Mengenal Sosok Ibnu Taimiyah, Ulama dan Filsuf Islam yang Inspiratif

Ibnu Taimiyah merupakan figur yang menarik banyak perhatian. Beliau adalah seorang ulama besar yang terkenal sebagai sosok kontroversial.

Beliau disebut sebagai ulama paling cerdas pada masanya. Bahkan, belum ada yang menyamai beliau dalam hal hafalan, ilmu, dan amalan. Hasil pemikiran Ibnu Taimiyah menjadi warisan yang sangat berarti bagi umat Islam.

Mari kita kenali lebih lanjut tentang sosok Ibnu Taimiyah.

Masa Muda Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah bernama Syaikhul Islam Al Imam Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al Khodr bin Muhammad bin Al Khodr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al Haroni Ad Dimasqi.

Beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 661 H, di Haron. Negeri tersebut terletak di antara negeri Syam dan Iraq.

Saat berusia 7 tahun, beliau dan ayahnya pindah ke Damaskus untuk melarikan diri dari pasukan Tartar. Pasukan tersebut berasal dari bangsa Mongol yang memerangi kaum muslimin.

Ibnu Taimiyah tumbuh dalam keluarga yang kaya akan ilmu, fiqih, serta agama. Pasalnya, ayah, saudara, kakek, dan banyak dari paman beliau merupakan ulama terkenal.

Salah satunya yaitu kakek pertama beliau, Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyyah Majdud Diin yang menuliskan Al Muntaqo min Al Ahadits Al Ahkam dan banyak kitab lainnya.

Berkat lingkungan tersebut, beliau pun dapat menuntut ilmu sejak dini dari ayahnya. Beliau juga telah hafal Al-Qur’an pada usia sebelum baligh.

Selain itu, Ibnu Taimiyah juga menuntut ilmu dari ulama-ulama Damaskus. Kecerdasan dan kemampuan hafalannya yang luar biasa juga terlihat sejak usia belia.

Beliau pun mempelajari hadits, fiqih, tafsir, dan ilmu ushul. Ibnu Taimiyah mendalami berbagai ilmu secara intensif, sehingga telah diakui ulama sejak usia muda. Bahkan Beliau sudah memenuhi syarat memberi fatwa pada usia 17 tahun.

Pada usia itu pula Ibnu Taimiyah mulai menyusun kitab untuk pertama kalinya. Kemudian pada usia 22 tahun, Beliau mulai mengajar hadits di Damaskus. Setahun setelahnya, beliau juga mengajar tafsir Al-Qur’an di Masjid Umayyah.

Baca juga: Sholat Tahiyatul Masjid: Niat, Tata Cara dan Waktu Pelaksanaanya

Karya Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah tidak menikah maupun memiliki wanita. Hal ini bukan karena beliau tidak menyukai pernikahan, melainkan karena kesibukan dalam memperdalam ilmu, berdakwah, mengajar, serta berjihad.

Seakan tidak pernah puas dengan ilmu, Beliau menghabiskan seluruh waktu untuk membaca, menelaah, dan meneliti.

Berkat dedikasinya yang tinggi dalam belajar, beliau pun mampu menguasai berbagai macam ilmu, baik ilmu agama, tasawuf, logika, komparasi agama, hingga filsafat.

Ibnu Taimiyah merupakan penulis yang sangat produktif. Bahkan dikatakan bahwa beliau mampu menghasilkan empat buku tiap harinya. Total jumlah tulisan yang Beliau hasilkan diperkirakan mencapai 500 jilid dengan 4.000 buku tulis atau lebih.

Dalam sejarah Islam, belum pernah didapati orang yang menulis karya ilmiah sepertinya.

Salah satu muridnya, al-Hafidh al-Mizzi, juga mengatakan bahwa tidak pernah terlihat ulama yang semisal dengan beliau semenjak empat ratus tahun yang lalu.

Selama menulis buku-bukunya, beliau senantiasa mengambil dari hafalan. Teknik menulisnya pun sangat mahir dan cepat.

Sehingga hasil tulisannya sangat sempurna, baik dari penulisan, susunan pembahasan, serta adanya hujjah dan dalil pendukung.

Berikut beberapa karya dari Ibnu Taimiyah:

  • Dar’u At-Ta’arudh Al-Aql wa An-Naql: Teologi
  • Minhaj al-Sunna: Teologi Syiah
  • Al-Raad ‘ala al-Mantiqiyyin: Filsafat
  • Al-Hisba fi al-Islam: Bidang Ekonomi
  • Al-Siyasa al-Shar’iyya: Politik

Ibnu Taimiyah menyampaikan pemikiran yang mengkritik pemahaman yang kurang sesuai dalam berbagai bidang keilmuan, seperti teologi, filsafat, dan sufiisme. Beliau juga memberikan kritikan tegas terhadap kaum Syiah dan Kristen.

Sifat-Sifat Ibnu Taimiyah

Selain kecerdasan dan luasnya ilmu, Allah SWT mengaruniai Ibnu Taimiyah dengan sifat-sifat terpuji.

Kehidupan sehari-hari beliau dipenuhi dengan kesungguhan untuk memperdalam ilmu. Sampai-sampai dikatakan bahwa beliau selalu berada di antara tumpukan kitab.

Karena selalu menyibukkan diri dalam keilmuan, Beliau tidak pernah menghabiskan waktu untuk bersenda gurau, maupun perbuatan tercela seperti menggunjing dan mengadu domba.

Di samping giat belajar, Beliau sering beribadah dan membaca Al-Qur’an. Ulama jenius ini juga dikenal sebagai pribadi yang dermawan dan suka membantu.

Beliau adalah sosok yang wara’ dan zuhud, hingga hampir tidak memiliki kesenangan dunia kecuali kebutuhan pokok. Meskipun biasa mendapatkan banyak harta, beliau biasa menginfakkan seluruhnya.

Selain itu, Beliau dikenal sebagai sosok yang karismatik dan keras dalam membela kebenaran.

Ibnu Taimiyah sering kali ditawari untuk menjadi pejabat atau pemimpin. Namun, beliau menolaknya sembari berkata, “Carilah orang lain yang lebih cocok.”

Sementara, ketika berhadapan dengan penguasa, beliau sering kali memberikan nasehat untuk melakukan amal ma’ruf dan menghindari perbuatan mungkar.

Sejarah mencatat peran besar Beliau dalam menghancurkan keberadaan orang-orang atheis dan Bathiniyah seperti yang terjadi peristiwa Syaqhab dan al-Kasrawan.

Jihad Ibnu Taimiyah

Kebanyakan orang mengenal Ibnu Taimiyah sebagai ulama, ahli fatwa, dan penulis melalui karya-karyanya. Padahal, Beliau juga memiliki banyak sikap terpuji lain, bahkan ikut berjihad untuk membela Islam.

Beliau berjihad dengan pedang maupun keilmuan. Ibnu Taiminyah ikut turun ke medan perang sambil menunggang kuda dan mengangkat pedang untuk membela kaum muslimin.

Banyak orang yang menyaksikan kelihaian dan keberanian beliau dalam perang penaklukkan kota ‘Ukka.

Selain itu, beliau menggunakan pemahaman agama dan keilmuannya untuk berjihad melalui pena dan lisan. Terkadang melalui perdebatan langsung, terkadang melalui tulisan.

Disebutkan bahwa Ibnu Taimiyah berdiri di depan musuh-musuh Islam bak gunung yang kokoh. Adapun musuh Islam yang dimaksud meliputi penganut berbagai agama, isme yang bathil, aliran, dan ahlul bid’ah.

Beliau telah menghancurkan syubhat (racun pemikiran) dan mengembalikan tipu daya mereka.

Bantahan dan kitab-kitab beliau merupakan senjata terkuat dalam menghadapi firqoh sesat dan isme yang merusak yang banyak beredar di antara masyarakat.

Terlebih lagi, Ibnu Taimiyah hidup pada masa yang mana banyak isme batil berkuasa. Bid’ah dan kesesatan pun merebak di mana-mana.

Ketika itu kaum muslimin juga tenah diperangi oleh pasukan Salib dan pasukan Tartar.

Beliau telah disakiti, diusir, diperangi, dan dipenjara berkali-kali selama berdakwah. Bahkan Beliau menghadapi ajal ketika berada dalam penjara Al-Qol’ah di Damaskus.

Wafatnya Ibnu Taimiyah

Sudah disebutkan sebelumnya, Ibnu Taimiyah meninggal dalam keadaan dipenjara, yaitu pada malam Senin, 20 Dzulqo’dah 728 Hijriah di penjara Al Qol’ah, Damaskus.

Saat pemakaman Beliau, seluruh penduduk Damaskus dan sekitarnya datang untuk menyolati dan mengiring jenazah. Banyak sumber mencatatkan bahwa jumlah orang yang menghadiri pemakaman beliau sangat besar.

Hal ini menunjukkan bagaimana orang-orang merasakan kehilangan seorang ahli sunnah. Selain itu, Ibnu Taimiyah yang bersifat terpuji dan suka membantu memang sangat disukai oleh semua kalangan.

Demikianlah kisah Ibnu Taimiyah, seorang ulama yang disebut-sebut sebagai sosok jenius. Hingga sekarang pun karya-karya beliau masih memberikan banyak manfaat bagi umat Islam.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment