15 Perempuan Muslim di Berbagai Bidang Perjuangan

Dalam perkembangannya, banyak pihak yang menganggap bahwa ajaran Islam telah mengabaikan hak-hak yang ada pada wanita. Padahal, ada banyak tokoh wanita Islam yang bisa memberikan sumbangsihnya di berbagai bidang perjuangan.

Hal ini tentu bisa menjadi bukti bahwasanya Islam juga memberikan kesempatan yang sama kepada para wanita untuk berperan. Mereka tetap bisa mengembangkan potensinya dan bermanfaat untuk orang banyak.

Secara khusus, kami akan membahas siapa saja tokoh wanita muslim yang memiliki peran cukup besar di berbagai bidang perjuangan. Untuk itu, silakan simak pembahasan lengkapnya di bawah ini!

Perempuan Muslim di Berbagai Bidang Perjuangan

Perkembangan Islam hingga saat ini tidak terlepas dari peran para wanita muslimah di berbagai bidang, mulai dari pejuang, kaum intelektual, pemimpin, hingga penyair. Berikut ini adalah 15 tokoh perempuan muslim yang patut kita teladani:

1. Khadijah binti Khuwailid

Khadijah binti Khuwailid adalah seorang pengusaha sukses pertama yang dikenal dalam sejarah Islam. Khadijah sendiri merupakan istri pertama Rasulullah SAW yang turut membantu setiap kegiatan bisnis nabi dan juga perjalanan dakwahnya.

Sebagai pemimpin bisnis yang visioner, Khadijah tidak hanya meraih kesuksesan secara finansial saja, tetapi juga memberikan inspirasi kepada generasi perempuan dalam mengejar mimpi mereka terutama dalam bidang bisnis yang kompetitif.

Sebagai istri pertama Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid mendapatkan julukan sebagai ibu para mukminin (ummul mukminin) sampai kelak akhir jaman. Salah satu tokoh wanita Islam yang sangat layak dijadikan role model wanita sukses.

Baca juga: 5 Hadist tentang Berbohong beserta Dampaknya pada Fisik dan Mental

2. Aisyah binti Abu Bakar 

Aisyah Rahimahullah merupakan anak dari sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar. Ia merupakan istri ketiga Rasulullah yang memiliki peran paling penting dalam penyampaian ajaran Islam di berbagai bidang, termasuk urusan wanita.

Aisyah binti Abu Bakar juga dikenal karena kecerdasannya yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan kemampuannya meriwayatkan 2210 hadits selama hidup berumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW.

Tak hanya sebagai perawi banyak hadits saja, lebih dari itu Sayyidah Aisyah juga menjadi tokoh intelektual yang memahami Al-Qur’an, sunnah nabi, hingga hukum-hukum Islam. Perannya sangat besar dalam perkembangan ajaran Islam.

3. Fatimah al-Zahra binti Muhammad

Tokoh wanita Islam berikutnya adalah Fatimah al-Zhara yang tidak lain merupakan anak kesayangan Nabi Muhammad SAW bersama dengan Siti Khadijah. 

Perannya dalam perjuangan Islam sangat penting, terutama pada muslim awal di Mekah dan Madinah.

Fatimah membersamai Rasulullah SAW dan keluarganya kala itu turut mendapatkan penganiayaan yang cukup keras dari kaum kafir Quraisy saat berada di Mekah. Sampai akhirnya, ia juga ikut dengan Nabi Muhammad hijrah ke Madinah di tahun 622 M.

Semasa hidup nabi, Fatimah juga ikut berperan secara aktif dalam pendirian dan penegakan agama Islam bersama ayahnya, Nabi Muhammad SAW. Tak lama setelah ikut hijrah ke Madinah, ia pun menikah dengan Ali bin Abi Thalib.

Fatimah al-Zahra meninggal pada usia yang relatif muda, sekitar delapan atau sembilan bulan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, yaitu pada tahun 632 M. Kematian Fatimah al-Zahra menyebabkan duka mendalam bagi umat Islam saat itu.

4. Rufaidah binti Sa’ad

Pada masa awal perjuangan Islam, umat muslim mendapatkan berbagai perlawanan dari para musuh-musuhnya. Dalam masa-masa perang inilah ada satu wanita yang memiliki peran cukup besar bagi kaum muslimin pada zaman Rasulullah.

Tokoh wanita Islam tersebut adalah Rufaidah binti Sa’ad. Ia merupakan seorang perawat yang membantu pengobatan luka dari para pejuang Islam yang berperang. Beberapa di antaranya seperti Perang Badr, Uhud, Khandaq, hingga Perang Khaibar.

Rufaidah sendiri terlahir di Kota Yastrib dan tinggal di Madinah. Ia berasal dari kaum Anshar, yaitu golongan yang pertama kali masuk Islam dari Kota Madinah. Ilmu keperawatannya didapat setelah membantu ayahnya yang berprofesi sebagai dokter.

Keberanian dan dedikasinya dalam memberikan perawatan medis membuatnya dihormati di masyarakat muslim pada masa itu. 

Selain menjadi perawat di medan perang, tokoh wanita Islam ini juga terlibat dalam pekerjaan sosial dan kemanusiaan, membantu kaum miskin dan memfasilitasi layanan kesehatan di komunitasnya.

Baca juga: 11+ Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadhan, Masya Allah!

5. Asma’ binti Abu Bakar

Selain Aisyah, Abu Bakar Ash-Shiddiq juga memiliki seorang anak yang bernama Asma’. Ia merupakan kakak kandung dari Aisyah Rahimahullah sekaligus sahabat nabi yang paling terpelajar, penuh integritas, tabah, dan juga pemberani.

Dalam perjalanan kehidupannya, Asma’ akhirnya menikah dengan al-Zubair bin al-‘Awwam. Dari pasangan inilah kelak dilahirkan seorang tokoh politik sekaligus intelektual Islam terkemuka di awal abad perkembangan Islam.

Keterlibatan Asma’ binti Abu Bakar terjadi pada saat Pertempuran Yarmouk pada tahun 636 M. Kala itu, kaum muslimin tengah berperang melawan Byzantium. Selepas wafatnya nabi, Asma’ pun menjadi otoritas terkemuka dalam ajaran Agama Islam.

Salah satu peristiwa yang terkenal adalah ketika Asma’ menggunakan ikat pinggangnya untuk membuat tali sepatu untuk Rasulullah dan Abu Bakar. Ia dijuluki “Dzat an-Nithaqain” atau “Pemilik Dua Ikat Pinggang” karena peristiwa tersebut.

6. Nusaiba binti Ka’ab al-Anshariyyah

Tokoh wanita Islam selanjutnya yang cukup berpengaruh dalam perjuangan agama Islam adalah Nusaiba binti Ka’ab al-Anshariyyah. Ia merupakan bagian dari suku Bani Najjar dan termasuk kalangan wanita yang pertama kali masuk Islam.

Nusaiba juga dikenal dengan sebutan Ummu Umarah atau Singa Merah. Pasalnya, ia merupakan salah satu wanita tangguh yang banyak mengikuti peperangan bersama Rasulullah SAW. Ia sangat berani dan beringas saat berada di medan pertempuran.

Salah satu kisah cukup terkenal dari Nusaiba adalah ketika perang Uhud. Kala itu, Nusaiba berhadapan dengan kamu kuffar ahli Mekah hingga mengalami luka parah dan pingsan. 

Akan tetapi, pertanyaan pertamanya setelah siuman adalah “apakah Nabi selamat?.” Hal ini menunjukkan kesetiaan dan komitmennya terhadap Islam.

7. Rabi‘ah al-‘Adawiyyah

Rabi‘ah al-‘Adawiyah adalah tokoh wanita Islam yang hidup pada abad ke-8 Masehi. Ia merupakan seorang penganut sufi wanita yang cukup terkenal di kalangan ahli tasawuf atau sufisme. Sebelumnya, Rabi’ah adalah seorang budak yang tinggal di Iraq.

Setelah bebas dan merdeka, dia lalu memilih untuk menjalani hidup di tempat-tempat yang sunyi untuk bermeditasi dan mencari ketenangan. Di sana, dia menghabiskan waktu untuk mengabdikan hidupnya pada Allah SWT semata.

Pengabdiannya kepada Allah SWT menghasilkan level penghambaan tingkat tinggi. Rabi’ah mengajarkan bahwa ibadahnya kepada Allah tidak semata mengharap surga dari-Nya atau takut terhadap neraka-Nya, tetapi adalah karena besarnya rasa cinta.

Baca juga: Cara Menghadapi Masalah Menurut Islam, Salah Satunya Tetap Tenang

8. Ummu al-Darda’ Huzaima

Berikutnya, ada Ummu al-Darda’ Hujaima binti Uyayy al-Sughra yang juga merupakan seorang perawi hadits, ahli hukum dan juga guru yang sangat penting, cendekiawan, sekaligus ahli Al-Qur’an (penghafal Qur’an sejak usia muda).

Dia termasuk perawi hadits yang hidup satu zaman dengan Aisyah binti Abu Bakar, Salman al-Faris, Abu Hurairah, dan para sahabat nabi lainnya. Usai menjalani hidup yang panjang di Madinah, ia pun pergi ke Damaskus dan mengajar ratusan murid.

Tidak hanya kepada murid-murid perempuan saja, ia juga mengajar kepada sebagian besar murid laki-laki. Bahkan, di antara muridnya juga kelak menjadi seorang Khalifah yang sangat berpengaruh dalam dunia Islam, yaitu ‘Abd al-Malik bin Marwan.

9. Fatimah al Fihri

Memiliki nama yang sama dengan putri Nabi Muhammad SAW, Fatimah adalah anak dari Mohammed Bnou Abdullah al-Fihri. Ayahnya merupakan seorang saudagar sukses yang tinggal di Kota Fez, Maroko.

Setelah ayahnya meninggal, Fatimah lantas mendapatkan warisan kekayaan dari ayahnya tersebut. Fatimah pun tidak menyia-nyiakan harta kekayaan tersebut. Dia lantas menginvestasikan hartanya untuk membangun masjid dan lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan yang ia bangun secara perlahan berkembang dan menjadi cikal bakal Universitas al-Qarawiyyin atau Al-Karaouine (University of al-Qarawiyyin), yaitu satu-satunya universitas tertua yang masih beroperasi sampai saat ini.

Universitas ini bukan hanya pusat studi agama, tetapi juga mencakup berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti ilmu kedokteran, ilmu alam, bahasa, dan humaniora. 

Fatimah al-Fihri dihormati sebagai tokoh yang menginspirasi karena usahanya dalam mendirikan pusat pembelajaran yang berkelanjutan dan pada akhirnya menjadi lembaga pendidikan tertua di dunia.

10. Lubna dari Kordoba

Berawal dari seorang budak di Spanyol, tokoh wanita Islam bernama Lubna pada akhirnya berhasil menjadi sosok penting di Istana Umayyah, Kordoba. Ia merupakan seorang ahli di bidang matematika dan menjadi pemimpin di perpustakaan kerajaan.

Di dalam perpustakaan tersebut, terdapat lebih dari 500.000 judul buku yang bisa dibaca. Seorang cendekiawan terkenal dari Andalusia bernama Ibnu-Bashkuwal mengatakan:

“Dia unggul dalam menulis, tata bahasa, dan puisi. Pengetahuannya tentang matematika juga sangat besar dan dia juga mahir dalam ilmu-ilmu lain. Tidak ada seorang pun di istana Umayyah yang sehebat dirinya.”

Sosok Lubna tentu saja menjadi bukti bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam tidak saja dibawa oleh kaum laki-laki saja. Akan tetapi, sumbangsih dari tokoh-tokoh wanita juga sangat kuat dan berpengaruh.

11. Fatimah binti Muhammad bin Ahmad al-Samarqand

Fatimah adalah putri dari seorang ahli hukum Hanafi sekaligus penulis kitab Tuhfat al-Fuqaha’ dari Asia Tengah yang cukup terkenal, yaitu Abu Manshur Muhammad bin Ahmad al-Samarqand. Fatimah sendiri juga memiliki kecerdasan luar biasa.

Ia merupakan seorang ahli Al-Qur’an, fiqih, hadits, dan juga ahli tata bahasa ketika ia sudah beranjak dewasa. Semua pencapaiannya tersebut membuatnya bisa mengeluarkan fatwa yang diakui secara khalayak.

Berkat keahlian dan kecerdasannya, Fatimah binti Muhammad bin Ahmad al-Samarqand mendapatkan pengakuan dari orang-orang di zamannya sebagai perempuan terpelajar. Pendapatnya juga banyak didengar oleh para penguasa saat itu.

Selanjutnya, tokoh wanita Islam ini pun menikah dengan ‘Ala’ al-Din Abu Bakr bin Mas‘ud al-Kasan, yaitu seorang ahli hukum hanafi lainnya sekaligus penulis kompendium hukum berjudul Bada‘i al-Shana’i‘ fi Tartib al-Syara’i‘. 

Tak lama setelah pernikahannya tersebut, Fatimah dan suaminya lantas menetap di Aleppo dan berhasil menjadi ulama terkemuka di dalam sejarah Islam.

12. Zainab binti Ahmad

Di pertengahan abad ke-14, tepatnya di tahun 1339, muncul seorang cendekiawan paling terkenal di kalangan Islam bernama Zainab binti Ahmad. Ia merupakan pengikut dari Mahzab Hanbali yang tinggal di Damaskus.

Sebagai orang yang terpelajar, Zainab binti Ahmad berhasil mendapatkan sertifikasi di berbagai bidang. Salah satu yang utama adalah di bidang hadits. Ia mengajar berbagai kitab kepada murid-muridnya yang berasal dari berbagai tempat.

Adapun kitab-kitab yang diajarkannya terdiri dari Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Syama’il dari al-Tirmidzi, Al-Muwaththa’ karya Malik bin Anas, hingga Syarh Ma’ani al-Athar dari al-Tahawi.

Sementara murid-muridnya terdiri dari pengelana Afrika Utara Ibn Battuta (w. 1369), Taj al-Din al-Subki (w. 1355), al-Dhahabi (w. 1348). Nama Zainab binti Ahmad sendiri muncul di beberapa tulisan Ibn Hajar al-Asqalani (w. 1448).

13. Sayyida al-Hurra

Salah satu tokoh wanita Islam yang lahir di era kekuasaan Islam di Andalusia adalah Sayyida al-Hurra. Ia sendiri berasal dari kerajaan Nasrid di wilayah Granada. Akan tetapi, ia melarikan diri akibat penyerangan pasukan Kristen Spanyol di tahun 1492.

Sama seperti kaum muslim Andalusia lainnya, Sayyida al-Hurra juga menetap di Maroko setelah penaklukan bangsa Spanyol. Sampai akhirnya, ia dan suaminya berhasil menjadi pemimpin Kota Tetouan di Pantai Utara.

Sayyida al-Hurra lantas menjadi satu-satunya penguasa Kota Tetouan setelah kematian suaminya. Ia lantas mengubah kota ini menjadi basis utama angkatan laut guna menjalankan misi balas dendam melawan Spanyol dan Portugal.

Untuk menjalankan misi tersebut, dia pun menjalin kerjasama dengan laksamana Hayreddin Barbarossa di Aljazair. Alhasil, mereka berhasil memberikan pukulan telak kepada kekaisaran Spanyol, khususnya di wilayah Afrika Utara dan Mediterania Barat.

14. Tjut Nyak Dien

Tokoh wanita muslim kali ini datang dari dalam negeri, yaitu Tjut Nyak Dien. Ia merupakan seorang pahlawan Nasional Indonesia yang memainkan peran penting selama Perang Aceh melawan penjajah Belanda pada akhir abad ke-19.

Ia lahir pada 1848 di Lampadang, Aceh, dan meninggal pada 1908. Tjut Nyak Dien dikenal sebagai salah satu pejuang yang gigih dan berani melawan kolonialisme. Keberaniannya tidak kalah dengan para pejuang laki-laki pada saat itu.

Pada usia muda, Tjut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar, seorang pejuang Aceh yang kemudian menjadi panglima perang. Setelah suaminya gugur dalam pertempuran, Tjut Nyak Dien melanjutkan perjuangan melawan Belanda.

Namanya semakin dikenal setelah ia tertangkap oleh Belanda pada tahun 1905. Meskipun dihadapkan pada tekanan dan penderitaan, Tjut Nyak Dien tidak pernah mau untuk menyerah. 

Ia tetap setia dengan tekadnya demi melawan penjajahan di Tanah Aceh. Setelah ditangkap, Tjut Nyak Dien diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat, hingga tahun 1908. Kisah kepahlawanannya tentu sangat menginspirasi kaum muslimah di Indonesia.

15. Nana Asma’u

Nana Asma’u adalah seorang intelektual, penyair, dan pemikir Muslimah yang hidup pada abad ke-19 di wilayah yang sekarang menjadi Nigeria. Ia lahir pada tahun 1793 di Sokoto, sebuah kota yang merupakan bagian dari Kekhalifahan Sokoto. 

Kekhalifahan Sokoto sendiri didirikan oleh Usman dan dikembangkan oleh putranya, Muhammad Bello. Nana Asma’u adalah putri dari Usman dan cucu dari Sheikh Uthman dan Fodio, tokoh-tokoh utama dalam gerakan reformasi Islam di wilayah tersebut. 

Ia tumbuh dalam lingkungan yang sarat dengan pemikiran Islam dan juga nilai-nilai pendidikan. Nana Asma’u dikenal karena kontribusinya dalam memajukan pendidikan dan pelestarian budaya Islam di Afrika Barat.

Salah satu karya terkenalnya adalah “Yan Taru,” sebuah kumpulan puisi dan tulisan prosa yang mencerminkan nilai-nilai agama, etika, dan pendidikan. 

Nana Asma’u juga aktif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan mendorong pendidikan bagi perempuan di masyarakatnya.

Itulah dia para tokoh wanita Islam yang sangat berpengaruh dalam perjuangan Islam di berbagai zaman. Hal ini sekaligus membuktikan bahwasanya Islam tidak menutup hak-hak para wanita untuk mengambil peran di berbagai bidang.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment