Observatorium Bosscha, Destinasi Wisata Favorit & Sarana Edukasi Di Bandung

Bosscha 001

Observatorium Bosscha menjadi salah satu destinasi wisata edukasi menarik dan mendidik yang terletak di Bandung Jawa Barat. Observatorium Bosscha merupakan lembaga riset yang berada di bawah naungan FMIPA ITB, tempat ini menjadi salah satu tempat penelitian, pengembangan, dan pendidikan astronomi yang ada di Indonesia.

Mempelajari segala hal yang ada di alam semesta merupakan salah satu hal yang menarik dan menyenangkan. Meskipun menjadi tempat penelitian, namun Observatorium Bosscha tetap dapat dikunjungi untuk keperluan wisata dan menjadi tempat peneropongan bintang yang paling tua di Indonesia.

Sejarah Observatorium Bosscha

Observatorium ini didirikan pada tahun 1923 oleh pemerintah Hindia Belanda dan merupakan observatorium tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha memiliki luas sekitar 9 hektar dan terletak di ketinggian 1.310 meter di atas permukaan laut.

Observatorium ini didirikan dengan tujuan untuk mempelajari astronomi dan meteorologi di wilayah Indonesia. Sejarah Observatorium Bosscha dimulai pada tahun 1912 ketika seorang astronom Belanda bernama J.C. Koningsberger mengusulkan pendirian observatorium di Indonesia. Pada awalnya, lokasi yang diusulkan adalah di Gunung Salak, Jawa Barat. Namun, setelah penelitian lebih lanjut, lokasi yang dipilih adalah di Lembang, Jawa Barat, karena memiliki kondisi lingkungan yang lebih baik untuk pengamatan astronomi.

Observatorium Bosscha

Pembangunan observatorium dimulai pada tahun 1920 dan selesai pada tahun 1923. Observatorium ini diberi nama Bosscha, yang diambil dari nama seorang pengusaha asal Belanda bernama Karel Albert Rudolf Bosscha yang menyumbangkan sebagian besar biaya pembangunan observatorium. Observatorium Bosscha memiliki beberapa peralatan untuk melakukan pengamatan astronomi, seperti teleskop refraktor dengan diameter 60 cm, teleskop reflektor dengan diameter 70 cm, teleskop radio, dan sejumlah peralatan pendukung lainnya.

Selain itu, observatorium ini juga memiliki museum dan perpustakaan yang berisi koleksi benda-benda dan buku-buku mengenai astronomi. Selama masa penjajahan Belanda, Observatorium Bosscha menjadi pusat penelitian astronomi dan meteorologi di wilayah Indonesia. Para astronom Belanda yang bertugas di observatorium ini melakukan penelitian mengenai bintang, planet, komet, dan fenomena astronomi lainnya.

Selain itu, mereka juga melakukan penelitian mengenai cuaca dan iklim di wilayah Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, Observatorium Bosscha menjadi bagian dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang didirikan pada tahun 1963. Observatorium ini tetap menjadi pusat penelitian astronomi dan meteorologi di Indonesia, dan banyak astronom Indonesia yang melakukan penelitian di sini.

Pada tahun 2010, Observatorium Bosscha ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah Indonesia karena nilai sejarah dan arsitekturnya. Observatorium ini juga menjadi tempat wisata populer di Lembang, Jawa Barat, dan sering dikunjungi oleh masyarakat yang ingin melihat bintang-bintang di malam hari.

Sejak berdirinya hingga sekarang, Observatorium Bosscha telah menghasilkan banyak penelitian dan penemuan penting di bidang astronomi dan meteorologi. Observatorium ini menjadi saksi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, serta menjadi tempat penting bagi peneliti dan penggemar astronomi di seluruh dunia.

Mengenal Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha dibangun dengan mengikuti arsitektur bergaya Belanda pada masa itu. Pada tahun 1928, observatorium ini mulai beroperasi dengan teleskop refraktor berukuran besar, yang merupakan teleskop terbesar di Asia pada saat itu.

Teleskop ini berukuran 60 cm dan memiliki panjang fokus 8 meter. Teleskop ini digunakan untuk melakukan pengamatan bintang, planet, komet, dan fenomena astronomi lainnya. Selain teleskop refraktor, Observatorium Bosscha juga memiliki teleskop reflektor dengan diameter 30 cm. Teleskop ini digunakan untuk mengamati objek langit yang lebih kecil dan sulit dilihat dengan teleskop refraktor.

Selain itu, observatorium ini juga memiliki fasilitas lain seperti laboratorium, perpustakaan, dan ruang pameran. Observatorium Bosscha telah menjadi pusat penelitian astronomi di Indonesia selama lebih dari sembilan dekade. Observatorium ini telah banyak memberikan kontribusi bagi astronomi Indonesia, seperti penemuan planet satelit Jupiter ke-11 pada tahun 1989 oleh tim astronom dari Observatorium Bosscha dan Institut Teknologi Bandung.

Selain menjadi pusat penelitian astronomi, Observatorium Bosscha juga menjadi tempat wisata edukasi bagi masyarakat. Pada tahun 2017, Observatorium Bosscha mendapatkan pengakuan sebagai salah satu cagar budaya nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pengakuan ini menunjukkan bahwa Observatorium Bosscha memiliki nilai sejarah, ilmiah, dan budaya yang penting bagi Indonesia.

Daya Tarik Observatorium Bosscha

Daya tarik Observatorium Bosscha memang memiliki keunikan tersendiri karena menjadi tempat penelitian dan pengembangan astronomi di Indonesia. Nama Observatorium Bosscha bahkan sudah terkenal hingga ke seluruh wilayah Indonesia, berikut ini beberapa jenis teleskop yang tersedia di Observatorium Bosscha, yaitu:

1. Teleskop Zeiss

Observatorium bosscha

Teleskop Zeiss adalah jenis teleskop refraktor yang didesain oleh Carl Zeiss pada tahun 1920-an. Teleskop ini memiliki diameter lensa utama sebesar 60 cm dan panjang fokus sebesar 9,4 meter. Teleskop Zeiss di Observatorium Bosscha dipasang pada tahun 1928 dan pada saat itu merupakan teleskop terbesar di Asia Tenggara. Meskipun sudah berusia lebih dari 90 tahun, teleskop ini masih dapat digunakan dengan baik dan menjadi salah satu daya tarik bagi para pengunjung Observatorium Bosscha.

Teleskop Zeiss dapat digunakan untuk mengamati objek-objek langit seperti planet, bintang, dan galaksi. Pengamatan dilakukan dengan cara memasang kamera atau alat pengamatan lain pada fokus teleskop. Selain itu, teleskop Zeiss juga dapat digunakan untuk melakukan pengukuran posisi bintang dan studi spektroskopi. Teleskop Zeiss juga telah digunakan untuk mengamati peristiwa astronomi penting seperti gerhana bulan dan gerhana matahari.

2. Teleskop Refraktor Ganda Zeiss

Teleskop Refraktor Ganda Zeiss adalah salah satu teleskop yang menjadi kebanggaan bagi Observatorium Bosscha. Teleskop ini memiliki dua lensa objektif yang terbuat dari kaca berkualitas tinggi dan dirancang untuk memberikan gambar yang jernih dan tajam. Dengan diameter lensa objektif masing-masing 60 cm, teleskop ini mampu mengumpulkan cahaya dengan efektif sehingga dapat digunakan untuk mengamati objek langit yang sangat jauh.

Teleskop Refraktor Ganda Zeiss ini dibangun pada tahun 1928 oleh perusahaan Jerman bernama Carl Zeiss. Proses pembangunan teleskop ini memakan waktu selama dua tahun dan melibatkan banyak ahli optik terkemuka pada masa itu. Teleskop ini kemudian dibawa ke Indonesia oleh Gubernur Jenderal Belanda pada saat itu, A.C.D. de Graeff.

Teleskop ini awalnya berada di Observatorium Kembang Jepun di Jakarta, tetapi kemudian dipindahkan ke Observatorium Bosscha pada tahun 1959. Salah satu keunggulan dari teleskop Refraktor Ganda Zeiss adalah sistem fokus yang terletak di antara dua lensa objektif. Hal ini membuat teleskop ini tidak terlalu panjang dan lebih mudah untuk dioperasikan.

Selain itu, teleskop ini juga dilengkapi dengan sistem pengendali gerakan yang sangat akurat sehingga dapat digunakan untuk melacak objek langit dengan sangat presisi. Teleskop Refraktor Ganda Zeiss telah banyak digunakan untuk melakukan penelitian astronomi dan observasi langit. Salah satu penelitian penting yang dilakukan dengan menggunakan teleskop ini adalah pengukuran posisi bintang dan gerakan mereka di langit. Selain itu, teleskop ini juga sering digunakan untuk mengamati planet-planet di tata surya dan benda langit lainnya seperti nebula, galaksi, dan bintang ganda.

3. Teleskop Refraktor Bamberg

teleskop refraktor bamberg 2

Teleskop Refraktor Bamberg memiliki lensa objektif berdiameter 60 cm dan panjang fokus 9,36 meter. Lensa ini terbuat dari kaca optik berkualitas tinggi dan dianggap sebagai salah satu lensa terbaik di dunia pada masanya. Teleskop Bamberg juga dilengkapi dengan sistem pencitraan dan pemantauan bintang yang canggih untuk memudahkan pengamatan.

Teleskop Bamberg digunakan untuk berbagai macam penelitian astronomi, termasuk pengamatan planet, bintang, galaksi, dan objek langit lainnya. Salah satu penemuan penting yang dilakukan dengan teleskop Bamberg adalah penemuan asteroid Ceres pada tahun 1938 oleh Dr. K.A. van Houten dari Observatorium Bosscha.

Penemuan ini sangat penting karena Ceres adalah objek langit pertama yang ditemukan di antara planet-planet di tata surya. Selain itu, teleskop Bamberg juga digunakan untuk meneliti gerakan bintang dan mempelajari sifat-sifat galaksi. Beberapa penelitian yang dilakukan dengan teleskop Bamberg telah memberikan kontribusi besar bagi pemahaman kita tentang alam semesta.

Meskipun usianya sudah lebih dari 90 tahun, teleskop Bamberg masih digunakan untuk penelitian astronomi hingga saat ini. Observatorium Bosscha terus memperbarui sistem dan teknologi yang digunakan untuk mengoptimalkan kinerja teleskop ini.

4. Teleskop Schmidt Bima Sakti

Teleskop Schmidt Bima Sakti memiliki diameter cermin primer sebesar 60 cm dengan panjang fokus 5 meter. Teleskop ini didesain khusus untuk memotret langit dengan lapangan pandang lebar dan resolusi tinggi, serta kemampuan pengamatan pada cahaya tampak dan ultraviolet.

Dengan kemampuan ini, Teleskop Schmidt Bima Sakti dapat digunakan untuk berbagai macam penelitian astronomi, seperti memetakan galaksi, asteroid, bintang dan gugus bintang, serta mempelajari fenomena alam semesta seperti supernova dan bintang neutron. Selain itu, Teleskop Schmidt Bima Sakti juga dapat digunakan untuk memonitor objek langit yang bergerak seperti komet, asteroid, dan satelit.

Hal ini menjadi penting dalam mengamati objek-objek yang berpotensi mengancam Bumi dan memahami orbit dan perilaku objek-objek tersebut. Teleskop Schmidt Bima Sakti tidak hanya digunakan oleh para astronom di Indonesia, tetapi juga digunakan oleh astronom dari negara-negara lain. Observatorium Bosscha sering kali menjadi tujuan bagi para peneliti astronomi internasional karena keberadaannya yang strategis di wilayah khatulistiwa dan memiliki kondisi langit yang relatif bersih dari polusi cahaya.

5. Teleskop Cassegrain GOTO

Teleskop Cassegrain GOTO di Observatorium Bosscha adalah salah satu teleskop yang sangat digunakan dalam observasi astronomi modern. Teleskop ini memiliki fitur khusus yaitu sistem GOTO (Go To) yang memungkinkan teleskop untuk secara otomatis mengarahkan dan menemukan objek yang telah ditentukan di langit.

Teleskop Cassegrain sendiri merupakan jenis teleskop reflektor yang memiliki dua cermin, yaitu cermin primer yang berbentuk paraboloid dan cermin sekunder yang berbentuk hiperboloid. Sistem optik ini memungkinkan cahaya yang masuk melalui teleskop dipantulkan oleh cermin primer ke cermin sekunder dan kemudian dipantulkan lagi ke arah perbesaran dan fokus pada titik fokus di belakang cermin sekunder.

Teleskop Cassegrain GOTO di Observatorium Bosscha memiliki spesifikasi teknis yang mencakup diameter lensa 70 cm, panjang fokus 14,2 meter dan rentang gerak atas-bawah 20 derajat dan gerak kiri-kanan 360 derajat. Dengan spesifikasi ini, teleskop dapat digunakan untuk mengamati objek langit seperti planet, bintang, dan galaksi dengan sangat akurat.

Sistem GOTO pada teleskop Cassegrain di Observatorium Bosscha memungkinkan pengguna untuk memilih objek langit dari database yang tersedia dan kemudian secara otomatis mengarahkan teleskop ke objek dengan akurasi yang sangat tinggi.

6. Teleskop Refraktor Unitron

file 1 34

Teleskop Refraktor Unitron adalah salah satu perangkat utama di Observatorium Bosscha. Teleskop ini dibangun oleh Unitron Company di Amerika Serikat pada tahun 1950-an dan didatangkan ke Indonesia pada tahun 1963.

Teleskop Refraktor Unitron memiliki diameter lensa sebesar 20 cm dan panjang fokus 320 cm, serta dapat memperbesar objek hingga 260 kali. Teleskop Refraktor Unitron digunakan untuk pengamatan astronomi terutama untuk mengamati objek-objek langit seperti planet, bintang, nebula, dan galaksi.

Teleskop ini menggunakan prinsip refraksi cahaya melalui lensa kaca, sehingga menghasilkan gambar yang sangat jernih dan tajam. Refraktor Unitron adalah salah satu teleskop terbaik dan masih digunakan oleh banyak observatorium dan astronom di seluruh dunia hingga sekarang.

Di Observatorium Bosscha, Teleskop Refraktor Unitron digunakan untuk melakukan berbagai penelitian astronomi dan pengamatan rutin seperti observasi bintang ganda, pengamatan planet, komet, dan objek-objek langit lainnya. Selain itu, teleskop ini juga digunakan untuk kegiatan pendidikan seperti kunjungan dari sekolah-sekolah atau masyarakat umum yang ingin belajar tentang astronomi.

7. Teleskop Radio 2,3 m

Teleskop radio 2,3 m di Observatorium Bosscha adalah salah satu instrumen paling canggih dalam penelitian astronomi modern. Teleskop ini dibangun pada tahun 1973 oleh Jepang dan dioperasikan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) di Indonesia.

Teleskop ini memiliki diameter 2,3 meter dan dapat mendeteksi gelombang radio dalam rentang frekuensi 1420 MHz hingga 14 GHz. Keunggulan utama dari teleskop radio adalah kemampuannya untuk melihat bintang dan objek langit lainnya yang tidak terlihat dengan mata telanjang atau teleskop optik biasa.

Hal ini karena objek langit ini seringkali memancarkan radiasi elektromagnetik dalam rentang frekuensi radio, yang tidak terlihat oleh mata manusia. Teleskop radio 2,3 m di Observatorium Bosscha telah digunakan untuk berbagai macam penelitian astronomi, termasuk pengamatan pulsar, fenomena radio alam semesta, dan galaksi jauh.

8. Teleskop Surya

Teleskop Surya Bosscha memiliki lensa objektif sebesar 15 cm dan panjang fokus 3 meter, sehingga dapat menghasilkan gambar matahari dengan resolusi yang sangat baik. Selain itu, teleskop ini juga dilengkapi dengan berbagai macam filter, seperti filter H-alpha dan Calcium-K, yang memungkinkan para peneliti untuk mengamati berbagai fenomena yang terjadi di permukaan matahari, seperti bintik matahari, erupsi solar, dan prominensia.

Selama lebih dari 90 tahun pengamatan matahari di Bosscha, teleskop Surya telah memberikan kontribusi besar bagi penelitian astronomi dan astrofisika di Indonesia. Beberapa penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data dari teleskop ini antara lain adalah studi tentang aktivitas matahari, pola pergerakan bintik matahari, dan pengaruh matahari terhadap iklim di Indonesia.

Lokasi dan Alamat Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha terletak di daerah Lembang, Bandung. Dari pusat kota Bandung hanya berjarak sekitar 15 Km ke daerah utara atau lebih tepatnya di Jalan Teropong Bintang, Cikahuripan Bandung. Daerah Lembang memang terkenal dengan banyaknya tempat wisata yang ada di dalamnya seperti Farmhouse Lembang hingga Floating Market Lembang. Setelah mengunjungi Observatorium Bosscha kamu bisa berkunjung ke tempat wisata lain yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi Observatorium.

Bagaimana Cara Mengunjungi Observatorium Bosscha ?

bosscha 13

Pada umumnya tidak terlalu sulit untuk menuju ke Observatorium Bosscha. Ketika kamu menggunakan kendaraan pribadi maka cara yang paling mudah yaitu dengan melewati Jalan Setiabudi menuju ke arah Lembang. Kamu akan melewati Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat, kemudian teruslah berjalan sekitar 0,5 km dan kamu pun akan langsung sampai ke gerbang Observatorium Bosscha di sebelah kanan jalan.

Namun, apabila kamu menggunakan kendaraan umum maka ada tiga cara, cara yang pertama dengan menaiki angkutan umum dari Stasiun Hall menuju Lembang, kamu bisa berhenti di gerbang bawah Observatorium Bosscha.

Cara kedua, dengan menaiki bus Damri di Terminal Bus Leuwi Panjang dengan tujuan Terminal Ledeng. Lalu dari terminal Ledeng kamu harus berganti angkot yang menuju ke Stasiun Hall, naik lagi ke angkutan umum jurusan Lembang dan berhenti di gerbang Observatorium Bosscha.

Cara ketiga, kamu bisa naik bus Damri di Terminal Bus Leuwi Panjang dengan tujuan Terminal Ledeng. Dari terminal Ledeng kamu bisa berganti angkot yang menuju ke Stasiun Hall, kamu harus naik angkot lagi jurusan Lembang dan berhenti di gerbang Observatorium Bosscha.

Jam Buka dan Waktu Kunjungan Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha buka setiap hari Selasa hingga Sabtu, pada hari Selasa hingga Jumat digunakan untuk kunjungan rombongan sekolah, universitas, atau instansi lainnya yang berjumlah 25 orang.

Sebelum memutuskan untuk mengunjungi Observatorium Bosscha, pastikan kamu sudah melakukan pendaftaran terlebih dahulu sebelumnya dan mendapat jadwal berkunjung dari pihak pengelola.

Kunjungan Siang Observatorium Bosscha

Pada siang hari, Observatorium Bosscha membuka beberapa sesi kunjungan pengunjung yang memiliki batasan kapasitas maksimal para pengunjung hingga 200 orang. Total ada tiga sesi yang bisa kamu ikuti untuk berkunjung siang hari di Observatorium Bosscha, yaitu:

Hari Selasa – Kamis :

  • Sesi 1 : 09.00 WIB
  • Sesi 2 : 11.00 WIB
  • Sesi 3 : 13.00 WIB

Hari Jumat :

  • Sesi 1 : 09.00 WIB
  • Sesi 2 : 13.00 WIB

Hari Sabtu dikhususkan untuk kunjungan personal atau bersama keluarga. Sehingga jika kamu datang sendiri lebih baik datang di hari Sabtu mulai jam 09.00 WIB.

Kunjungan Malam Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha ternyata juga membuka kunjungan malam bagi para pengunjung, namun kunjungan malam hanya tersedia di musim kemarau yaitu bulan April hingga Oktober. Kunjungan malam ini menjadi salah satu waktu terbaik karena kamu bisa mengunjungi Teleskop Zeiss.

Apabila cuaca sedang mendukung dan langit cerah maka pengunjung juga bisa melakukan peneropongan dengan menggunakan Teleskop Portable dan Teleskop Bamberg. Kamu juga bisa mengunjungi ruang multimedia untuk melihat berbagai informasi astronomi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Harga Tiket Masuk Observatorium Bosscha

Harga tiket masuk ke Observatorium Bosscha tergolong masih terjangkau, dengan kunjungan siang sebesar Rp15.000 per orang dan kunjungan malam sebesar Rp20.000 per orang.

Cara Mendaftar Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha 6 2
  • Kunjungan Perorangan atau Keluarga, kamu bisa langsung datang ke lokasi di hari Sabtu dari jam 09.00 WIB hingga 13.00 WIB, untuk pembayarannya dilakukan langsung di tempat. Khusus untuk kunjungan malam diharuskan melakukan reservasi terlebih dahulu .
  • Kunjungan dari Sekolah atau Instansi, khusus untuk kunjungan dari sekolah atau instansi maka harus mengirimkan surat resmi yang ditunjukan ke Observatorium Bosscha melalui fax atau email.
    • Hari atau tanggal berkunjung
    • Jam kunjungan
    • Jumlah orang yang berkunjung
    • Kelompok usia kunjungan (TK, pelajar SD, SMP, SMA, mahasiswa, guru atau umum)
    • Nomor handphone atau email yang bisa dihubungi untuk melakukan konfirmasi pendaftaran
    • Pembayaran via transfer BNI dengan no rekening : 0901042017 a.n PPM FMIPA ITB
    • Cantumkan “Bosscha dari [nama sekolah/institusi/organisasi] [kota]” kirim via faks ke nomor 022-2786001.

Tips Berkunjung Ke Observatorium Bosscha

Jika kamu berencana untuk melakukan kunjungan ke Observatorium Bosscha, ada beberapa tips berkunjung yang bisa membantu kamu, yaitu:

  1. Persiapkan diri secara fisik, pastikan kamu dalam kondisi fisik yang cukup baik untuk menghadapi perjalanan ke tempat ini. Jangan lupa untuk membawa jaket atau pakaian hangat karena suhu udara di daerah Lembang memang dingin terutama di malam hari.
  2. Perhatikan waktu kunjungan Observatorium Bosscha buka setiap hari kecuali Senin dan hari libur nasional. Namun, jam operasionalnya berbeda pada hari biasa dan akhir pekan. Jika kamu ingin mengamati benda-benda langit di malam hari, pastikan untuk datang pada saat ada acara stargazing atau mengamati benda langit di malam hari.
  3. Siapkan kamera untuk mengambil foto bintang dan objek lain di langit malam. Kamu juga bisa menggunakan tripod untuk mendapatkan foto yang lebih stabil dan jelas. Namun, penggunaan flash tidak diizinkan di dalam observatorium karena dapat mengganggu proses pengamatan benda-benda langit.
  4. Ikuti panduan saat berkunjung ke Observatorium Bosscha, pastikan untuk mengikuti panduan dari pemandu wisata atau pengelola observatorium.
  5. Jangan merokok dan makan di dalam area observatorium tidak diizinkan. Karena udara yang bersih sangat penting untuk menjaga kualitas pengamatan benda-benda langit, maka peraturan ini harus diikuti oleh setiap pengunjung.
  6. Jangan membawa hewan peliharaan.
  7. Menggunakan pakaian yang sopan karena banyak pengunjung yang berasal dari institusi lain.
  8. Ubah handphone ke mode senyap untuk menghindari gangguan ketika pelaksanaan tour.

Itulah beberapa informasi mengenai Observatorium Bosscha yang bisa kamu ketahui, Observatorium Bosscha menjadi salah satu tempat penelitian astronomi terbesar di Indonesia. Bagi kamu yang tertarik di bidang astronomi atau pengamatan antariksa, kamu bisa mengunjungi Observatorium Bosscha untuk mengamati berbagai benda langit ketika cuaca sedang cerah.

SHARE:

Seorang penulis professional dan berpengalaman menulis konten di beberapa media online Indonesia. Menyukai Kopi dan Kamu!!

Tinggalkan komentar

Konten dengan Hak Cipta Dilarang Copy-Paste