Pengertian Teori Konsentris: Ciri, Asumsi, dan Pembagian Zona untuk Tata Ruang Kota

Dalam perencanaan tata ruang kota, tidak hanya sebatas membangun satu dua bangunan pada ruang atau lahan yang kosong saja. Memperhatikan struktur dan konsep penataan agar menjadi seimbang adalah prioritas utama. Maka dari itu, kita mengenal teori konsentris. Lantas, apa maksud dari teori tersebut?

Pengertian Tata Kota dan Teori Konsentris

Jika kita berbicara mengenai teori konsentris, sudah pasti ini akan berhubungan dengan konsep tata kota. Lantas, apakah sebenarnya tata kota itu? Tata kota adalah sebuah upaya oleh pemerintah untuk menciptakan lingkungan perkotaan dengan tatanan yang terstruktur guna menciptakan efektifitas kebutuhan hidup masyarakat.

Sementara itu, teori konsentris adalah salah satu teori untuk pengembangan tata ruang kota. Teori ini berfokus pada konsep pembagian wilayah dari pusat kota, pemukiman, hingga daerah pinggiran yang tersusun berdasarkan sebuah pola lingkaran atau menyerupai gelang. 

Sederhananya, pusat kota akan digambarkan dalam sebuah lingkaran kecil paling tengah. Sedangkan lingkaran paling luar adalah untuk menggambarkan area pinggiran dimana semakin lingkaran melebar, semakin letaknya jauh dari pusat kota. 

Ciri-ciri Teori Konsentris

Apabila sebuah daerah perkotaan menerapkan teori konsentris dalam konsep pembangunannya, biasanya akan ada beberapa ciri khusus yang bisa kita lihat. Apa sajakah itu?

1. Zona Pusat Kota Cenderung Meluas

Ciri pertama yang biasanya sering terjadi adalah meluasnya pusat kota akibat terjadinya invasi. Kita bisa melihat selama ini segala macam aktivitas bisnis banyak terjadi di pusat kota. Ketika kegiatan ini mengalami kemajuan pesat, maka hanya soal waktu, wilayah bisnis akan mengalami perluasan hingga ke daerah peralihan.

Daerah peralihan merupakan lingkaran kedua setelah area pusat kota atau biasa disebut area perdagangan yang beralih ke permukiman. 

Dengan begini, kemungkinan besar lingkup daerah peralihan akan semakin sempit. Orang-orang yang tinggal di sana pun mau tidak mau harus berbagi tempat dengan berbagi lahan industri dan segala hiruk pikuk yang ada. 

2. Terjadinya Kesenjangan Sosial

Bagaimana kesenjangan sosial bisa terjadi dalam teori tata kota konsentris? Mudah saja, ini ada hubungannya dengan ciri pertama yang menyebutkan tentang meluasnya zona kota akibat pertumbuhan pesat aktivitas bisnis. 

Saat daerah peralihan ikut merasakan dampak dari melebarnya pusat kota tersebut, otomatis ini membuat segalanya menjadi mahal, mulai dari harga tanah, sandang hingga pangan. 

Masyarakat daerah peralihan yang sebelumnya terbiasa hidup sederhana, sekarang harus terdesak situasi dan mencari segala macam cara untuk tetap bertahan hidup. Hal ini memungkinan terjadinya kesenjangan dengan mulai munculnya daerah pemukiman kumuh yang juga berdampak pada meningkatnya angka kejahatan. 

Asumsi Teori Konsentris

Dalam teori konsentris, terdapat beberapa asumsi yang sebenarnya bisa juga menjadi karakteristik dari daerah berkonsep lingkaran gelang ini. Apa sajakah asumsi tersebut?

1. Area Meluas, Populasi Meningkat

Ketika zona pusat kota meluas karena laju ekonomi meningkat dengan cepat, maka hal ini bisa menjadi kesempatan besar juga bagi para perantau. Mereka tidak segan untuk datang ke pusat kota demi mengadu nasib, yang mana kondisi ini akan berdampak pada populasi kota yang secara cepat juga bertambah.

2. Kenaikan Harga di Sekeliling Pusat Kota

Dengan meluasnya pusat kota hingga ke daerah peralihan, tentu dampak lain juga bisa kita lihat dari sektor ekonominya. Selain munculnya berbagai kegiatan ekonomi, harga bahan-bahan juga akan naik. Jika uang untuk belanja modal saja sudah tinggi, maka akan sangat wajar jika harga jual jauh lebih tinggi dari biasanya. 

3. Perbedaan Budaya Antar Masyarakat

Saat masyarakat yang tinggal di daerah peralihan terdesak dan mulai menyatu dengan segala macam kegiatan pusat kota, maka perbedaan budaya juga akan terlihat. 

Mulai dari jenis tempat tinggalnya saja, akan sangat berbeda. Salah satunya tinggal di apartemen dan kompleks perumahan, sementara satunya lagi di pemukiman padat dan tak terurus. 

4. Pusat Kota adalah Pusat Kehidupan Terbaik

Di saat daerah lain mengalami penyempitan, pusat kota justru mencapai titik terbaiknya ketika segala macam kegiatan ekonomi berjalan lancar. Hal ini tentu juga akan mempermudah akses masyarakat di setiap sudut kota untuk bepergian karena fasilitas transportasi jauh di atas kata layak.

5. Ruang Pribadi Terbatas

Teori konsentris dengan pusat kota yang melebar ternyata juga akan menimbulkan persaingan terkait kepemilikan ruang untuk bisnis dengan ruang pribadi (private ownership). Private ownership yang pada dasarnya adalah properti milik badan hukum non-pemerintah kemungkinan akan mengalami kesulitan mendapat tempat. 

6. Kemungkinan Pengangguran dan Kejahatan

Asumsi yang terakhir ini datang dari daerah terdampak yaitu zona peralihan. Dengan kondisi terdesak dan segala sesuatunya menjadi mahal, masyarakat tentu akan kesulitan untuk menyesuaikan kebutuhan hidup.

Pilihannya adalah mereka harus mengikuti alur ekonomi yang sedang berjalan dengan keterampilan yang mungkin sangat minim atau bahkan tidak sesuai. Kondisi seperti ini sering membawa orang pada kondisi putus asa sehingga tidak mustahil jika angka pengangguran meningkat kemudian terjerumus dalam tindak kejahatan. 

Zona Teori Konsentris

Sebelum membahas zona apa saja yang dirumuskan dalam teori konsentris, ada baiknya untuk kita membahas dulu bagaimana dulunya teori ini bermula dan berkembang. 

1. Perumusan dan Pengembangan

Ernest Burgess adalah seorang sosiolog asal Kanada – Amerika yang pertama kali mencetuskan dan merumuskan teori tata kota konsentris. Teori ini pertama kali muncul ketika ia menyelesaikan sebuah penelitiannya tentang Kota Chicago pada tahun 1920.

Melalui bukunya yang berjudul Introduction to the Science of Sociology yang terbit tahun 1921, menyebutkan jika manusia cenderung untuk hidup atau membuat diri mereka berada di dekat lingkungan perkotaan. Selain itu, penelitiannya sebelumnya juga menunjukkan Chicago mengalami pemekaran wilayah layaknya lingkaran.

Lingkaran ini menunjukkan pusat kota sebagai titik tengahnya dengan konsep semakin lingkarannya melebar, semakin ia jauh dari pusat kota. 

2. Pembagian Zona

Ernest Burgess membagi teori konsentris miliknya ke dalam 5 zona daerah, apa sajakah itu? 

1. Zona Satu: Pusat Bisnis

Yang pertama tentu zona yang menjadi pusat bisnis. JIka dalam gambar lingkaran, bagian ini merupakan titik paling kecil yang ada di tengah. Layaknya pusat bisnis pada umumnya, zona satu identik dengan bangunan tinggi atau gedung pencakar langit yang menandakan berdirinya banyak perusahaan penting. 

Selain itu, di zona ini, segala sesuatunya juga sudah maju contohnya seperti pusat perbelanjaan, sekolah, fasilitas umum sampai sarana transportasi yang bisa kita temui di mana saja. Selain itu, tingginya aktivitas komersial di area ini juga memungkinkan susahnya dibangun area tempat tinggal yang nyaman dan luas.

2. Zona Dua: Daerah Transisi atau Peralihan

Imbas dari meluasnya pusat bisnis, di daerah transisi atau peralihan ini kita bisa menemukan banyak tempat tinggal di antara bangunan-bangunan untuk kegiatan komersil. 

Selain itu, yang identik dari zona ini adalah ia memanfaatkan banyak lahan kosong untuk kegiatan komersial seperti minimarket, area parkir, sampai mendirikan kedai kopi. Angka tempat tinggal pun meski cukup banyak, sayangnya tidak tertata dan lebih seperti berdesakan karena adanya penyempitan lahan oleh kawasan industri. 

3. Zona Tiga: Kota atau Kelas Pekerja

Zona ketiga ini bisa juga kita sebut sebagai zona kota bagian dalam. Di tempat ini, ada lebih banyak rumah atau tempat tinggal dengan kondisi lebih baik dan tertata rapi dari zona transisi karena tidak perlu bercampur dengan kawasan industri.

Hanya saja, kebanyakan tempat tinggal ini berguna untuk memfasilitasi para pekerja yang bekerja di zona satu atau pusat bisnis. Selain itu, para imigran generasi kedua atau para pekerja lajanglah yang lebih mendominasi area ini. 

4. Zona Empat: Kota Bagian Luar

Semakin menjauh dari pusat bisnis, kehidupan yang terlihat semakin baik, dalam artian tertata jauh lebih rapi. Pada zona empat, bisa juga kita sebut kota bagian luar, ada lebih banyak tempat tinggal bagus yang rata-rata berisi satu keluarga dari kelas menengah. 

5. Zona Lima: Commuter Zone

Zona kelima ini adalah zona terjauh dari pusat kota. Kebanyakan masyarakat di sini memenuhi kebutuhan hidup dengan bertani, berkebun atau sesekali berdagang. Selain itu, rata-rata masyarakatnya juga berasal dari kelas menengah ke bawah, hanya saja lingkungan tempat mereka tinggal lebih bersih dan semua serba murah. 

Sudah Tahu Apa itu Teori Konsentris?

Teori konsentris atau tata ruang kota dengan bentuk lingkaran oleh Ernest Burgess adalah satu dari tiga teori pembentukan tata kota yang lain. Sederhananya, pada teori ini, Ernest menjelaskan jika sejatinya manusia akan membuat diri mereka lebih dekat dengan pusat bisnis atas alasan pemenuhan kebutuhan hidup.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page