Dalam setiap percakapan atau tulisan yang kita gunakan sehari-hari, kata-kata adalah bagian terpenting yang membentuk bahasa. Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya tentang asal-usul dan struktur kata-kata yang kita gunakan? Di sinilah peran morfologi menjadi hal yang sangat penting.
Sebagai cabang ilmu linguistik, morphology mempelajari struktur dan pembentukan kata dalam suatu bahasa. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari konsep utama dalam morphology, memahami bagaimana kata-kata terbentuk, dan menggali bagaimana struktur dalam bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Jadi, simak baik-baik ya!
Pengertian
Morfologi pada cabang ilmu linguistik mempelajari struktur dan pembentukan kata-kata dalam suatu bahasa. Secara lebih spesifik, morphology membahas tentang morfem, yaitu unit terkecil dalam bahasa yang memiliki makna.
Pada dasarnya, morphology mempelajari bagaimana kata-kata terdiri dari morfem. Baik itu morfem bebas yang dapat berdiri sendiri sebagai kata utuh, maupun morfem terikat yang membutuhkan ketergantungan pada morfem lain untuk membentuk kata.
Melalui ilmu morphology, kita juga dapat mengidentifikasi dan menganalisis struktur kata-kata dalam bahasa, serta memahami hubungan antara kata-kata tersebut. Hal ini membantu kita dalam mempelajari kosakata, menganalisis makna kata, dan memahami perubahan kategori gramatikal atau makna yang terjadi melalui proses morphology.
Dengan demikian, morphology bisa membuat kita memahami struktur dan pembentukan kata dalam bahasa, serta bagaimana kata-kata tersebut membentuk makna, agar kita bisa menyampaikan informasi secara efektif.
Proses
Proses morfologi melibatkan pembentukan kata-kata baru melalui penggunaan morfem-morfem yang ada, seperti yang akan kami jelaskan berikut ini:
1. Derivasi
Proses penambahan morfem terikat pada morfem dasar untuk membentuk kata baru dengan makna atau fungsi yang berbeda. Morfem terikat dapat berupa awalan (prefix), akhiran (suffix), atau kadang-kadang imbuhan (infiks).
2. Komposisi
Proses ini melibatkan penggabungan dua atau lebih morfem dasar untuk membentuk kata yang memiliki makna baru. Morfem dasar tersebut dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
3. Reduplikasi
Sebuas proses yang melibatkan pengulangan sebagian atau seluruh morfem dalam kata untuk memberikan penekanan atau makna tambahan. Reduplikasi dapat terjadi pada satu morfem atau keseluruhan kata.
4. Konversi
Sebuah proses pada kategori gramatikal kata tanpa perubahan bentuk morfem. Dalam proses ini, kata-kata dapat beralih dari satu kategori gramatikal ke kategori lainnya.
5. Pemajemukan (Blending)
Proses ini melibatkan penggabungan dua kata atau lebih untuk membentuk kata baru dengan menggabungkan bagian awal atau akhir dari kata-kata tersebut.
6. Singkatan (Abbreviation)
Proses ini menggunakan potongan kata atau huruf awal dari kata-kata yang lebih panjang untuk membentuk sebuah kata baru.
Jenis dan Contoh Morfologi
Morphology melibatkan berbagai jenis dan contoh morfem yang digunakan dalam pembentukan kata dalam suatu bahasa. Berikut ini adalah beberapa jenis dan contohnya:
1. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata yang utuh dan memiliki makna yang jelas. Jenis morfem ini tidak memerlukan ketergantungan pada morfem lain dalam membentuk kata. Morfem bebas merupakan unit makna terkecil dalam bahasa yang dapat berfungsi sebagai kata dasar. Contohnya seperti:
- Rumah: Tempat tinggal atau bangunan tempat tinggal.
- Makan: Tindakan mengonsumsi makanan.
- Buku: Sebuah objek yang digunakan untuk membaca atau menyimpan informasi.
2. Morfem Terikat
Jenis morfem ini tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata yang utuh dan harus melekat pada morfem lain untuk membentuk kata. Terdapat beberapa jenis morfem terikat yang umum digunakan, seperti awalan (prefix), akhiran (suffix), dan imbuhan (infiks). Contohnya seperti:
a. Awalan (Prefix):
- “di-” dalam kata “disimpan” (di + simpan).
- “ber-” dalam kata “bermain” (ber + main).
- “meng-” dalam kata “menggambar” (meng + gambar).
b. Akhiran (Suffix):
- “-kan” dalam kata “bacakan” (baca + -kan).
- “-i” dalam kata “asasi” (asas + -i)
- “-an” dalam kata “makanan” (makan + -an)
c. Imbuhan (infiks):
- “-el” dalam kata “telunjuk” (tunjuk + -el)
- “-em” dalam kata “temali” (tali + -em)
- “-er” dalam kata “kerudung” (kudung + -er)
3. Morfem Derivasi atau Penambahan
Jenis morfem terikat yang ditambahkan pada morfem dasar untuk membentuk kata baru, dengan makna atau fungsi yang berbeda. Jenis ini biasanya digunakan untuk membentuk kata-kata dengan kategori gramatikal yang berbeda atau memperluas makna kata dasar tersebut. Berikut contohnya:
- “Ber-” : Berlari, bermain, berbicara.
- “Meng” : Menjamur, menulis, mengendarai.
- “Ter-” : Terbangun, terkenal, terjatuh.
- “Ber-an” : Bersebelahan, berlarian, bersahutan.
- “Ber-kan” : Bersenjatakan, beralaskan, berdasarkan.
- “Ke-an” : Kebahagiaan, kecantikan, keberanian.
4. Morfem Komposisi atau Penggabungan
Jenis morfologi di mana dua atau lebih morfem dasar digabungkan untuk membentuk kata baru yang memiliki makna baru. Dalam morfem ini, morfem dasar dapat berupa kata benda, kata kerja, kata keterangan, nomina, atau kata sifat. Berikut contohnya:
- Meja makan: Terbentuk dari penggabungan kata benda “meja” dan kata kerja “makan”.
- Air mata: Gabungan kata benda “air” dan kata benda “mata”.
- Pemadam kebakaran: Terbentuk dari penggabungan kata benda “pemadam” dan kata nomina “kebakaran”.
5. Morfem Reduplikasi atau Pengulangan
Jenis morphology di mana satu atau lebih morfem dalam sebuah kata diulang untuk memberikan penekanan atau makna tambahan. Berikut ini adalah contoh-contoh morfem reduplikasi dalam bahasa Indonesia:
- Siang-siang: Reduplikasi pada kata “siang” yang menghasilkan kata “siang-siang”. Hal ini merupakan pengulangan kata dan menunjukkan periode waktu saat siang.
- Adik-adik: Pengulangan pada kata “adik”, sehingga menjadi kata “adik-adik”. Hal ini terjadi karena pengulangan sebagian kata serta menunjukkan terdapat lebih dari satu adik atau mengacu pada sekelompok orang yang umurnya lebih muda daripada yang mengucapkan kata tersebut.
- Makan-makan: Adanya proses pengulangan kata kerja “makan” yang menghasilkan kata “makan-makan”. Hal ini menunjukkan adanya pengulangan kata dan memiliki makna melakukan aktivitas makan secara bersama.
6. Morfem Konversi atau Pengubahan
Jenis morphology di mana sebuah kata mengalami perubahan kategori gramatikal tanpa penambahan atau penghilangan morfem apapun. Dalam konversi, kata yang awalnya digunakan dalam satu kategori gramatikal dapat digunakan kembali dalam kategori gramatikal yang berbeda, tanpa perubahan bentuk. Berikut contohnya:
a. Panah (kata benda) -> Memanah (kata kerja)
Kata “panah” awalnya digunakan sebagai kata benda yang merujuk pada jenis senjata. Namun, setelah dikonversi, kata “panah” digunakan sebagai kata kerja “memanah” untuk menyatakan tindakan melepaskan anak panah ke objek.
b. Makan (kata kerja) -> Makanan (kata benda)
Kata “makan” digunakan sebagai kata kerja yang merujuk pada tindakan mengonsumsi makanan. Kata “makan” tersebut setelah dikonversi dapat digunakan sebagai kata benda “makanan” yang merujuk pada jenis-jenis makanan.
c. Baca (kata kerja) -> Bacaan (kata benda)
Kata “baca” awalnya digunakan sebagai kata kerja yang merujuk pada aktivitas membaca. Namun setelah dikonversi, kata “baca” dapat digunakan sebagai kata benda, yakni “bacaan” yang memiliki makna teks atau materi yang bisa dibaca.
d. Minum (kata kerja) -> Minuman (kata benda)
Kata “minum” adalah kata kerja yang merujuk pada aktivitas minum. Dalam dikonversi, kata “minum” tersebut dapat digunakan sebagai kata benda “minuman” yang merujuk pada objek berupa minuman.
e. Cinta (kata benda) -> Mencintai (kata kerja)
Kata “cinta” yang awalnya digunakan sebagai kata benda yang berarti perasaan kasih sayang. Setelah dikonversi, kata “cinta” bisa digunakan sebagai kata kerja “mencintai” yakni tindakan mencurahkan kasih sayang kepada seseorang.
Sudah Tahu Apa Itu Morfologi dalam Ilmu Bahasa?
Demikian penjelasan lengkap mengenai apa itu morfologi dalam ilmu bahasa, proses pembentukannya, jenis, serta contohnya. Dengan mempelajari cabang ilmu ini kita dapat menambah wawasan tentang bagaimana suatu kata terbentuk dan berfungsi dalam komunikasi.