Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Hindu di Pulau Jawa yang mana terletak di tepi Sungai Citarum. Kerajaan ini meninggalkan banyak artefak bersejarah, salah satunya berbentuk prasasti. Adapun peninggalan prasasti yang cukup terkenal sampai saat ini adalah Prasasti Jambu.
Prasasti ini bukan hanya sekedar bebatuan kuno, tetapi merupakan sebuah jendela ke masa lalu yang memberikan pandangan tentang peradaban dan kebudayaan Kerajaan Tarumanegara. Artikel ini akan membahas asal-usul, isi, hingga fungsi Prasasti Jambu dalam konteks sejarah Indonesia.
Daftar ISI
Sejarah Singkat Kerajaan Tarumanegara
Sebelum mengulik isi Prasasti Jambu sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanegara, ketahui dulu bagaimana sejarah singkat berdirinya kerajaan ini. Kerajaan Tarumanegara berasal dari kata taruma yang berarti Sungai Citarum dan nagara yang berarti kerajaan.
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan bercorak Hindu tertua di Pulau Jawa dan seluruh Indonesia, di mana diketahui berdiri sekitar tahun 450 Masehi. Bermula dari seorang pendeta yang bernama Rajadirajaguru Jayasingawarman dari Salankaraya India melarikan diri bersama sekelompok pengungsi India.
Berdasarkan sejarahnya, tempat asal sang pendeta mengalami perebutan kekuasaan oleh Kerajaan Magadha. Sehingga, sang pendeta mendirikan kerajaan di Nusantara (nama Indonesia saat itu), tepatnya di bagian barat Pulau Jawa pada abad ke-4 Masehi.
Raja yang memimpin Kerajaan Tarumanegara berganti-ganti, hingga akhirnya kerajaan tersebut runtuh pada abad ke-6 Masehi akibat serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Para raja memimpin kerajaan tersebut selama tiga abad sebelum berakhirnya pemerintahan mereka.
Meskipun telah runtuh, Kerajaan Tarumanegara menyisakan beberapa peninggalan yang bisa menjadi sebuah kenangan dan pelajaran kepada masyarakat, khususnya generasi bangsa Indonesia. Salah satu peninggalannya adalah Prasasti Jambu.
Fungsi Peninggalan Prasasti Jambu
Setelah Anda mengetahui bagaimana terbentuknya Kerajaan Sriwijaya yang merupakan kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa, Anda juga perlu mengenali fungsi dari adanya peninggalan Prasasti Jambu.
Anda telah mengetahui beberapa fungsi sebelumnya, yaitu menjadikan peninggalan sebagai kenangan dan warisan sejarah dari Kerajaan Tarumanegara. Ternyata, sebagai raja yang memimpin Tarumanegara, Raja Sri Purnawarman membutuhkan pengakuan atas keperkasaannya menjadi seorang pemimpin.
Beliau membutuhkan sebuah legitimasi melalui beberapa peninggalan, salah satunya adalah Prasasti Jambu yang mana mendokumentasikan kewibawaannya selama menjabat. Sering kali, legitimasinya yang tertulis merujuk pada seorang ahli suci atau disebut sebagai dewa suci yang memiliki spiritual tinggi.
Hal itu yang menyebabkan para raja membuat legitimasi dirinya agar dianggap sebagai para dewa di dunia. Dengan demikian, banyak masyarakat yang mempercayai kekuasaan Raja Sri Purnawarman dan memiliki rasa hormat kepadanya.
Lokasi Penemuan Prasasti Jambu
Prasasti Jambu memiliki nama lain Prasasti Pasir Koleangkak yang ditemukan oleh Jonathan Rigg pada tahun 1854. Prasasti ini ditemukan pertama kali di wilayah Kampung Pasir Gintung, Kecamatan Nanggung, tepatnya di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Jika Anda ingin melihat wujud asli prasasti ini, Anda bisa menuju ke desa Parakanmuncang dengan koordinat 0°15’45,40” BB (dari Jakarta) dan 6°34’08,11”. Untuk menuju ke lokasi tersebut, Anda bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, baik itu kendaraan pribadi maupun transportasi umum dari Kota Bogor.
Jalur untuk transportasi umum cukup mudah. Anda bisa menuju Kota Bogor lalu menaiki transportasi umum jurusan Bogor-Leuwiliang. Selanjutnya, Anda bisa memanfaatkan angkutan umum yang ada di sana dengan tujuan Kecamatan Nanggung.
Kemudian, Anda berhenti di Desa Parakanmuncang dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki di area perkampungan, ladang, dan sawah untuk bisa mencapai Bukit Koleangkak.
Dulunya, lokasi tersebut merupakan sebuah perkebunan karet Sadeng Djamboe yang mana kabarnya kini menjadi PT Perkebunan Nusantara XI. Oleh sebab itu, untuk menuju kesana, Anda akan disuguhkan pemandangan indah dari kebun-kebun pohon karet.
Berdasarkan artikel yang dimuat oleh Navigasi.net, kondisi jalan ketika sampai di kaki Bukit Koleangkak cukup menanjak sehingga membuat siapa pun yang kesana akan sedikit terengah-engah. Akan tetapi, hasil peninggalan Kerajaan Tarumanegara ini sangat nyaman untuk dijadikan sebagai objek wisata.
Sebab, kondisi di sekitarnya menyuguhkan pemandangan perbukitan dengan hembusan angin yang sejuk. Selain itu, area sekitar Prasasti Jambu juga sudah rapi tanpa adanya sampah.
Isi dan Kondisi Fisik Prasasti Jambu
Setelah Jonathan Rigg menemukan Prasasti Jambu, beliau melaporkannya kepada Dinas Purbakala pada tahun 1947. Kemudian, beliau mulai mempelajari prasasti ini tepat pada tahun 1954.
Isi prasasti dipahat di atas batu andesit yang berbentuk segitiga sama sisi dengan ukuran sisi-sisinya 290 cm x 264 cm x 240 cm, sedangkan ukuran tingginya sekitar 73 cm. Hasil pahatannya tidak menggunakan teknik penghalusan karena permukaan batu sudah relatif rata.
Prasasti ini memiliki gambar sepasang kaki yang berada di atas tulisan dua baris puisi. Namun, batu pada bagian kaki kiri telah pecah sehingga tersisa satu pasang kaki yang tertera pada gambar.
Isi dari prasasti ini menggunakan Bahasa Sansekerta dengan tulisan aksara Pallawa yang diprediksi ditulis sekitar abad ke-5 Masehi. Berikut ini isi Prasasti Jambu:
“siman=data krtajnyo narapatir=asamo yah pura tarumayam/ nama sri purnnavarmma pracura ri pusara bhedya bikhyatavarmmo/”
“tasyedam= pada vimbadvayam= arinagarot sadane nityadaksam/ bhaktanam yandripanam= bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam//”
Terjemahan dari isi prasasti tersebut merujuk pada susunan kalimat dalam bentuk seloka dengan metrum sragdara. Berikut ini terjemahannya:
“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termasyhur Sri Purnawarman yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh.”
“Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya.”
Berdasarkan penjabaran tersebut, terlihat jelas bahwasannya seorang Raja Sri Purnawarman menyampaikan citra diri sebagai seorang pemimpin yang tangguh, perkasa, dan gagah. Dengan demikian, prasasti ini berisi pujian melegitimasi seorang Raja Sri Purnawarman selama menjadi pemimpin Kerajaan Tarumanegara.
Macam-Macam Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Setelah Anda membaca kisah Prasasti Jambu di atas, ketahuilah pula bahwa Kerajaan Tarumanegara juga memiliki banyak peninggalan lain selain prasasti. Berikut ini adalah beberapa peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang masih bisa Anda kunjungu hingga hari ini:
1. Prasasti
Hingga saat ini, diketahui peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang berbentuk prasasti bukan hanya Prasasti Jambu, melainkan ada beberapa prasasti lainnya. Di antaranya adalah:
- Prasasti Ciaruteun.
- Prasasti Tugu.
- Prasasti Kebon Kopi I (Prasasti Tapak Gajah).
- Prasasti Kebon Kopi II.
- Prasasti Muara Cianten.
- Prasasti Pasir Awi.
- Prasasti Cidanghiang atau Prasasti Munjul.
2. Candi
Candi dalam peninggalan Kerajaan Tarumanegara terbagi menjadi Situs Batujaya dan Situs Cibuaya. Pada Situs Batujaya, ada dugaan penemuan candi-candi seperti Candi Jiwa, Candi Blandongan, dan Candi Serut.
Sedangkan untuk Situs Cibuaya terdapat dugaan adanya Candi Lemah Duhur Lanang dan Candi Lemah Duhur Wadon. Kedua situs tersebut berlokasi di kota yang sama, yaitu Karawang, Jawa Barat.
3. Arca
Selain Prasasti Jambu, peninggalan Kerajaan Tarumanegara lainnya adalah berbentuk arca. Beberapa arca ditemukan di lokasi yang berbeda-beda, seperti Arca Wisnu Cibuaya 1 yang berada di Semenanjung Melayu, Siam, dan Kamboja.
Sedangkan Arca Wisnu Cibuaya II ditemukan di daerah Karawang, Jawa Barat. Peninggalan arca lainnya seperti Arca Aiwa di Tanjung Barat, Arca Durga di Tanjung Priok, dan Arca Rajarsi di daerah Jakarta.
Seberapa Jauh Anda Mengenal Prasasti Jambu?
Prasasti Jambu merupakan salah satu peninggalan pada zaman Kerajaan Tarumanegara yang berlokasi di Kabupaten Bogor. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara ini tidak lepas dari sebuah ajang untuk memperkaya citra diri Raja Sri Purnawarman di hadapan masyarakat.
Tujuan Raja Sri Purnawarman sederhana, yaitu hanya ingin tampil memukau dan termasyhur atas kepemimpinannya. Akan tetapi, mengingat Kerajaan Tarumanegara memiliki corak keagamaan Hindu, peninggalannya pun merujuk seorang ahli suci. Dengan demikian, banyak masyarakat yang menjadikannya sebagai pemujaan.
Kita sebagai generasi muda Indonesia harus melestarikan prasasti sebagai warisan budaya dan sejarah. Maka dari itu, hindari menyentuh prasasti secara langsung. Selain itu, jaga lingkungan sekitar prasasti agar tetap bersih dan terawat.
Mari tingkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan prasasti. Edukasi mengenai nilai sejarah dan budaya prasasti dapat membantu masyarakat menjadi lebih peduli dalam menjaga dan melindunginya.