Secara sederhana, zaman megalitikum adalah istilah lain untuk zaman batu besar. Nama megalitikum ini berasal dari kata mega (besar) dan lithos (batu). Nah, bagaimana sejarah adanya tradisi megalitik ini, dan apa yang menjadi ciri-ciri dari era tersebut sehingga bisa berbeda dengan zaman batu lainnya?
Yuk, simak penjelasan mendalamnya di bawah ini!
Daftar ISI
Sejarah Zaman Megalitikum
Sejarawan menyebutkan dua versi budaya zaman ini menurut asalnya, yaitu bahwa tradisi zaman ini berasal dari daerah Laut Tengah. Versi lain kalau mempercayai tradisi batu besar berasal dari bangsa Mesir. Selain itu, budaya zaman itu juga terbagi dua menurut bentuk peninggalannya.
1. Megalit Tua
Era Megalit Tua menyebar di Indonesia saat zaman neolithikum (antara tahun 2500-1500 Sebelum Masehi/SM) dan dibawa oleh Kebudayaan Kapak Persegi atau Proto Melayu. Kamu bisa mengetahui ciri-ciri dari era ini melalui beberapa contoh bangunannya, seperti menhir, arca statis, dan punden berundak-undak.
2. Megalit Muda
Zaman Megalit Muda menyebar di Indonesia saat zaman perunggu (antara 1000-100 SM). Berbeda dengan Megalit Tua, era ini dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson atau Deutro Melayu.
Kamu dapat mengenal karakteristik dari zaman ini dari contoh peninggalannya, di antaranya berupa peti batu, dolmen, waruga, dan sarkofagus.
Apa saja Ciri Zaman Megalitikum?
Zaman ini merupakan era yang paling modern dari zaman batu lainnya, jadi banyak ciri-ciri yang menunjukkan perkembangan pola pikir manusia sehingga membuatnya menonjol ketimbang zaman batu lainnya.
1. Masyarakat mulai menerapkan kebudayaan batu besar, yaitu budaya membuat bangunan menggunakan batu-batu yang besar. Contoh bangunannya adalah dolmen, menhir, dan sarkofagus. Tetapi, di samping itu pula, mereka juga sudah mulai beralih menggunakan peralatan dan perabotan berbahan perunggu.
2. Masyarakat juga mulai meninggalkan kebiasaan hidup nomaden dengan menetap di satu wilayah saja.
3. Sudah paham dengan sistem gotong royong, dan mulai menggunakan sistem pembagian kerja dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ada pemimpin kelompok atau kepala suku dalam kelompok sosial masyarakat di zaman batu besar ini.
5. Sudah mulai melakukan food producing (pengolahan makanan) atau mempunyai keahlian bercocok tanam, menangkap ikan, dan beternak. Cara hidup ini sudah lebih produktif dan efektif ketimbang cara sebelumnya yang hanya mengandalkan perburuan hewan, dan pencarian buah serta sayur dari ladang ke ladang.
6. Memproduksi alat-alat dari gerabah dan logam untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan hidup.
7. Mulai mengenal kepercayaan memuja roh nenek moyang (animisme dan dinamisme)
8. Sudah menerapkan norma-norma dalam sebuah komunitas yang ada di masyarakat.
9. Mulai menerapkan sistem primus inter pares (hukum rimba), yang berarti siapa yang paling kuat, dialah yang berkuasa
6 Jenis Benda Peninggalan Zaman Megalitikum
Dari ciri-ciri diatas, kamu juga dapat melihat banyak benda peninggalan yang menggambarkan peradaban manusia zaman megalitikum. Seperti apakah bentuk benda-benda peninggalan tersebut?
1. Kubur Batu
Di Indonesia, salah satu contoh benda peninggalan zaman megalitikum adalah kubur batu bagi orang Minahasa, Sulawesi Utara. Umumnya, kubur batu ini juga masyarakat sebut dengan nama waruga.
Waruga muncul pertama kali di wilayah Kelewer, Tumaluntung, dan Treman, yang berada di Kabupaten Minahasa Utara (Minut).
Waruga tersebut memiliki dua bagian, yaitu bagian badan dan tutupnya. Bagian badan memiliki bentuk kubus, dan bagian tutup mempunyai bentuk seperti atap rumah. Waruga yang berbentuk unik ini berfungsi sebagai tempat penguburan mayat.
Sementara itu, waruga juga memiliki ukuran yang serupa satu sama lain. Secara umum, waruga memiliki tinggi berukuran 125 cm, dan lebar berukuran 58 cm.
Kamu juga bisa menemukan jenis kubur batu ini di wilayah Wonosari (Yogyakarta), Bondowoso (Jawa Timur), Cepu (Jawa Tengah), dan Bali.
2. Sarkofagus
Hampir sama dengan kubur batu, sarkofagus ini juga mempunyai fungsi untuk menguburkan mayat. Akan tetapi, sarkofagus memiliki perbedaan yang mencolok apabila dibandingkan dengan waruga. Salah satu perbedaannya adalah bahwa sarkofagus hanya dapat digunakan oleh golongan masyarakat yang terkemuka.
Sarkofagus yang mayoritas ditemukan di Kabupaten Gianyar ini memiliki dua bagian, yaitu bagian wadah dan tutup, dengan bentuk yang terbilang unik. Baik bagian wadah dan tutup tersebut memiliki hiasan dengan ilustrasi kedok muka.
Masyarakat juga meyakini bahwa benda peninggalan zaman megalitikum ini punya kekuatan magis.
Biasanya, masyarakat menempatkan di gunung-gunung karena mereka percaya bahwa gunung merupakan tempat berkumpul para arwah, sehingga pantaslah apabila alat kubur para mendiang berada dekat dengan sarkofagus lainnya.
3. Dolmen
Perlengkapan dari batu yang selanjutnya bernama dolmen. Dolmen ini kerap masyarakat gunakan sebagai tempat untuk beribadah, sehingga dolmen bisa mereka gunakan untuk menata sesajen. Sesajen merupakan persembahan penting pada zaman batu besar, karena masyarakatnya mulai mengenal animisme.
Dolmen cukup banyak masyarakat temukan di berbagai belahan dunia. Contohnya di Eropa, Afrika, dan Asia, terlebih di sepanjang pesisir pantai. Perkiraan munculnya barang peninggalan ini terjadi pada zaman megalitikum awal, atau kira-kira 10.000 tahun sebelum Masehi.
Selain berfungsi sebagai area untuk meletakkan sesajen ketika beribadah, dolmen juga masyarakat gunakan untuk menaruh jenazah supaya terhindar dari binatang buas. Masyarakat akan meletakkan jenazah tersebut di ruang bagian bawah dolmen. Dolmen juga bisa masyarakat gunakan sebagai penutup untuk sarkofagus.
Sebagai informasi, biasanya, dolmen memiliki ukuran panjang sepanjang 300 cm, dan lebar seluas 100 cm.
4. Menhir
Ketika akan mengadakan upacara pemujaan atau penguburan, masyarakat pada zaman batu besar menggunakan menhir sebagai sarananya. Apabila kamu lihat sekilas, bentuk menhir mungkin hanya tampak seperti batu tegak biasa.
Akan tetapi, masyarakat zaman batu tua memandangnya sebagai batu yang sakral pada ritual keagamaan.
Kata menhir sendiri berasal dari bahasa Keltik, yaitu ‘men’ yang berarti batu, dan ‘hir’ yang berarti panjang. Singkatnya, menhir berarti patung yang panjang.
Nah, selain masyarakat gunakan sebagai sarana memuja arwah nenek moyang, mereka juga menggunakannya untuk menolak segala bencana atau bahaya mengancam. Tak jarang pula masyarakat menggunakan sarana ini untuk memperingati para arwah.
Jadi, keberadaan menhir berkaitan erat dengan kepercayaan dinamisme, atau kepercayaan bahwa nenek moyang menetap di beberapa wilayah tertentu.
5. Punden Barudak
Masyarakat zaman itu juga mendirikan sebuah bangunan yang berbentuk persegi konsentris sebagai cara memuliakan arwah nenek moyang. Nama bangunan tersebut adalah punden berundak. Umumnya, bangunan ini memiliki bagian pusat tertinggi yang berada di tengah.
Punden berundak juga terbuat dari batu yang tersusun dengan banyak tingkat. Kalau kamu melihat bangunan ini dari samping, maka akan tampak seperti tangga yang punya banyak undakan (anak tangga).
Selain untuk memuliakan arwah nenek moyang, masyarakat zaman itu juga memakai punden berundak untuk menyimpan abu jenazah leluhur dan para raja.
Contoh punden berundak ini juga beragam. Diantara contoh punden berundak zaman megalitikum adalah:
- Candi Sukuh di Karanganyar, Jawa Tengah,
- Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan
- Situs Megalitikum Cisolok dan Gunung Padang yang ada di Jawa Barat.
6. Arca Batu
Patung yang berbentuk manusia atau binatang sebagai perlambangan nenek moyang pada zaman batu besar juga masyarakat sebut sebagai arca batu. Sama seperti punden berundak, arca batu juga masyarakat gunakan sebagai sarana pemujaan arwah nenek moyang.
Arca batu juga rupanya masih eksis hingga saat ini. Kamu bisa menemukan arca batu ini di area Sumatera Selatan atau Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Ciri-Ciri Zaman Mesozoikum: Pengertian, Ciri, dan Pembagiannya
Lalu, Apa yang Membuat Zaman Batu Besar Lebih Modern dari Zaman Batu Lain?
Kalau kamu cermati penjelasan di atas, kamu bisa membandingkan bentuk dan fungsi benda peninggalan zaman batu besar ini dengan zaman batu lainnya.
Tetapi, faktor paling signifikan yang membuat zaman megalitikum adalah zaman batu paling modern karena cara hidup masyarakat yang makin maju. Mereka mulai memproduksi makanan sendiri dan menetap di suatu daerah ketimbang berpindah-pindah.
Di samping itu, mereka mulai beralih menggunakan peralatan perunggu sehingga tidak heran jika zaman megalitikum juga dikenal sebagai zaman peralihan ke zaman perunggu.
Benda-benda peninggalan memiliki fungsi yang variatif walaupun sangat kental dengan kepercayaan mereka saat itu. Selain itu, masing-masing benda peninggalan tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri, seperti ukuran yang berbeda, dan tergantung pula dengan perbedaan status sosial mendiang yang dikuburkan.