Upacara Tabuik Minangkabau: Tujuan, Makna, dan Cara Pelaksanaannya 

Jika membicarakan tentang keragaman budaya dari Tanah Air, rasanya tidak akan pernah ada habisnya. Bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku yang tersebar di seluruh negeri. Salah satu adat yang sarat akan nilai tradisi adalah upacara Tabuik dari Minangkabau. Bagaimana prosesnya? Inilah informasi lengkapnya. 

Sejarah Upacara Tabuik

(Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang
(Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang | Sumber Gambar: UKKPK UNP)

Upacara Tabuik merupakan sebuah acara tradisi bagi masyarakat sekitar Minangkabau. Perhelatan ini telah hadir dan menjadi adat istiadat warga Minangkabau sejak abad ke-19 tahun Masehi. 

Terlahir dari sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu tabut dan telah menyesuaikan dengan aksen warga Minangkabau. Oleh sebab itu, dari kata tabut menjadi tabuik karena aturan kata konsonan terakhir t yang menjadi ik menurut logat Minang. 

Tabuik secara harfiah memiliki arti sebagai peti kayu dan identik dengan kemunculan hewan berbentuk kuda dengan kepala manusia dan bersayap, yaitu buraq. Terdapat banyak bunga-bunga yang menghiasi peti kayu, sehingga pada saat acara Tabuik berlangsung, maka atribut acara akan penuh dengan hiasan bunga dan burung.

Penggambaran dari sebuah peti kayu dan burung buraq merupakan simbolisasi dari mayat Husein bin Abi Thalib yaitu seorang cucu Nabi Muhammad SAW. Husein meninggal karena terbunuh oleh pasukan Muawiyah dengan memenggal kepala Husein.

Lalu, burung buraq membawa mayat Husein dalam peti kayu menuju ke langit. Dengan alasan itulah mengapa ada replika burung pada atribut upacara yang menjadi simbol dari burung buraq pembawa mayat Husein. 

Di samping itu, menurut sejarah, pembawa tradisi Tabuik pertama kali adalah kaum Syi’ah yang berasal dari India. Para kaum Syi’ah melangsungkan imigrasi menuju Bengkulu sebelum turunnya keputusan jajahan dari pihak Belanda. Dari peristiwa penjajahan Belanda, maka kaum Syi’ah menyebar hingga wilayah Minangkabau.

Kondisi sejarah yang menyangkut pautkan kaum Syi’ah menyebabkan acara ini sempat menjadi buah bibir karena dinilai bertentangan dengan agama. Kemudian, sejak tahun 1970-an, pemerintah mendesak agar nilai dari upacara adat ini mengalami perubahan sehingga tidak tersangkut paut pada agama.

Keberadaan dan perhelatan acara Tabuik menjadi sebuah tradisi dari adat istiadat wilayah Minangkabau. Dengan begitu, acara ini menjadi sebuah upacara wajib bagi masyarakat sekitar Minangkabau.

Tujuan dari Upacara Tabuik

Acara Tabuik menjadi sebuah tradisi bagi warga masyarakat sekitar Minangkabau sebagai hari peringatan untuk kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Abi Thalib.

Awalnya, peringatan ini secara khusus hadir setiap tanggal 1 hingga 10 Muharram. Tetapi, semakin bertambahnya usia zaman, penyelenggaraan acara adat ini tidak selalu tepat saat Tahun Baru Islam. 

Upacara Tabuik dimulai pada tanggal 1 Muharram dan puncaknya pada 10 Muharram. Selama beberapa hari tersebut, ada ritual-ritual yang termasuk dalam rentetan acara. 

Selain itu, tujuan lain dari diadakannya upacara adat satu ini adalah untuk memberikan sebuah hiburan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, upacara Tabuik menjadi acara wajib dalam kalender warga sekitar Minangkabau dan akan hadir setiap tahun. 

Tahun ke tahun kemeriahan acara ini semakin besar dan heboh hingga mendatangkan banyak wisatawan untuk melihat prosesi acara. Bersamaan dengan datangnya para wisatawan tersebut jadilah acara Tabuik menjadi sebuah sarana wisata yang mendatangkan wisatawan dengan tujuan untuk mengenalkan tradisi.

Pemerintah telah memutuskan hal ini semenjak pelepasan title agar tidak ada kesan sangkut paut dengan agama Islam terutama kaum Syi’ah. Meskipun begitu, acara ini tetap mengusung konsep seperti awal kelahirannya, yaitu sebagai peringatan keagamaan namun lebih kental value adat istiadatnya.

Baca Juga : 6 Macam Upacara Adat Sumatera Utara, Fungsi, dan Tradisinya

Apa Makna dari Tradisi Upacara Tabuik?

Berawal dari tujuan perhelatan akbar acara Tabuik untuk memperingati wafatnya Husein bin Abi Thalib, acara ini ternyata memiliki makna lebih dari itu. Peti kayu dalam acara Tabuik menjadi sebuah simbol sebagai tempat untuk mengumpulkan tubuh dari Husein sebelum akhirnya terbang bersama buraq.

Di samping itu, makna terdalam untuk tradisi adat satu ini adalah sebagai gambaran pola hidup dari masyarakat sekitar Minangkabau. Itu termasuk gambaran sikap-sikap masyarakat dalam mengenang bagaimana perjuangan Husein sebelum dieksekusi oleh kaum Muawiyah.

Gambaran dari segala bentuk kesedihan dan rasa duka yang masyarakat rasakan tertumpah indah dalam acara Tabuik ini. Selain itu, makna dari acara ini semakin kental dengan adanya sentuhan unsur adat dari budaya Minang. 

Unsur-unsur budaya yang masuk adalah sebuah bungo salapan, tonggak alam dan serah, pasu-pasu, ular gerang, dan jantuang-jantuang. Perpaduan budaya Minang menjadi simbol dari ikatan kuat antara agama dan budaya.

Tidak hanya dari atribut saja yang memiliki makna dalam, namun pula dengan gambaran keramaian setiap acara berlangsung. Adanya para pendatang dan masyarakat sekitar yang menonton menjadi sebuah simbol dari kerukunan warga masyarakat.

(Situasi Keramaian Upacara Tabuik
(Situasi Keramaian Upacara Tabuik | Sumber Gambar: Indonesia Kaya)

Keramaian tersebut bermakna bahwa dalam menjalani kehidupan, manusia selalu bersatu untuk saling membantu dan melengkapi sebagai makhluk sosial. Persatuan tersebut tidak memandang dari mana Anda berasal, seperti suku mana, ras apa, atau bahasa yang Anda gunakan.

Semua warga masyarakat bersatu padu menyaksikan hangatnya prosesi acara Tabuik tanpa memandang hal lainnya. Selain itu, acara Tabuik juga bermakna sebagai ajang gotong royong bersama semua warga untuk melancarkan acara dari awal mulai hingga selesai.

Semangat masyarakat yang berbondong-bondong untuk mengikuti segala rentetan acara dari hari pertama hingga terakhir merupakan sebuah simbol penuh makna. Arti dari kegiatan tersebut adalah bahwa masyarakat wilayah Minangkabau memiliki rasa solidaritas tinggi.

Bagaimana Tata Cara Pelaksanaan Upacara Tabuik?

Selama acara, terdapat aturan-aturan struktur acara yang harus diikuti oleh masyarakat. Umumnya, acara ini memiliki enam tahapan inti selama prosesi acara, yaitu:

  • Prosesi mengambil tanah.
  • Menebang batang pohon pisang.
  • Prosesi Maatam.
  • Maarak sorban.
  • Tabuik naik pangkek.
  • Prosesi hoyak tabuik.

Berikut ini adalah tata cara pelaksanaan upacara Tabuik.

1. Mengambil Tanah

Prosesi awal dari upacara Tabuik adalah dengan mengambil tanah dan meletakkannya pada hari pertama acara, yaitu tepat pada 1 Muharram. Tanah diletakkan pada sebuah periuk yang terbuat dari tanah dan terbungkus oleh kain putih. 

Lalu, penyimpanan tanah berada di sebuah lalaga yang berada pada halaman monumen tabuik. Lalaga merupakan sebuah wadah berukuran sebesar 3×3 meter dan terdapat parupuk atau bambu kecil yang mengelilinginya sebagai pagar.

(Gambaran Halaman Tabuik
(Gambaran Halaman Tabuik | Sumber Gambar: Indonesia Kaya)

2. Menebang Batang Pohon Pisang

Penebangan batang dari pohon pisang merupakan prosesi selanjutnya dari upacara Tabuik. Masyarakat melakukan prosesi tebang batang pisang tepat pada tanggal 5 Muharram setelah menyiapkan tanah pada tabuik. 

Makna dari penebangan batang pisang yaitu sebagai tanda pembalasan dendam oleh masyarakat terhadap perilaku kejam kepada Husein. Oleh sebab itu, aturan dalam menebang batang pisang harus dalam sekali tebas agar batang langsung terputus. 

Dari kegiatan ini tergambar jelas bagaimana masyarakat melakukan hal yang sama seperti pasukan Muawiyah yang memenggal kepala Husein secara sadis.

3. Maarak Sorban dan Maatam 

Selanjutnya, masyarakat memulai dua prosesi sekaligus dalam dua hari berturut-turut, yaitu prosesi maarak sorban dan maatam. Urutan kedua acara ini berlangsung pada tanggal 7 dan 8 Muharram.

Husein merupakan sosok yang memiliki jiwa perjuangan besar demi menyebarkan agama Islam. Ia memiliki sorban yang selalu ia pakai, namun sorban tersebut terlepas pada saat eksekusi. 

Dalam rangka memperingati perjuangan Husein, maarak sorban merupakan simbolisme untuk mengarak sorban yang ia gunakan. Sorban tersebut adalah simbol keberanian Husein selama menyebarkan agama Islam.

Maatam merupakan sebuah kegiatan simbolisme dari mengarak jari-jari Husein yang telah tertebas oleh pasukan Muawiyah. Jari-jari Husein yang tertebas lalu berserakan begitu saja. Oleh sebab itu, nama tahap selanjutnya ini adalah mengarak jari-jari, yaitu gambaran dari bagaimana masyarakat peduli atas keadaan Husein.

4. Tabuik Naik Pangkek dan Pembuangan Tabuik

(Prosesi Tabuik Naik Pangkek
(Prosesi Tabuik Naik Pangkek | Sumber Gambar: Pinhome)

Malam puncak pada tanggal 10 Muharram terdapat prosesi tabuik naik pangkek yang disusul dengan jadwal selanjutnya, yaitu hoyak tabuik. Masyarakat mengadakan tata cara untuk tabuik naik pangkek saat pagi hari, lalu hoyak tabuik pada sore harinya.

Setelah urutan ini selesai, masyarakat bersama-sama mengarak monumen tabuik menuju laut untuk menghanyutkannya. Pengarungan monumen tabuik menandakan bahwa upacara Tabuik sudah mencapai malam puncak.

Baca Juga : 7 Tradisi Upacara Keagamaan Konghucu Cap Go Meh

Upacara Tabuik Bukan Sekedar Adat Istiadat

Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak sekali adat istiadat yang sangat kental dengan nilai moral kehidupan. Adat istiadat yang berasal dari wilayah Minangkabau, yaitu upacara Tabuik merupakan sebuah upacara yang mengandung makna sangat dalam.

Meski pada awalnya upacara ini cukup kontroversial karena sistem penyebaran oleh kaum Syi’ah, namun kemudian menjadi adat yang penuh makna. Makna terdalam yang masyarakat sampaikan untuk memperingati wafatnya Husein bin Abi Thalib. Tujuan yang mulia membuat upacara ini menjadi adat istiadat yang luar biasa.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page