini mengikutiku. Mahluk ini seringkali menyusahkanku. Meskipun makhluk itu menyuruhku pergi, aku tetap mendekati temanku yang histeris itu. Aku mengusap kepalanya dan meminta makhluk itu keluar dari tubuhnya.

Setelah menangani temanku, tenagaku pun rasanya sudah habis karena energiku terserap oleh makhluk itu. Tubuhku pun benar-benar lemas dan tidak kuat. Akhirnya, aku pun jatuh pingsan karena kelelahan dan kehabisan tenaga.

Dalam pingsan itu, aku selalu berharap agar tidak pernah bangun lagi. Aku sudah bosan melihat mereka, makhluk yang berbeda dengan diriku. Hidupku rasanya sudah terlalu lelah. Tetapi, Tuhan masih memberiku umur panjang.

Setelah aku bangun, teman-temanku pun berjaga di sekelilingku dan mengucapkan banyak terima kasih kepadaku. Baru kali ini aku merasa tersentuh dan terharu melihat perhatian mereka. Aku pun menangis karena terharu dengan perhatian teman-temanku itu.

Sudah Tahu Contoh Cerpen Singkat yang Menarik?

Beberapa contoh cerpen singkat tersebut bisa kamu baca saat sedang memiliki waktu luang. Selain memiliki tema yang beragam dan konflik yang menarik, beberapa cerpen tersebut juga mengandung pesan moral yang bermanfaat untuk kehidupan kamu. Selamat membaca!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page