Salah satu bukti konkret adanya manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah fosil manusia purba di situs-situs arkeologi dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Beberapa di antaranya bahkan menjadi bukti penting dalam penelitian tentang evolusi manusia di Asia Tenggara.
Salah satu penemuan terpenting adalah penemuan fosil manusia purba di Situs Sangiran, Jawa Tengah. Penemuan tersebut memberikan wawasan berharga tentang sejarah manusia di wilayah ini.
Meski begitu, masih banyak penemuan lainnya di Indonesia. Mari simak ulasan lengkapnya di artikel ini hingga akhir! Agar Anda bisa lebih memahami perihal jenis-jenis manusia purba di Indonesia.
Daftar ISI
9 Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia
Paling tidak, ada beberapa peninggalan fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia dari yang paling tua hingga yang termuda. Berikut penjelasannya!
1. Homo Wajakensis (1888)
Homo Wajakensis jadi manusia purba yang ditemukan di Indonesia pertama. Tepatnya di Desa Wajak pada 1888 oleh Von Rietschoten dan pada 1889 oleh Eugene Dubois.
Mereka hidup sekitar 60.000 hingga 25.000 tahun lalu dan merupakan nenek moyang bangsa Aborigin. Klasifikasinya sebagai Homo, yakni berdasarkan pada kesamaan dengan manusia modern, serta volume otak yang lebih berkembang hingga 1.300 cc.
Penemunya termasuk tulang paha, rahang atas, rahang bawah, tulang kering, dan fragmen tengkorak dengan volume sekitar 1.600 cc. Peneliti menganggapnya sebagai Homo Sapiens pertama di Asia dan sudah membuat alat-alat dari batu dan tahu cara memasak.
Ciri-ciri fisik Homo Wajakensis meliputi wajah datar dan lebar, hidung lebar dengan bagian mulut menonjol, berat badan antara 30 hingga 150 kilogram, tinggi badan sekitar 130 hingga 210 sentimeter. Kemudian, memiliki otak yang lebih berkembang dan ada persamaan dengan ras Australoid
2. Homo Sapiens (1889)
Merupakan manusia cerdas yang hidup pada zaman holosen. Tubuh mereka sudah mirip dengan manusia saat ini. Pada masa itu, Homo Sapiens telah mengembangkan struktur organisasi dan pembagian tugas. Penemuan fosilnya, yakni pada tahun 1889. Sedangkan ciri-cirinya meliputi:
- Volume otak berukuran kira-kira 1.000 cc – 1.200 cc.
- Ukuran tinggi badan kurang lebih antara 130 – 210 cm.
- Penyusutan otot tengkuk.
- Penyusutan alat kunyah dan gigi.
- Tidak memiliki wajah yang menonjol ke depan.
- Berdiri dan berjalan tegak.
- Tidak memiliki dagu dan rahang yang sangat kuat.
Berdasarkan spesifikasi ini, Homo Sapiens telah menggunakan akalnya. Meskipun dalam hal sederhana, mereka telah menunjukkan karakteristik berburu dan mengumpulkan makanan. Menariknya, Homo Sapiens mencerminkan keberagaman budaya, ras, dan ragam bangsa Indonesia.
Baca Juga: Pengertian Homo Sapiens: Persebaran & Penemuannya
3. Pithecanthropus Erectus (1890-1892)
Eugene Dubois menemukan kelompok manusia purba ini pada tahun 1890-1892 di Desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Menurut perkiraan, mereka hidup sekitar 600.000 hingga 1 juta tahun yang lalu. Berdasarkan penemuan Dubois, kita dapat mengidentifikasi ciri-ciri manusia purba ini, yakni:
- Tubuh yang kokoh, dengan gigi pengunyah yang kuat.
- Tinggi badan berkisar antara 165 hingga 170 centimeter, dengan berat sekitar 100 kilogram.
- Berjalan dengan sikap tegak.
- Memakan makanan yang masih kasar, dengan sedikit pengolahan.
- Kemampuan berpikir yang masih terbatas.
- Volume otak mereka sekitar 900 cc, yang lebih kecil daripada otak manusia modern, yang sudah mencapai lebih dari 1000 cc, dan lebih besar daripada otak kera yang hanya sekitar 600 cc.
4. Homo Erectus Soloensis (1931-1933)
Manusia purba yang ditemukan di Indonesia lainnya adalah Homo Soloensis. Fosilnya terdapat di sepanjang Bengawan Solo, seperti Ngandong, Sambungmacan, dan Sangiran.
Penemunya adalah C. Ter Haar, Von Koenigswald, serta W.F.F. Oppenoorth antara tahun 1931 hingga 1933. Perkiraannya, Homo Soloensis hidup sekitar 900.000 hingga 200.000 tahun yang lalu.
Von Koenigswald melakukan banyak penemuan di wilayah tersebut, termasuk fosil-fosil tengkorak anak-anak, hewan-hewan prasejarah, dan berbagai perkakas. Dia juga mengklasifikasikan lembah Bengawan Solo menjadi tiga lapisan, yaitu:
- Jetis (Pleistosen Bawah), penemuan Pithecanthropus Robustus, Homo Mojokertensis, dan Meganthropus Paleojavanicus.
- Trinil (Pleistosen Tengah), penemuan Pithecanthropus Erectus.
- Ngandong (Pleistosen Atas), penemuan Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Von Koenigswald menemukan sebanyak 11 fosil tengkorak. Meskipun sebagian sudah rusak, beberapa masih menjadi objek penelitian lebih lanjut, meskipun rahang dan gigi sebelas tengkorak itu sudah tidak lengkap.
Menurut von Koenigswald dan R. Weidenreich, Homo Soloensis ini memiliki tingkat perkembangan yang lebih tinggi daripada Pithecanthropus Erectus. Mereka bahkan dianggap sebagai Homo, yaitu manusia. Perkiraannya, spesies ini merupakan hasil evolusi dari Pithecanthropus Mojokertensis atau Homo Mojokertensis.
5. Pithecanthropus Mojokertensis (1936)
Salah satu manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah Pithecanthropus Mojokertensis atau ada juga yang menyebutnya Pithecanthropus Robustus. Penemunya, yakni Tjokrohandoyo atau Andojo yang bekerja dengan Ralph von Koenigswald pada tahun 1936 di Lembah Sungai Brantas.
Awalnya, Andojo mengira fosil itu milik orang utan, sehingga ia memberi nama Pithecanthropus, yang berarti manusia kera. Namun, Von Koenigswald mengidentifikasi fosil ini sebagai manusia purba dan menamainya Pithecanthropus Mojokertensis. Jenis ini adalah yang tertua di antara Pithecanthropus lainnya.
Berdasarkan usia lapisan tanah, perkiraannya Pithecanthropus hidup sekitar 30.000 hingga 2.000.000 tahun yang lalu. Mereka hidup berkelompok-kelompok, mengumpulkan bahan makanan, serta berburu.
Pithecanthropus sudah menggunakan alat sederhana, seperti kapak genggam dan alat batu lainnya yang peneliti temukan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Meskipun menggunakan alat, mereka belum tahu cara mengolah atau memasak makanan.
Penemuan ini memicu debat klasifikasi manusia purba, dan nama spesiesnya akhirnya mereka ubah menjadi Homo Mojokertensis. Ciri-cirinya, yakni memiliki postur tubuh tegak, tinggi tubuh 165-180 cm, rahang dan gigi kuat, kening menonjol, hidung lebar, dan otak dengan kapasitas 750-1.300 cc.
6. Homo Mojokertensis (1936)
Manusia purba yang ditemukan di Indonesia berikutnya adalah Homo Mojokertensis. Ralph von Koenigswald menemukannya pada tahun 1936 di Mojokerto. Fosil yang ia temukan adalah tengkorak anak-anak yang berusia di bawah lima tahun. Ia memperkirakan fosil Homo Mojokertensis sebagai fosil dari anak-anak Pithecanthropus.
Berdasarkan penemuan fosil-fosilnya, Homo Mojokertensis memiliki ciri-ciri fisik yang mirip dengan manusia purba lainnya. Meskipun tidak ada banyak informasi rinci tentang spesies ini, penelitian lebih lanjut mungkin dapat memberikan wawasan lebih mendalam tentang karakteristik fisiknya.
7. Pithecanthropus Dubuis (1939)
Jenis manusia purba yang satu ini ditemukan pada tahun 1939 meski sedikit meragukan. Hal itu karena, meskipun berasal dari Sangiran, struktur tulang dan tengkoraknya tidak sepenuhnya sesuai dengan ciri-ciri Meganthropus maupun Pithecanthropus.
Selain itu sejarah ekspedisi dan penggalian arkeologis di Indonesia seringkali terkait dengan penjajahan. Sehingga, banyak peneliti Belanda yang bekerja sama dengan pemerintahan kolonial berhasil melakukan penggalian arkeologis, termasuk dalam penemuan fosil manusia purba ini. Maka dari itu, penelitiannya cukup diragukan.
Lebih lanjut, manusia purba ini memiliki karakteristik fisik yang kuat dan gagah. Makanan utamanya adalah tumbuhan. Peneliti menduga bahwa mereka hidup dalam kelompok dan cenderung menetap.
8. Meganthropus Palaeojavanicus (1941)
Peneliti Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil rahang bawah Meganthropus Palaeojavanicus pada tahun 1941 di dekat Desa Sangiran, Lembah Sungai Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari Pleistosen awal (lapisan bawah) dan merupakan manusia purba tertua di Indonesia.
Salah satu manusia purba yang ditemukan di Indonesia ini memiliki tubuh besar, kening menonjol, dan tulang pipi tebal, dengan rahang dan gigi yang hampir seukuran dengan gorila. Usia fosil ini diperkirakan sekitar 1.000.000–2.000.000 tahun.
Meganthropus perkiraannya hidup dengan cara food gathering atau mengumpulkan makanan, terutama tumbuh-tumbuhan. Hal itu karena mereka belum mengenal adanya api.
Nama ilmiahnya adalah Meganthropus Paleojavanicus, yang memiliki arti manusia besar tertua dari Jawa. Meski demikian, beberapa ahli mengklasifikasikannya sebagai Homo Erectus Paleojavanicus.
Baca Juga: Meganthropus Palaeojavanicus: Ciri dan Sejarah Penemuannya
9. Homo Floresiensis (2003)
Manusia purba yang ditemukan di Indonesia terakhir ada Homo Floresiensis, penemunya ialah Peter Brown dan Mike J. Morwood pada bulan September tahun 2003, tepatnya di Liang Bua, Flores. Mereka menganggap manusia purba yang memiliki julukan Manusia Liang Bua ini sebagai spesies baru, lalu memberinya nama sesuai dengan tempat penemuannya.
Ciri-cirinya, yakni memiliki kepala dan tubuh yang kecil. Selain itu, mereka juga otak berukuran kecil dengan volume sekitar 380 cc, rahang menonjol atau dahi yang sempit, berat badan sekitar 25 kilogram, dan tinggi badan sekitar 1,06 meter.
Pengelompokan Homo Floresiensis sebagai manusia modern masih menjadi perdebatan. Beberapa ahli berpendapat bahwa spesies ini merupakan hasil evolusi dari Pithecantropus, sementara yang lain menduga bahwa Homo Floresiensis hidup secara bersamaan atau pada periode yang sama dengan Homo Sapiens.
Manusia purba ini sering mendapatkan julukan sebagai “hobbit” karena kemiripannya dengan karakter hobbit dalam karya J.R.R. Tolkien pada film The Lord of the Rings and The Hobbit.
Para ilmuwan menduga bahwa Homo Floresiensis memiliki tubuh mungil, karena adaptasi lingkungan. Keterbatasan ruang di Pulau Flores selama ribuan tahun telah menyebabkan penurunan ukuran tubuh dari generasi ke generasi.
Sudah Tahu Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia?
Dalam usaha melihat masa lalu dan meresapi keragaman budaya manusia purba. Telah kita saksikan ragam manusia purba yang ditemukan di Indonesia. Dari penemuan tersebut, kita bisa menyusuri jejak-jejak manusia purba yang menghidupi wilayah ini selama ribuan tahun.
Semua penemuan tersebut menjadi bukti nyata akan keragaman sejarah manusia di Indonesia. Dengan melihat masa lalu, kita semakin memahami diri kita sendiri dan menghargai warisan nenek moyang yang telah membentuk wawasan unik kita tentang perkembangan manusia. Semoga bermanfaat!