3 Upacara Keagamaan Buddha dengan Segala Tradisinya

Agama Buddha merupakan satu dari enam agama yang keberadaannya diakui di Indonesia. Sebagian besar masyarakat pasti tahu kalau hari besar keagamaan Buddha adalah hari Waisak. Namun, hari keagamaan Buddha tak hanya Waisak saja, loh! Ada juga upacara keagamaan Buddha lainnya yang sangat menarik untuk kita bahas.

Di artikel ini, kamu bisa mengetahui apa saja upacara yang biasa dilakukan oleh umat Buddha khususnya di Indonesia. Yuk, cari tahu sekarang dengan membaca artikel ini!

Apa Itu Upacara Keagamaan Buddha?

Sebetulnya, Siddhartha Gautama tidak pernah mengajarkan mekanisme atau cara upacara tertentu secara langsung. Siddhartha Gautama, Sang Buddha, hanya memberikan arahan kepada manusia agar tidak pernah alpa dari ajaran Dhamma.

Tujuan Sidharta Gautama mengajarkan Dhamma ini agar semua mahluk hidup berbahagia dan terbebas dari penderitaan. 

Bagi Siddhartha Gautama, Sang Buddha, segala sesuatu yang masih berhubungan dengan duniawi tidaklah lebih dari sekedar dukkha atau penderitaan.

3 Upacara Keagamaan Buddha

Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai 3 upacara keagamaan Buddha beserta latar belakang hingga maknanya, yaitu:

1. Upacara Tri Suci Waisak

Tri Suci Waisak
Tri Suci Waisak | Sumber gambar: goodnewsfromindonesia.id

Waisak menjadi upacara umat Buddha yang paling sering didengar oleh orang awam. Berikut penjelasan mengenai upacara tersebut beserta maknanya, yaitu:

a. Pengertian Tri Suci Waisak

Hari Tri Suci Waisak merupakan hari keagamaan umat Buddha yang paling terkenal di Indonesia. Sebetulnya, hari Tri Suci Waisak tidak hanya bisa kamu lihat perayaannya di Indonesia. 

Pemeluk agama Buddha dari berbagai negara di seluruh dunia juga merayakannya. Misalnya saja di Thailand, Sri Lanka, Malaysia, India, dan Singapura.

Pelaksanaan upacara keagamaan Buddha pada hari Tri Suci Waisak jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya. Namun, biasanya perayaan Tri Suci Waisak jatuh di bulan Mei.

Sebab, penanggalan hari Tri Suci Waisak bergantung pada penanggalan kalender Buddha atau juga bisa kita sebut sebagai Buddhist Era (BE).

Terdapat berbagai kegiatan yang pemeluk agama Buddha lakukan dalam rangka merayakan hari Tri Suci Waisak. Kegiatan tersebut meliputi kebaktian, meditasi, dan pindapata.

Khusus pada kegiatan pindapatta, kegiatan ini berasal dari dua kata – pinda (makanan) dan patta (mangkuk makan). Pindapatta adalah aktivitas berupa para biksu dan biksuni mengumpulkan makanan yang nantinya akan mereka bagikan kepada masyarakat sekitar.

b. Makna Upacara Tri Suci Waisak

Biksu Memegang Cahaya
Biksu Memegang Cahaya | Sumber gambar: Pexels.com

Sebenarnya, makna dari hari Tri Suci Waisak adalah memperingati 3 peristiwa besar dalam sejarah perjalanan Sidharta Gautama – Sang Buddha. Berikut penjelasan mengenai 3 peristiwa tersebut, yaitu:

1. Kelahiran Sidharta Gautama

Peristiwa pertama yang diperingati di dalam upacara keagamaan Buddha, Tri Suci Waisak adalah memperingati kelahiran Siddharta Gautama.

Siddharta Gautama lahir pada tahun 623 sebelum Masehi (SM) di Taman Lumbini. Siddharta Gautama merupakan anak dari seorang raja yang bernama Suddhodana dan ratu yang bernama Mahamaya.

Lahirnya Siddharta Gautama merupakan sebuah tanda pertama, Sang Buddha telah lahir ke dunia dan akan membimbing manusia untuk mencapai kebahagiaan tertinggi.

2. Penerangan Agung atau Hari Bodhi

Selain memperingati kelahiran Siddharta Gautama, hari Tri Suci Waisak juga memperingati peristiwa saat Siddharta Gautama memperoleh Penerangan Agung. Peristiwa ini juga bisa disebut sebagai Hari Bodhi

Sebetulnya, ada sebuah ramalan mengenai Siddharta Gautama. Sesaat setelah Siddharta Gautama lahir, seorang pemimpin yang berasal dari Asita Kaladewala meramal kalau Siddharta Gautama suatu saat nanti akan menjadi seorang Chakravartin atau seorang Maharaja Dunia.

Pada saat umur Siddharta Gautama sudah menginjak 35 tahun, Siddharta Gautama memperoleh Penerangan Agung. Peristiwa inilah yang membuat Siddharta Gautama berhasil menjadi seorang Buddha di Bodhgaya saat bulan Waisak tiba.

Setelah Siddharta Gautama memperoleh Penerangan Agung, Siddharta Gautama memutuskan untuk pergi berkenala. Tujuan Siddharta Gautama melakukan perjalanan ini untuk menyebarkan ajaran kebaikan pada seluruh umat manusia atau Dhamma.

3. Parinirvana

Peristiwa ketiga yang penganut agama Buddha rayakan pada upacara keagamaan Buddha di hari Tri Suci Waisak adalah peristiwa Parinirvana.

Parinirvana singkatnya adalah peristiwa meninggalnya Sang Buddha, Siddharta Gautama di tahun 543 SM. Saat itu Siddharta Gautama sudah berada di usia 80 tahun.

Demi memberikan penghormatan terakhir bagi Sang Buddha, para pengikut ajaran Buddha pun melakukan sujud.

Nah, ketiga peristiwa tersebut secara kompak menggerakkan sebuah inisiasi untuk mengadakan sebuah konferensi pada tahun 1950 di Sri Lanka. 

Pada konferensi tersebut, sudah ditetapkan perayaan hari Tri Suci Waisak berlangsung pada bulan Mei saat terjadinya bulan purnama. Perayaan hari Tri Suci Waisak ini bisa kamu lihat Candi Borobudur yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Barat.

Perayaan hari Tri Suci Waisak dimeriahkan oleh pelepasan ribuan lampion kertas ke arah langit

2. Peristiwa Suci Hari Asadha atau Dhammacakra

Peristiwa Suci Hari Asadha
Peristiwa Suci Hari Asadha | Sumber gambar: tirto.id

Selain hari Tri Suci Waisak, penganut agama Buddha juga memiliki upacara keagamaan Buddha lainnya. Upacara ini berlangsung saat peringatan Peristiwa Suci Hari Asadha. Peringatan Peristiwa Suci Hari Asadha juga memiliki sebutan lain Dharmacakra.

Peristiwa Suci Hari Asadha atau Dharmacakra merupakan hari yang sangat penting bagi pemeluk agama Buddha. Peristiwa Suci Hari Asadha ini menggambarkan beberapa peristiwa penting yaitu:

  • Khotbah atau ceramah pertama dari Sang Buddha, Siddharta Gautama kepada lima orang pertama. Peristiwa ini berlangsung di Taman Rusa Isipatana.
  • Sangha Bhikkhu yang pertama telah terbentuk.
  • Lengkapnya Triratna yang meliputi Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Apakah kamu masih ingat kalau Siddharta Gautama pernah mengalami peristiwa Penerangan Agung?

Nah, upacara keagamaan Buddha dalam Peristiwa Suci Hari Asadha ternyata masih ada sangkut pautnya dengan terjadinya peristiwa Penerangan Agung.

Sekitar dua bulan setelah Siddharta Gautama memperoleh Penerangan Agung, Siddharta Gautama menyebarkan Dhamma kepada 5 orang pertapa pada tahun 588 sebelum Masehi (SM) di Taman Rusa Isipatana.

Ceramah pertama dari Siddharta Buddha Gautama terkenal dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta atau Ceramah Pemutaran Roda Dhamma

Pada ceramah tersebut, Siddharta Gautama menjelaskan konsep yang menjadi pokok pikiran dari Buddha Dhamma. Konsep tersebut terkenal dengan sebutan Cattari Ariya Saccani atau Empat Kesunyataan Mulia.

Apa saja empat konsep tersebut? Berikut 4 konsep tersebut, yaitu:

  • Dukkha Ariya Sacca yang memiliki arti sebagai Kesunyataan Mulia adanya dukkha atau penderitaan.
  • Dukkha Samudaya Ariya Sacca, mempunyai makna Kesunyataan Mulia mengenai sebab dari dukkha atau penderitaan.
  • Dukkha Nirodha Ariya Sacca, yang berarti Kesunyataan Mulia mengenai lenyapnya dukkha atau penderitaan.
  • Nirodhi Gamini Patipada Ariya Sacca, ini memiliki arti sebagai Kesunyataan Mulia mengenai jalan yang bisa melenyapkan dukkha atau penderitaan.

Makna yang Siddharta Gautama sampaikan kepada 5 orang pertapa melalui ceramahnya yaitu Dhamma Cakka Pavattana Sutta adalah hidup ini tidaklah lebih dari sebuah penderitaan atau dukkha. Tidak terlepas dari bagaimana jalan hidup dan nasib, semuanya adalah penderitaan.

Umat Buddha harus menyadari bahwa hal yang bersifat keduniawian ini semuanya adalah dukkha atau penderitaan. Dukkha ini pun juga harus pemeluk agama Buddha hadapi dengan tabah.

3. Sanghadana Kathina

Sanghadana Kathina
Sanghadana Kathina | Sumber gambar: tzuchi.or.id

Kemudian upacara keagamaan Buddha yang terakhir adalah Sanghadana Kathina. Perayaan ini biasanya berlangsung di bulan Oktober sampai dengan bulan November setiap tahunnya.

Sanghadana Kathina adalah suatu aktivitas bagi pemeluk agama Buddha untuk memberikan sejumlah kebutuhan pokok bagi pada biksu. Kebutuhan pokok tersebut berupa makanan, tempat tinggal, obat-obatan, dan jubah.

Perayaan Sanghadana Kathina biasa dilakukan di Vihara dan dihadiri juga oleh para biksu Sangha. Berlangsungnya upacara keagamaan ini mengajarkan para penganut agama Buddha untuk berbagi pada sesama.

Baca Juga : Upacara Keagamaan Hindu: Jenis, Makna, dan Tradisinya

Sudah Tahu Upacara Keagamaan Buddha di Indonesia?

Kalau melihat semua makna dari upacara keagamaan Buddha kita dapat memetik kesimpulan, dhamma atau ajaran kebaikan merupakan konsep yang berlaku secara universal dan mampu membawa manusia ke kehidupan lebih baik.

Menjadi seseorang yang baik dan menjunjung tinggi kebenaran adalah kewajiban yang sifatnya universal, tidak hanya di bagi umat Buddha saja. Apapun latar belakang kita, tentu ini ajaran yang sangat baik untuk diresapi dan dimaknai di kehidupan bermasyarakat.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page