Tari tradisional di Indonesia cukup banyak dan terbagi berdasarkan daerah. Masing-masing daerah di Indonesia memiliki tarian dengan gerakan yang unik dan kental akan makna. Selain itu, umumnya para penari juga menggunakan baju adat daerah masing-masing ketika menari.
Sehingga, aktivitas seni ini bisa sekaligus mempromosikan budaya daerah mereka saat ada wisatawan lokal maupun mancanegara yang menonton pertunjukan tari. Tak hanya pakaian atau kostum tari, lagu yang mengiringi tarian pun juga menggunakan bahasa daerah yang mengandung arti tersendiri.
Bagi kamu yang penasaran dengan beragam jenis tarian di tanah air, yuk kenalan dengan 33 jenis tarian tradisional di Indonesia berikut ini!
Daftar ISI
- 33 Jenis Tari Tradisional di Indonesia yang Lengkap dengan Penjelasannya
- 1. Tari Piring
- 2. Tari Saman
- 3. Tari Tor-Tor
- 4. Tari Kelindan Sumbay
- 5. Tari Sigeh Penguten
- 6. Tari Zapin
- 7. Tari Sekapur Sirih
- 8. Tari Andun
- 9. Tari Bidadari Teminang Anak
- 10. Tari Cokek
- 11. Tari Ronggeng
- 12. Tari Jaipong
- 13. Tari Gambyong
- 14. Tari Jaran Kepang
- 15. Tari Serimpi
- 16. Tari Rejang
- 17. Tari Batunganga
- 18. Tari Gareng Lameng
- 19. Tari Gantar
- 20. Tari Tandik Balian
- 21. Tari Giring-Giring
- 22. Tari Kancet Papatai
- 23. Tari Mance
- 24. Tari Bamba Manurung
- 25. Tari Dinggu
- 26. Tari Pakarena
- 27. Tari Pontanu
- 28. Tari Maengket
- 29. Tari Saronde
- 30. Tari Cakalele
- 31. Tari Bambu Gila
- 32. Tari Sajojo
- 33. Tari Suanggi
- Manakah Tari Tradisional yang Pernah Kamu Tonton?
33 Jenis Tari Tradisional di Indonesia yang Lengkap dengan Penjelasannya
Seperti penjelasan sebelumnya, Indonesia memiliki banyak jenis tarian tradisional yang tersebar di seluruh daerahnya, seperti 33 jenis tarian tradisional berikut ini yang dilengkapi dengan penjelasannya:
1. Tari Piring
Pertama, ada Tari Piring yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Dilansir dari buku karya Inoer H bersama Ipunk Kristianto yang berjudul “Yuk, Mengenal Tarian Daerah 34 Provinsi di Indonesia”, Tari Piring menjadi kebudayaan suku Minang yang masih populer dan dilestarikan.
Dalam budaya suku Minang, Tari Piring tidak hanya merepresentasikan sebuah budaya, tapi juga tentang spiritual yang ditujukan untuk persembahan Dewi Padi. Sederhananya, Tari Piring bisa dijadikan sebagai media untuk memberikan penghormatan saat musim panen.
Seperti namanya, tarian tradisional masyarakat Minangkabau ini menggunakan piring-piring yang melambangkan pemberian sajian kepada dewi.
Tari Piring memiliki kurang lebih 20 gerakan. Mulai dari gerakan persembahan, singajuo lalai, gerakan mencangkul, menyiang, gerakan membuang sampah, memagar, menyemai, mencabut benih, menanam, menyabit padi, menumbuk padi, menginjak pecahan piring, dan gotong royong.
Jumlah penari pada tari tradisional satu ini sekitar tiga hingga tujuh orang. Jumlah penari harus ganjil, baik penari perempuan atau penari laki-laki.
2. Tari Saman
Kedua, ada Tari Saman yang berasal dari Aceh Darussalam. Tari dari Tanah Gayo ini menjadi salah satu tari tradisional yang populer dan banyak dipentaskan untuk acara-acara besar, seperti pembukaan Asian Games 2018 lalu.
Sebelum menjadi tarian tradisional, Tari Saman merupakan permainan rakyat Aceh yang dikenal dengan nama Pok Ane. Di mana permainan ini diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo, Aceh Tenggara. Karena berasal dari daerah Gayo, syair dalam Tari Saman ini menggunakan bahasa daerah Gayo.
Jumlah penari dalam tari ini harus lebih dari 10 orang dan berjumlah ganjil. Tari kebanggaan masyarakat Aceh, khususnya daerah Gayo ini menyimbolkan tentang kebersamaan, kekompakan, keagamaan, pendidikan, dan sopan santun.
Hal yang menarik dari tari ini adalah iringannya menggunakan suara serta bunyi tepuk tangan langsung dari para penarinya. Dalam gerakannya, Tari Saman akan dikombinasikan dengan memukul bagian pangkal paha dan dada. Kemudian, penari akan menghempaskan badan ke berbagai arah.
3. Tari Tor-Tor
Tari tradisional Indonesia yang tidak kalah populer adalah Tari Tor-Tor. Tari ini berasal dari Sumatera Utara dan menjadi tarian tradisional suku Batak.
Tari Tor-Tor diiringi oleh alat musik bernama gondang. Selain itu, suara dari Tari Tor-Tor juga berasal dari hentakan kaki para penarinya saat tampil di papan rumah milik suku Batak.
Pada zaman Belanda, tari ini digunakan sebagai hiburan para raja yang bersembunyi dari perlawanan tentara Belanda. Seiring berjalan waktu, Tari Tor-Tor jadi tarian tradisional suku Batak.
Tari asli Sumatera Utara ini terbagi menjadi banyak jenis, mulai dari Sipitu Cawan yang ditampilkan saat pengukuhan raja-raja. Kemudian, ada tari Pangurason yang digunakan untuk pembersihan atau pesta besar suku Batak.
Ketiga, ada jenis Tunggal Panaluan, yaitu tarian yang digunakan saat sebuah desa sedang mendapatkan musibah. Tarian ini akan digunakan oleh dukun untuk mencari solusi mengatasi masalah tersebut.
Tari Tor-Tor juga kerap ditampilkan dalam upacara adat perkawinan, yang dikenal dengan “Horja Haroan Batu”. Selain itu, tarian ini juga ditampilkan dalam upacara kematian suku Batak.
4. Tari Kelindan Sumbay
Selanjutnya, ada Tari Kelindan Sumbay yang berasal dari Sumatera Selatan (Sumsel). Tari tradisional ini biasanya dimainkan oleh beberapa atau sekelompok orang dengan gerakan tangan sebagai gerakan utama yang mengikuti musik pengiring.
Irama musik pengiring Tari Kelindan Sumbay berasal dari alat musik tradisional, seperti kendang, bonang, hingga rebab. Karena berasal dari alat tradisional, maka suara musik yang dihasilkan terdengar unik dan berbeda dari yang lain. Inilah yang menjadi ciri khas dari Tari Kelindan Sumbay.
5. Tari Sigeh Penguten
Kemudian, ada Tari Sigeh Penguten. Tarian ini berasal dari Provinsi Lampung yang cukup populer, karena dijadikan sebagai pembuka acara adat di daerah tersebut. Selain itu, tarian ini juga digunakan tuan rumah untuk ucapan selamat datang serta terima kasih kepada tamu yang sudah hadir.
Penari Sigeh Penguten ini terdiri dari beberapa orang yang berjumlah ganjil. Nantinya, salah satu penari akan memegang tepak dan posisinya berada di tengah. Tepak yang dipegang oleh penari tersebut biasanya berisi daun sirih yang akan diberikan kepada tamu-tamu penting.
6. Tari Zapin
Masyarakat Kepulauan Riau memiliki tari tradisional bernama Tari Zapin. Sebagai suku Melayu, Tari Zapin sangat merepresentasikan budaya Melayu dan sudah mendapat sedikit pengaruh budaya Arab.
Selain dijadikan untuk hiburan, tari ini juga sangat edukatif dan kerap ditampilkan untuk acara-acara penting. Tari Zapin juga dijadikan sebagai media untuk dakwah lewat syair lagu yang mengiringi tarian ini.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Zapin, yaitu tiga buah marwas, satu gendang berukuran kecil, dan dua buah alat musik petik seperti gambus.
7. Tari Sekapur Sirih
Daerah Jambi memiliki Tari Sekapur Sirih yang digunakan sebagai tari persembahan untuk menyambut tamu terhormat atau tamu-tamu penting, seperti presiden.
Seperti namanya, Tari Sekapur Sirih akan diakhiri dengan pemberian daun sirih kepada tamu yang disambut untuk mengunyah daun sirih tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah.
Tari Sekapur Sirih memang mirip seperti Tari Sigeh Penguten Lampung dan Tari Persembahan Riau. Perbedaannya terletak pada pakaian yang digunakan oleh penarinya.
Selain itu, irama atau iringan musik dari ketiga tari tradisional tersebut juga tidak sama. Masing-masing menggunakan bahasa daerah pada lagunya.
8. Tari Andun
Tari Andun merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Bengkulu. Masyarakat Bengkulu menggunakan Tari Andun sebagai tarian rakyat yang ditampilkan saat acara perkawinan. Pada zaman dulu, Tari Andun hanya digunakan sebagai media untuk mencari pasangan, setelah panen padi.
Karena tujuannya untuk mencari pasangan, penari dalam tari ini harus berpasangan, yaitu gadis dan bujang Bengkulu. Penyelenggaraan Tari Andun biasanya dilakukan di malam hari.
Menariknya, tari asli Bengkulu Selatan ini berlangsung cukup lama, yaitu 7 hari 7 malam atau selama satu minggu. Durasi ini tentu berbeda dengan pagelaran tari tradisional lainnya yang biasanya menggunakan hitungan jam.
Hal yang membuat penyelenggaraan Tari Andun adalah persiapan kegiatan dan hal-hal penting lainnya.
9. Tari Bidadari Teminang Anak
Selain Tari Andun, daerah Bengkulu juga memiliki tarian tradisional lain yang bernama Tari Bidadari Teminang Anak. Tari ini berasal dari Rejang Lebong, salah satu produsen kopi dan sayuran di daerah Bengkulu Utara.
Tari Bidadari Teminang Anak memiliki makna cukup dalam, yaitu mencerminkan sifat atau tingkah laku yang luhur. Seperti namanya, tari ini menceritakan tentang seorang bidadari yang turun ke bumi untuk mengangkat atau meminang anak.
Makna dari cerita tersebut, yaitu berkah yang turun dari langit untuk kehidupan seluruh umat manusia di bumi. Bisa dikatakan, Tari Bidadari Teminang Anak sebagai salah satu bentuk syukur masyarakat atas berkah dan rezeki yang turun ke bumi.
10. Tari Cokek
Bergeser ke daerah Banten, terdapat Tari Cokek. Uniknya, nama tarian ini diambil dari Tan Sio Kek, seorang tuan tanah Tionghoa. Tari Cokek memiliki daya tarik sendiri, salah satunya adalah gerakan tarian yang mengandalkan tubuh penari, yang bergerak perlahan mengikuti iringan musik.
Gerakan tarian ini diawali dengan formasi penari yang memanjang dan bersebelahan. Kemudian, kaki penari akan serentak melangkah maju dan mundur dengan posisi tangan yang direntangkan hingga setinggi bahu.
Tari Cokek identik dengan gerakan yang lembut dan indah dari penarinya. Awalnya, tarian ini digunakan sebagai hiburan saja. Akan tetapi, saat ini tarian ini digunakan untuk acara-acara besar masyarakat Banten, seperti pernikahan.
11. Tari Ronggeng
Tari Ronggeng tidak hanya kental dengan budaya Jawa Barat, tapi juga identik dengan cerita magis di dalamnya.
Menurut sejarah, Tari Ronggeng merupakan peninggalan zaman Kerajaan Pajajaran. Sedangkan, nama Ronggeng diambil dari bahasa Sunda yang artinya ruang, lubang, atau rongga. Sebagian juga mengartikan nama Ronggeng dengan kata Renggana, yaitu bahasa Sanskrit yang artinya perempuan pujaan.
Terbentuknya tarian ini berawal dari usaha Kerajaan Pajajaran untuk melakukan balas dendam. Dahulu, Dewi Siti Semboja memiliki niat untuk balas dendam atas kematian Raden Anggalarang yang dibunuh oleh perampok dari Kasalamudra.
Berawal dari kejadian tersebut, Dewi Siti Semboja pun melakukan pelesiran ke setiap daerah bersama dayang-dayang sebagai penari untuk melakukan balas dendam.
12. Tari Jaipong
Tari Jaipong termasuk salah satu tari tradisional Indonesia yang cukup populer. Tari ini berasal dari Karawang, Provinsi Jawa Barat.
Menurut informasi yang didapatkan, Tari Jaipong mulai berkembang sejak tahun 1960-an. Di awal perkembangannya, tari ini dikenal dengan nama Tari Banjet, yaitu pertunjukan seni tari yang diiringi alunan musik berupa gamelan.
Dahulu, masyarakat Karawang menggunakan tarian ini sebagai hiburan. Kini, Tari Jaipong sudah berkembang menjadi tarian daerah yang menjadi kebanggaan masyarakat Karawang.
Tari Jaipong merupakan inovasi seni tari yang dibuat sekaligus dikembangkan oleh H. Suanda, seorang seniman populer daerah Karawang. Masyarakat Karawang mengenal beliau sebagai seniman yang berbakat dan menguasai berbagai jenis kesenian tradisional.
13. Tari Gambyong
Kemudian, ada tari Gambyong yang berasal dari Jawa, khususnya daerah Surakarta. Tarian Jawa klasik ini dahulu digunakan sebagai pertunjukan atau untuk menyambut tamu istimewa.
Tari Gambyong terdiri dari berbagai jenis variasi, mulai dari Gambyong Pareanom hingga Gambyong Pangkur. Meski begitu, Tari Gambyong memiliki dasar gerakan sama, yaitu gerakan tarian ledhek atau tayub.
Awalnya, Tari Gambyong diciptakan untuk penari tunggal. Akan tetapi, saat ini Tari Gambyong sudah dibawakan oleh beberapa penari yang menambahkan variasi gerakan blocking panggung, yang melibatkan gerak dan garis yang besar.
Terdapat tiga bagian dari tarian tradisional ini, yaitu awalan, isi, dan akhir. Dalam bahasa Jawa Surakarta, istilah tersebut dikenal dengan maju beksan, beksan, serta mundur beksan.
Pusat dari tarian ini terletak pada gerakan lengan, kaki, dan kepala. Bahkan, gerakan tangan dan kepala sudah menjadi ciri khas Tari Gambyong. Pandangan penari harus berfokus pada jari-jari tangan.
14. Tari Jaran Kepang
Masyarakat Ponorogo, Jawa Timur, memiliki tari tradisional yang cukup populer, yaitu Tari Jaran Kepang. Hal yang menarik dari tari ini adalah properti yang digunakan berupa anyaman jaran atau kuda dan makeup penari yang sedikit seram.
Selain itu, tarian ini juga dianggap mistis, karena bisa membuat penari dan penonton yang menyaksikannya bisa mengalami kesurupan. Bahkan, Jaran Kepang juga menyelipkan sedikit atraksi yang cukup menegangkan dan tidak boleh ditiru oleh orang biasa.
Di awal kemunculannya, penari Jaran Kepang hanya boleh ditarikan oleh laki-laki. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini boleh ditarikan oleh perempuan.
15. Tari Serimpi
Berdasarkan sejarahnya, Tari Serimpi hanya boleh ditampilkan di lingkungan Kerajaan Mataram Islam. Jadi, tarian tradisional ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu, yang sudah mengalami perkembangan.
Ketika Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua, yaitu Yogyakarta dan Surakarta, maka tarian ini juga terbagi dua, versi daerah Yogyakarta dan versi daerah Surakarta. Meski begitu, gerakan inti dari Tari Serimpi masih tetap sama, yaitu maju gawang, pokok, dan mundur gawang.
Jenis Tari Serimpi versi daerah Yogyakarta terbagi atas Serimpi Genjung, Serimpi Babul Layar, dan Serimpi Dhempel. Sedangkan Tari Serimpi versi daerah Surakarta, yaitu Serimpi Sangupati dan Tari Serimpi Anglir Mendhung.
Gerakan Tari Serimpi mengutamakan kelembutan dan keluwesan tubuh. Tempo gerakannya pun sedikit lambat.
Meski sudah ada sejak ratusan tahun lalu, Tari Serimpi masih ditampilkan untuk melengkapi acara-acara besar atau sakral di Keraton Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman, hingga Mangkunegaran.
16. Tari Rejang
Kemudian, ada Tari Rejang yang berasal dari Provinsi Bali. Tari ini biasanya ditampilkan di tempat-tempat sakral, yaitu marajan, pura, dan tempat penyelenggaraan upacara keagamaan lainnya.
Tari Rejang memiliki gerakan yang sederhana. Para penari hanya perlu berbaris dan melingkar. Dibutuhkan kekompakan antar penarinya, agar tarian ini terlihat indah.
Tari tradisional ini digunakan sebagai media untuk mengucapkan rasa syukur warga Bali. Di awal perkembangannya, tarian ini hanya dilakukan oleh para perempuan Bali saja. Namun, saat ini Tari Rejang juga sudah mulai ditampilkan oleh penari putra.
Tari Rejang yang ditampilkan oleh penari putra biasanya menggunakan konsep Rejang Muani. Tari ini terbagi menjadi beberapa jenis, mulai dari Rejang Renteng, Rejang Dewa, Rejang Regong, Rejang Bengkol, Rejang Lilit, dan lainnya.
Meski memiliki banyak jenis, tari kebanggaan masyarakat Bali ini mengandalkan gerakan lemah gemulai para penarinya. Sama seperti tarian lainnya, Tari Rejang diiringi alat musik tradisional, yaitu gamelan atau gong kebyar yang menghasilkan suara unik dan merdu.
17. Tari Batunganga
Daerah Nusa Tenggara Barat juga memiliki tarian tradisional bernama Batunganga. Tarian ini bercerita tentang rasa cinta dari rakyat kepada putri raja yang dikisahkan masuk ke dalam batu.
Lewat tarian ini, rakyat memohon agar putri raja tersebut bisa keluar dari dalam batu tersebut. Dalam tarian ini, rakyat memperlihatkan ekspresi sedihnya. Ketika sang putri berhasil keluar dari batu, ekspresi rakyat berubah menjadi bahagia.
Penari Batunganga berjumlah empat orang dan satu perempuan yang akan berperan sebagai putri raja. Jadi, jumlah orang yang terlibat dalam tarian ini adalah 5 orang.
Keempat penari nantinya akan berperan sebagai rakyat. Perempuan atau laki-laki diperbolehkan untuk mengisi posisi ini.
Tari Batunganga kerap ditampilkan di berbagai acara adat atau acara kebudayaan nasional, agar tarian tradisional ini semakin dikenal. Iringan musik Tari Batunganga berasal dari suara alat musik tradisional masyarakat Nusa Tenggara Barat.
18. Tari Gareng Lameng
Selain terkenal oleh pariwisatanya yang indah dan banyak, Nusa Tenggara Timur juga kaya akan budaya, salah satunya seni tari bernama Gareng Lameng. Tarian kebanggaan masyarakat Nusa Tenggara Timur ini melambangkan rasa syukur serta panjatan doa kesehatan serta kesuksesan anak yang melakukan khitan.
Warga setempat begitu menjunjung nilai ketuhanan. Oleh karena itu, tari tradisional ini sangat sakral. Agar lebih menarik, gerakan Tari Gareng Lameng diiringi alat musik bernama Gong Waning. Ini merupakan alat musik tradisional masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya suku Sikka.
Gong Waning adalah alat musik yang menggabungkan gendang, saur, dan gong. Cara mainnya sama seperti gong gamelan dari Jawa, yaitu ditabuh. Selain alat musiknya, Tari Gareng Lameng juga menggunakan pakaian serta properti khas, salah satunya adalah Lesu.
19. Tari Gantar
Daerah Kalimantan Barat memiliki tari tradisional bernama Tari Gantar. Tarian ini biasanya digunakan masyarakat setempat untuk acara adat dan menyambut tamu-tamu kehormatan.
Tari Gantar menggambarkan keramahan dan keceriaan suku Dayak kepada tamu-tamu yang datang. Penari akan mengajak para tamu untuk menari bersama mengikuti iringan musik.
Selain digunakan sebagai media upacara adat, Tari Gantar juga digunakan sebagai media pergaulan antara pemuda-pemudi suku Dayak Tunjung dengan suku Dayak Benuaq yang menjadi suku asli di Kalimantan Timur.
Penari dalam Tari Gantar berjumlah lima hingga delapan orang remaja. Properti yang digunakan pada tarian ini meliputi tenun asli suku Dayak Benuaq yang dikenal dengan Ulap Doyo, hiasan kepala, bambu, hingga tongkat kayu.
Gerakan Tari Gantar cukup mudah. Sekilas tarian tradisional ini mirip seperti gerakan sedang menanam padi. Inilah kenapa para penari akan menggunakan tongkat kayu yang dijadikan sebagai penumbuk.
20. Tari Tandik Balian
Di daerah Kalimantan Timur, ada salah satu jenis tarian tradisional bernama Tari Tandik Balian. Tari ini merupakan kebanggaan dari suku Dayak Warukin, yaitu suku turunan dari Maanyan yang menempati desa Warukin dan desa Haus.
Sejak dulu kala, suku Maanyan melakukan upacara Balian Bulat yang kini menjadi tradisi turun temurun yang tetap dilakukan lewat Tari Tandik Balian. Menariknya, pada tarian ini terdapat atraksi kesenian yang akan ditampilkan.
Atraksi inilah yang menjadi ciri khas dari Tari Tandik Balian, jika dibandingkan dengan tarian tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan lainnya.
21. Tari Giring-Giring
Bergeser ke Kalimantan Tengah, ada satu jenis tarian tradisional yang menjadi kebanggaan suku Dayak Maanyan, yaitu Tari Giring-Giring.
Tarian ini berkembang pesat di daerah Barito. Di awal kemunculannya, Tari Giring-Giring digunakan untuk menyambut tamu kehormatan. Namun, saat ini Tari Giring-Giring juga bisa digunakan untuk hiburan sekaligus wadah pergaulan muda-mudi asli Kalimantan.
Gerakan tarian ini melambangkan warga desa setempat yang bahagia menyambut pejuang suku Dayak yang sudah kembali dari medan perang.
Baju atau kostum Tari Giring-Giring berwarna hitam atau merah. Namun, saat ini sudah muncul variasi warna baju selain kedua warna tersebut. Meski begitu, motif pada kostum tersebut masih sama, yaitu motif salur warna-warni.
Selain kostumnya, penari Giring-Giring juga akan memakai atribut kepala yang dihiasi bulu rangkong atau bulu tingang. Bulu tersebut juga akan ditempelkan pada bagian jari penarinya. Kemudian, ada pula selendang yang melengkapi atributnya.
22. Tari Kancet Papatai
Beralih ke Kalimantan Timur, masyarakat suku Dayak Kenyah memiliki tarian tradisional bernama Tari Kancet Papatai. Menariknya, tari tradisional ini mengusung konsep tarian perang. Seperti namanya, gerakan tarian ini seperti hendak berperang yang dilengkapi dengan properti pendukung.
Tarian ini bercerita tentang pahlawan suku Dayak Kenyah yang sedang melawan musuh menggunakan alat perang tradisional. Makna tersirat dari tarian ini adalah sifat berani pria suku Dayak Kenyah dalam berperang dan tidak pernah menyerah.
Sebagai warisan budaya daerah Kalimantan Timur, Tari Kancet Papatai masih ditampilkan untuk berbagai acara penting selain upacara adat setempat, seperti acara budaya nasional.
Tarian ini ditarikan oleh dua kelompok anak muda. Keduanya nanti akan bergerak seolah-olah sedang berperang dengan memakai kelembit atau perisai. Selain itu, penari-penari tersebut juga harus memakai baju perang dan membawa mandau.
23. Tari Mance
Masyarakat Kalimantan Utara memiliki tarian daerah bernama Tari Mance. Tari tradisional ini juga terkenal sebagai tari silat. Namun, gerakan Tari Mance lebih luwes, ketimbang gerakan silat pada umumnya.
Warga Kalimantan Utara sering menjadikan Tari Mance sebagai pertunjukan hiburan. Terkadang, tarian ini juga digunakan untuk acara-acara penting yang melibatkan tamu kehormatan atau pertunjukkan kebudayaan.
Tari bernama lain Bemance ini bisa ditarikan oleh laki-laki dan perempuan. Terdapat aturan khusus untuk penari laki-laki, yaitu dua orang laki-laki yang bertindak sebagai penari harus melakukan duel dalam keadaan bertelanjang dada dan hanya memakai celana saja.
Sedangkan untuk penari perempuan harus memakai kemben. Untuk gerakannya kurang lebih sama seperti penari laki-laki. Intinya, gerakan dalam tarian ini mengusung konsep bela diri dan mahir menggunakan senjata perang.
Senjata atau atribut yang harus dibawa oleh penari Mance yaitu perisai bernama Talimpang dan tombak bernama lonjo. Karena senjata tradisional ini sungguhan, maka para penari harus berhati-hati saat menggunakannya, agar tidak melukai diri sendiri atau penari lain.
24. Tari Bamba Manurung
Daerah Sulawesi Barat memiliki tarian tradisional bernama Tari Bamba Manurung. Ini adalah tarian tradisional masyarakat Mamuju yang kerap ditampilkan untuk acara-acara besar, seperti pesta.
Gerakan tarian Bamba Manurung cukup unik dan hanya boleh dibawakan oleh penari perempuan. Selain tariannya, hal yang menarik lainnya dari tari tradisional warga Mamuju ini adalah filosofinya.
Berbicara tentang filosofi, Tari Bamba Manurung berkaitan dengan kehormatan para perempuan setempat. Salah satu alasan kenapa Tari Bamba Manurung sangat dibanggakan oleh warga Mamuju ialah makna tariannya yang menyangkut harga diri seorang perempuan.
Lewat tarian ini, perempuan-perempuan di Mamuju ingin menunjukkan bahwa perempuan memiliki harga diri, kehormatan, dan sifat luhur yang harus dijaga dengan baik.
Penari Bamba Manurung harus memakai Badu, baju adat Sulawesi Barat yang bertaburkan hiasan manik-manik. Kemudian, tatanan rambut para penarinya juga harus sesuai dengan aturan, yaitu disanggul bersama bunga melati atau beru-beru.
Properti lainnya yang dibawa oleh penari Bamba Manurung adalah kipas. Sekilas, penampilan dari penari Bamba Manurung ini hampir mirip dengan penampilan penari Patuddu.
25. Tari Dinggu
Tari Dinggu adalah tarian tradisional kebanggaan masyarakat Sulawesi Tenggara. Tarian ini dikenal sebagai gambaran suasana aktivitas masyarakat setempat saat musim panen tiba.
Menariknya, tarian ini dikemas dengan inovasi baru, khususnya di lingkungan Kerajaan Mekongga yang berada di Kabupaten Kolaka.
Gerakan Tari Dinggu sangat energik dan mengusung konsep yang ceria. Tarian ini dijadikan sebagai media untuk mengucap rasa syukur atas keberadaan Dewi Padi yang memberikan berkah dan menjaga kesuburan padi.
Lewat tari ini, masyarakat sekitar bisa melihat gambaran kehidupan petani suku Tolaki pada zaman dahulu. Selain itu, tarian ini juga mengajarkan arti gotong royong sesungguhnya.
26. Tari Pakarena
Di daerah Sulawesi Selatan terdapat satu jenis tarian tradisional bernama Tari Pakarena. Tarian ini menjadi ikon budaya Makassar yang merupakan ibukota dari Sulawesi Selatan.
Masyarakat Gowa sudah mengenal Tari Pakarena sejak era Kerajaan Gantarang. Inilah kenapa Tari Pakarena jadi salah satu tari klasik yang masih dipertahankan hingga sampai saat ini.
Penari Pakarena berjumlah empat orang. Jumlah ini bermakna tentang kehidupan, pelajaran, dan cara bertahan hidup di bumi, mulai dari mencari makan, bercocok tanam, dan lainnya.
Cara bertahan hidup tersebut digambarkan lewat gerakan-gerakan para penarinya. Selain itu, gerakan tersebut juga bisa diartikan sebagai ungkapan terima kasih untuk seluruh penghuni langit.
Jika dahulu tarian ini hanya digunakan sebagai ritual upacara kepada dewi, kini Tari Pakarena sudah bertransformasi menjadi tarian populer yang sifatnya menghibur dan dipentaskan untuk acara-acara besar.
27. Tari Pontanu
Tari tradisional Pontanu berasal dari Sulawesi Tengah. Tarian ini adalah kebanggaan dari suku Kaili, yaitu suku yang menenun kain sarung dengan motif dan sulaman indah.
Hasil tenunan tersebut bernama Buya Sabe atau sarung Donggala. Nah, budaya menenun suku Kaili tersebut kemudian dijadikan sebagai tarian dasar Pontanu.
Penari Pontanu minimal berjumlah empat orang perempuan. Jika dulu tarian ini digunakan sebagai hiburan suku Kaili saja, saat ini Tari Pontanu sudah mulai digunakan untuk menyambut tamu kehormatan.
28. Tari Maengket
Di Provinsi Sulawesi Utara memiliki tarian tradisional bernama Tari Maengket. Tarian milik suku Minahasa ini dijadikan sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada Tuhan.
Dahulu, Tari Maengket hanya ditarikan oleh suku Minahasa ketika sudah selesai musim panen. Namun, saat ini Tari Maengket sudah ditampilkan untuk acara besar lainnya, mulai dari festival, pesta pernikahan, dan lainnya.
29. Tari Saronde
Tari tradisional lain di daerah Gorontalo adalah Tari Saronde. Tarian ini bermakna sebagai tarian keakraban untuk acara-acara besar.
Tari Saronde juga dikenal dengan Tarian Malam Pertunangan. Ini dikarenakan kemunculannya berawal dari acara malam pertunangan saat upacara adat pernikahan masyarakat Gorontalo.
Seperti namanya, tarian ini akan ditampilkan sebelum acara Hui atau akad nikah. Meski begitu, Tari Saronde tetap bisa ditampilkan untuk mengisi acara-acara penting yang melibatkan tamu kehormatan atau kebudayaan.
30. Tari Cakalele
Tari Cakalele adalah tarian tradisional Maluku yang dikenal dengan tarian perang. Gerakan tari Cakalele menggambarkan semangat patriotisme warga Maluku terhadap tanah kelahiran mereka. Meski termasuk ke dalam jenis tarian perang, nyatanya Tari Cakalele bisa ditarikan oleh perempuan.
Selain digunakan untuk perang, Tari Cakalele juga berfungsi untuk hiburan masyarakat setempat, penghormatan kepada nenek moyang, dan sebagai upacara adat masyarakat Maluku.
Tari Cakalele memiliki beberapa keunikan, yaitu didominasi oleh laki-laki, terdapat teriakan unik yang mengiringi gerakan tarian, dan prosesi ritual meminum darah.
Jumlah penari Cakalele sebanyak 30 orang. Biasanya para penari laki-laki akan memakai pakaian perang. Sedangkan para penari perempuan akan memakai pakaian berwarna putih dan menggenggam lenso atau sapu tangan.
31. Tari Bambu Gila
Tarian dari Maluku Utara ini sudah sangat terkenal dan menjadi kebanggaan masyarakat Ternate. Seperti namanya, Tari Bambu Gila menggunakan batang bambu sebagai properti utamanya. Batang bambu yang dipilih harus berukuran 10-15 meter.
Di awal kemunculannya, tarian ini hanya digunakan untuk memindahkan kapal kayu. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini dijadikan sebagai hiburan masyarakat setempat di acara-acara besar.
Sebelum memulai tarian Bambu Gila, seorang pawang akan membakar kemenyan dan membacakan doa. Setelah itu, bambu akan berguncang semakin kencang. Inilah alasan kenapa tarian ini disebut dengan Bambu Gila.
Jumlah penari yang terlibat cukup banyak. Semakin panjang batang bambu yang digunakan, maka semakin banyak pula jumlah penari yang ikut memegang bambu tersebut.
32. Tari Sajojo
Tari Sajojo adalah salah satu jenis tari tradisional dari Papua yang juga sudah sangat terkenal. Ciri khas tarian ini terletak pada hentakan kaki dan tubuh yang bergoyang mengikuti irama lagu.
Tari Sajojo lebih menarik jika ditarikan bersama-sama. Saat ini, Tari Sajojo jadi pilihan utama warga Papua ketika ada acara besar, seperti acara adat dan penyambutan tamu.
33. Tari Suanggi
Terakhir ada Tari Suanggi yang berasal dari daerah Papua Barat. Tarian ini memiliki keunikan serta makna yang cukup dalam. Selain itu, tarian tradisional ini juga menggambarkan kepercayaan masyarakat Papua Barat terhadap hal-hal gaib.
Manakah Tari Tradisional yang Pernah Kamu Tonton?
Sebenarnya tarian tradisional Indonesia masih banyak lagi, 33 jenis tarian di atas hanya mewakili dari masing-masing daerah saja yang dapat menambah wawasan kebudayaan kamu. Jadi, apakah kamu pernah menonton salah satu tarian di atas atau pernah menarikannya?