Perkembangan Teori Atom Berdasarkan Ilmuwan yang Berperan

Dalam perjalanan panjang ilmu pengetahuan, perkembangan teori atom telah menjadi inti dari pemahaman kita tentang dunia mikroskopis. Mulai dari konsep awal atom sebagai partikel tak terpecahkan hingga pemahaman saat ini tentang struktur kompleks yang terdiri dari proton, neutron, dan elektron. 

Artikel ini akan menjelajahi evolusi teori atom. Ilmuwan seperti Dalton, Thomson, Rutherford, Bohr, dan Heisenberg telah memberikan kontribusi penting dalam menggambarkan atom. Mari kita telusuri perjalanan menarik ini untuk memahami bagaimana pemahaman kita tentang dunia atom yang terus berkembang.

Evolusi Perkembangan Teori Atom 

Teori atom, yang muncul sejak zaman Yunani Kuno dengan Democritus sebagai pelopor utamanya, telah menjadi satu elemen penting dalam sejarah ilmu pengetahuan. Pada awal abad ke-5 SM, Democritus mengembangkan gagasan bahwa materi dapat terbagi menjadi partikel kecil yang disebut atom. 

Menurutnya, atom adalah entitas padat tanpa struktur internal, dengan ruang kosong antara atom untuk pergerakan. Sehingga, ia menganalogikannya dengan pergerakan dalam air dan udara.

Kontribusi Democritus dalam perkembangan teori atom menjadi tonggak penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam sains. Ia mengklaim bahwa atom adalah bagian terkecil yang tidak dapat terbagi lagi. 

Selain itu, ia juga mengemukakan bahwa atom memiliki perbedaan sifat, bentuk, massa, dan ukuran. Diskusi ini tidak bisa terlepas dari struktur atom, yang mana terdiri dari inti atom mengandung proton positif dan neutron netral. Dengan awan elektron bermuatan negatif di sekelilingnya yang terikat oleh gaya elektromagnetik. 

Gaya tersebut memainkan peran penting dalam interaksi atom dan pembentukan molekul. Seiring berjalannya waktu, teori atom terus berkembang dan adanya perbaikan sejalan dengan penemuan-penemuan baru. 

Meskipun memiliki keterbatasan dalam bukti eksperimental, Democritus membuka jalan untuk perkembangan selanjutnya dalam pemahaman kita tentang atom. Pada pertengahan abad ke-19, penemuan-penemuan baru yang ditemukan oleh berbagai tokoh juga menjadi kontribusi penting dalam perkembangan teori atom.

Ilmuwan yang Berperan dalam Perkembangan Teori Atom 

Sejarah perkembangan teori atom melibatkan banyak ilmuwan yang berperan dalam mengembangkan pemahaman tentang struktur atom. Beberapa ilmuwan yang paling berpengaruh adalah:

1. Dalton

Teori Atom Dalton
Teori Atom Dalton | Image source: pinterest.com

Perkembangan awal dalam teori atom bermula dari kontribusi John Dalton pada tahun 1803. Dalton merumuskan pandangannya tentang atom berdasarkan dua hukum penting, yaitu hukum kekekalan massa Lavoisier dan hukum perbandingan tetap Proust.

Dalton memperkenalkan prinsip-prinsip kunci dalam teori atomnya sebagai berikut:

  • Atom adalah partikel terkecil dari unsur yang tidak dapat terbagi lagi.
  • Atom-atom dengan unsur yang sama memiliki sifat identik, sementara atom-atom dari unsur yang berbeda memiliki sifat berbeda.
  • Dalam proses reaksi kimia, atom bisa bergabung atau terpisah.
  • Atom dapat bergabung dengan atom lainnya untuk membentuk molekul dengan perbandingan yang sederhana.

Meskipun teori atom Dalton memberikan fondasi yang kuat untuk pemahaman awal tentang atom, teori ini memiliki keterbatasan. Termasuk ketidakmampuannya untuk menjelaskan bagaimana cara atom berinteraksi dan tidak dapat menggambarkan hubungan antara atom unsur yang berbeda serta sifat listrik materi.

Perkembangan selanjutnya dalam pemahaman atom terjadi pada tahun 1886 ketika Eugene Goldstein menemukan proton, partikel bermuatan positif dalam atom. Kemudian, pada tahun 1897, J.J. Thomson menemukan elektron, partikel bermuatan negatif dalam atom.

Walaupun perkembangan teori atom Dalton memiliki keterbatasan, perannya sebagai “bapak” dalam penciptaan teori atom modern sangatlah diperhitungkan. Teori ini berhasil menjelaskan hukum kekekalan massa Lavoisier dan hukum perbandingan tetap Proust yang menjadi tonggak utama perkembangan ilmu kimia.

2. Thomson

Teori Atom Thomson
Teori Atom Thomson | Image source: pinterest.com

Setelah teori atom Dalton, perkembangan selanjutnya datang dalam bentuk Teori Atom Thomson. Pada tahun 1897, Joseph John Thomson yang lebih dikenal dengan nama J.J. Thomson menggantikan beberapa kekurangan yang ada dalam teori sebelumnya. 

Salah satu langkah kunci dalam perkembangan ini adalah penemuan elektron oleh Thomson. Ia memulai penelitian ini setelah menemukan sinar katode dalam tabung katode yang dikembangkan oleh William Crookes. 

Penelitian pada sinar katode membawa Thomson pada kesimpulan bahwa sinar katode tersebut adalah partikel. Kejadian ini adalah langkah awal dalam mengatasi kekurangan dalam teori atom sebelumnya.

Perkembangan teori atom Thomson menggambarkan atom sebagai sebuah bola pejal yang bermuatan positif dan memiliki beberapa elektron bermuatan negatif yang mana tersebar di dalamnya, mirip dengan kismis di dalam roti. Oleh karena itu, teori ini juga terkenal sebagai “teori roti kismis.”

Poin-poin utama dalam teori atom Thomson adalah:

  • Atom bukanlah partikel terkecil dalam zat atau senyawa tertentu.
  • Massa elektron lebih kecil daripada massa atom secara keseluruhan.
  • Secara keseluruhan, atom memiliki sifat netral karena jumlah muatan positif dan negatif dalam atom seimbang.

Meskipun teori atom Thomson membawa perbaikan signifikan dalam pemahaman atom, teori ini juga memiliki kekurangan. Termasuk tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan distribusi elektron dalam bola atom dan tidak mampu menjelaskan eksistensi inti atom.

Akhirnya, teori Thomson tergantikan oleh model atom yang lebih maju setelah penelitian Ernest Rutherford mengungkapkan bahwa muatan positif dalam atom terpusat di inti atom yang sangat kecil.

3. Rutherford

Teori Atom Rutherford
Teori Atom Rutherford | Image source: meteorologiaenred.com

Ernest Rutherford adalah tokoh selanjutnya yang berperan penting dalam perkembangan teori atom. Meskipun ia adalah seorang murid dan berkolaborasi dengan J.J. Thomson, Rutherford berhasil mengembangkan dan memperbaiki teori atom Thomson.

Pada tahun 1910, ia dan dua asistennya mengadakan eksperimen terkait inti atom. Mereka menemukan bahwa inti atom memiliki jari-jari yang jauh lebih kecil daripada jari-jari keseluruhan atom.

Eksperimen ini dikenal dengan nama eksperimen Geiger-Marsden yang mana diambil dari nama dua murid Rutherford, Hans Geiger dan Ernest Marsden. Eksperimen ini melibatkan penembakan partikel alfa atau partikel bermuatan positif dengan massa empat kali massa atom hidrogen ke lempengan emas. 

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa sebagian partikel alfa dipantulkan, dan sebagian lainnya terus melalui lempengan emas. Kemudian, juga ada partikel alfa yang dibelokkan dalam sudut besar.

Hasil eksperimen ini mengejutkan Rutherford, karena ia awalnya mengharapkan semua partikel alfa akan melalui lempengan emas secara lurus. Namun, fakta bahwa sejumlah besar partikel mengalami pembelokan signifikan mengarah pada kesimpulan.

Kesimpulannya adalah inti atom bermuatan positif lah yang menyebabkan pembelokan tersebut. Rutherford menyimpulkan bahwa muatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom.

Inti atom ini menjadi inti teori atom Rutherford, yang tergambarkan sebagai pusat bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron-elektron bermuatan negatif, mirip dengan gambaran sistem tata surya. Perkembangan teori atom ini juga menegaskan bahwa atom bersifat netral karena muatan positif dan negatifnya seimbang.

Meskipun teori Rutherford mengatasi beberapa kelemahan teori atom Thomson seperti tidak mampu menjelaskan spektrum garis atom hidrogen, tetapi ia juga memiliki keterbatasan sendiri. Termasuk ketidakmampuannya untuk menjelaskan rotasi inti atom dan energi yang dipancarkan oleh elektron yang bergerak.

4. Bohr

Teori Atom Bohr
Teori Atom Bohr | Image source: pinterest.com

Niels Bohr, seorang fisikawan asal Denmark yang meraih Nobel Fisika pada tahun 1922, memulai penelitiannya tentang atom pada tahun 1913. Bohr berfokus pada spektrum atom hidrogen.

Pada saat itu, teori atom Rutherford menggambarkan atom sebagai inti bermuatan positif yang disekelilingnya terdapat elektron. Namun, teori ini dianggap tidak cukup untuk menjelaskan struktur atom secara lengkap dan bertentangan dengan teori elektrodinamika klasik Maxwell.

Bohr mengambil inspirasi dari perkembangan teori model atom nuklir Rutherford dan teori kuantum Planck untuk mengembangkan teori atom Bohr. Model ini menggambarkan elektron-elektron yang mengelilingi inti atom (terdiri dari proton dan neutron) dalam lintasan yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. 

Elektron dapat berpindah antar kulit dengan menyerap atau memancarkan energi tertentu. Model atom Bohr sering dibandingkan dengan pergerakan planet mengelilingi matahari. Kondisi ini menghasilkan empat inti teori atom Bohr, yaitu:

  • Elektron bergerak dalam jalur khusus mengelilingi inti atom.
  • Saat dalam lintasan, energi elektron tetap konstan, sehingga tidak ada energi yang terserap atau terpancarkan.
  • Elektron hanya bisa berpindah antar kulit dengan menyerap atau memancarkan energi.
  • Hanya lintasan-lintasan dengan momentum sudut yang merupakan kelipatan bulat dari h/2Ï€ (dengan Ï€=3,14) yang diperbolehkan untuk elektron.

Meskipun perkembangan teori atom Bohr merupakan perbaikan dari model atom Rutherford, teori tersebut juga memiliki keterbatasan. Teori Bohr tidak dapat menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks dari atom hidrogen dan tidak dapat mengatasi efek Zeeman.

5. Werner Heisenberg dan Erwin Schrödinger

Werner Heisenberg dan Erwin Schrödinger
Werner Heisenberg dan Erwin Schrödinger | Image source: cerdika.com

Teori mekanika kuantum muncul sebagai bentuk menyempurnakan perkembangan teori atom Bohr. Erwin Schrödinger, seorang fisikawan asal Austria yang meraih Nobel Fisika pada tahun 1933, memainkan peran penting dalam mengembangkan teori ini.

Pengembangan teori atom modern ini didasarkan pada hipotesis Louis de Broglie yang menyatakan bahwa elektron memiliki sifat dualitas, yakni sebagai partikel dan gelombang. Elektron dapat bergerak seperti gelombang dan memiliki lintasan yang juga bersifat gelombang.

Selain Schrödinger, fisikawan lain yang berperan dalam pengembangan teori atom modern adalah Werner Heisenberg. Keduanya bekerja sama dalam mengembangkan teori atom modern, yang saat ini dikenal sebagai teori mekanika kuantum.

Kontribusi Schrödinger berdasarkan hipotesis de Broglie, sementara Heisenberg mengembangkan prinsip ketidakpastian bahwa ada batasan dalam menentukan posisi dan momentum elektron secara simultan. Secara keseluruhan, teori atom mekanika kuantum dianggap sebagai teori paling mutakhir dalam pemahaman atom.

Sudah Tahu Perkembangan Teori Atom dan Para Penemunya?

Dalam perkembangan teori atom, Anda bisa melihat evolusi yang bermula dari Democritus di Yunani Kuno hingga mekanika kuantum oleh Schrödinger dan Heisenberg. Teori ini menggambarkan atom sebagai entitas kompleks yang melibatkan sifat partikel dan gelombang elektron. 

Berkat penelitian dan pengembangan teori, kita bisa mempelajari ilmu pengetahuan fisika dan kimia dengan lebih mendalam serta dapat mengeksplorasi teknologi yang berkaitan dengan atom. Contohnya fisika atom, mekanika kuantum, fisika dan kimia nuklir, biologi radiasi, elektronika, dan bahkan astronomi.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page