Hormon Testosteron: Pengertian, Fungsi, Cara Kerja, & Gangguannya

Walaupun secara umum hormon testosteron berhubungan dengan gairah seksual dan vitalitas pria, namun sebenarnya fungsinya lebih dari itu. Dari cara kerjanya, banyak fungsi lain untuk kesehatan yang bisa Anda temukan dari hormon satu ini. Tak heran jika mencegah gangguan dan menjaga kualitasnya akan sangat baik untuk kesehatan.

Apa itu Hormon Testosteron?

Pada dasarnya, dalam tubuh manusia ada sebuah hormon yang termasuk kelompok “androgen” dan sering disebut hormon utama perangsang perkembangan karakteristik pria. Namun, secara ilmiah hormon ini sebenarnya ada juga pada susunan hormonal wanita yang dihasilkan oleh gonad (organ seksual) manusia.

Pada pria sendiri, testis menjadi produsen utama hormon testosteron yang membutuhkan berbagai nutrisi, terutama kolesterol untuk pembentukannya. Sedangkan untuk wanita, hormon ini juga diproduksi secara alami dalam tubuh dan diproduksi di ovarium, walaupun dengan kapasitas yang lebih kecil.

Umumnya, hormon ini mulai tumbuh pesat secara signifikan ketika manusia memasuki masa puber dan nantinya akan menurun setelah memasuki usia 30 tahun. Hormon ini juga termasuk kelompok steroid, karena membantu pembentukan otot, mengatur kesuburan, distribusi lemak, hingga produksi sel darah merah.

Fungsi Hormon Testosteron

Hormon ini diproduksi tubuh bukan tanpa alasan, karena sejatinya ada banyak fungsi yang baik untuk tubuh maupun kesehatan pria dan wanita. Berikut penjelasannya:

1. Perkembangan dan Fungsi Organ Reproduksi

Fungsi utama dari hormon satu ini adalah untuk memicu perkembangan organ reproduksi, terutama pada pria. Ketika janin seorang pria berkembang dalam kandungan, testosteron membantu dalam pembentukan testis dan memastikan bahwa organ reproduksi pria berkembang dengan baik setelah lahir. 

Nantinya, setelah masuk masa pubertas, testosteron terus mempengaruhi produksi sperma dalam testis dan mendukung fungsi normal dari organ-organ reproduksi lainnya. Contohnya seperti epididimis, vesikula seminalis, prostat, dan penis.

2. Perkembangan Karakteristik Seksual Sekunder

Hormon ini juga memiliki peran penting dalam memunculkan karakteristik seksual sekunder pada pria. Khususnya untuk memacu pertumbuhan rambut di wajah, tubuh, ketiak, hingga di area kemaluan untuk pria dan wanita. 

Selain itu, hormon testosteron juga mempengaruhi perubahan suara pada pria dewasa dengan mengubah struktur tulang rawan laring yang membuat suara lebih dalam dan berat. Hormon ini juga membantu dalam pertumbuhan massa otot, meningkatkan sintesis protein dalam otot, dan meminimalkan pemecahan protein.

3. Merangsang Pertumbuhan dan Perubahan Libido (Gairah Seksual)

Fungsi lain dan paling banyak orang kenali adalah peranan hormon ini dalam mengatur libido atau gairah seksual pada pria maupun wanita. Hormon ini bertanggung jawab dalam peningkatan hasrat seksual dan mempengaruhi respons seksual yang terkait.

4. Metabolisme Lemak dan Massa Tubuh

Dalam pengaturan metabolisme lemak dalam tubuh, hormon ini juga akan membantu mengurangi jumlah atau membantu proses pembakaran lemak tubuh. Serta mendorong pembentukan massa otot lebih efisien. Selain itu, testosteron juga akan mempengaruhi penggunaan glukosa dalam pengaruh kadar gula darah dan metabolisme karbohidrat.

5. Pengaruh pada Kesehatan dan Massa Tulang 

Hormon testosteron juga berperan dalam menjaga kesehatan tulang pada pria maupun wanita. Dengan mengatur proses pembentukan tulang baru dan penghancuran tulang lama, hormon akan membantu meningkatkan kepadatan mineral tulang dan mengurangi risiko osteoporosis.

6. Pengaruh pada Mentalitas dan Pengendalian Stress

Hormon ini juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan pengaruh pada mood serta mentalitas pria. Sehingga, dalam pengendalian stress, hormon ini juga cukup berperan. Hal tersebut menunjukkan tingkat testosteron memiliki peranan untuk mentalitas dan pengendalian stres.

7. Produksi Sel Darah Merah

Pengaruh hormon ini juga cukup berpengaruh pada produksi sel darah merah dalam tubuh dengan merangsang sumsum tulang yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. Jadi, hormon ini penting dalam menjaga keseimbangan jumlah sel darah merah dalam tubuh.

Cara Kerja Hormon Testosteron

Menurut beberapa studi, hormon ini bekerja dengan mengikat reseptor androgen di dalam sel target. Setelah testosteron terikat pada reseptor, kompleks hormon-reseptor akan bergerak ke dalam inti sel, di mana akan terjadi interaksi dengan DNA dan mempengaruhi ekspresi gen tertentu. Berikut uraiannya:

1. Produksi

Secara teori, hormon ini diproduksi oleh sel-sel Leydig di dalam testis pada pria dan ovarium pada wanita. Produksi hormon ini terkendali oleh kompleks mekanisme yang melibatkan hipotalamus (bagian otak pengatur hormon) dan kelenjar pituitari dalam otak. 

Hipotalamus nantinya akan mengeluarkan hormon yang disebut hormon luteinizing (hormon pelepas) dan merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan LH yang merangsang Leydig memproduksi testosteron. Setelah diproduksi, testosteron akan terikat pada protein pengikat hormon seks dan albumin dalam darah. 

Hanya testosteron tidak terikat (free testosterone) yang akan masuk ke sel target (ovariu) dan memiliki efek biologis saat proses reproduksi.

2. Berinteraksi dengan Reseptor

Testosteron yang tidak terikat memasuki sel target, hormon ini juga akan berinteraksi dengan reseptor androgen yang terletak di dalam sitoplasma atau inti sel. Setelah terikat pada reseptor, kompleks hormon-reseptor ini berpindah ke inti sel.

Nantinya, hormon-reseptor akan berinteraksi dengan DNA dan mempengaruhi ekspresi gen. Kemudian, hormon tersebut akan merangsang transkripsi gen tertentu yang menghasilkan produksi protein yang dibutuhkan untuk berbagai respons biologis. Termasuk fungsi-fungsi yang dijelaskan sebelumnya.

Gangguan Hormon Testosteron

Gangguan hormon ini dapat terjadi pada pria maupun wanita, serta dapat menyebabkan berbagai gejala dan masalah kesehatan. Beberapa gangguan testosteron yang umum meliputi:

1. Hipogonadisme (Kekurangan Hormon)

Gangguan pertama yang bisa Anda alami adalah hipogonadisme. Ini merupakan kondisi kekurangan testosteron dalam tubuh. Hal tersebut dapat terjadi karena gangguan pada organ reproduksi (testis atau ovarium) atau gangguan pada kelenjar hipotalamus maupun kelenjar pituitari yang mengontrol produksi testosteron. 

Gejala penyakit ini meliputi rendahnya gairah seksual, kelelahan, penurunan massa otot, peningkatan lemak tubuh, depresi, dan terjadi masalah ereksi. Sedangkan pada wanita, gejala bisa mempengaruhi gangguan menstruasi, penurunan gairah seksual, kelelahan, dan gejala menopause dini.

2. Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)

Masalah berikutnya adalah PCOS yang sering terjadi pada wanita karena adanya peningkatan produksi insulin yang memicu hormon testosteron berlebih dalam tubuh. PCOS umumnya akan mengganggu siklus menstruasi, kista ovarium lebih banyak, perubahan pigmen kulit, dan gejala kadar hormon meningkat lainnya.

3. Kanker Testis

Penyakit ini termasuk penyakit ganas, berupa kanker pada testis yang pastinya dapat mengganggu produksi testosteron secara langsung. Risiko terbesar adalah harus mengalami pengangkatan testis hingga terpaparnya radiasi yang akan menurunkan produksi testosteron. 

Gejala meliputi penurunan gairah seksual, kelelahan, penurunan massa otot, dan depresi. Akan muncul juga nyeri pada testis, penimbunan cairan skrotum, kram perut, dan berbagai gejala lainnya.

4. Sindrom Kallmann

Gangguan hormon testosteron berikutnya adalah Sindrom Kallmann yang merupakan kelainan genetik pada perkembangan hipotalamus dan kelenjar pituitari. Hal tersebut dapat berdampak pada produksi testosteron yang menurun. 

Pasien pengidap sindrom Kallmann dapat mengalami pubertas yang tertunda atau tidak lengkap, infertilitas, rendahnya gairah seksual, kebotakan dini, penurunan massa otot. Dalam beberapa kasus, pasien juga dapat mengalami kriptorkismus, yakni gangguan testis tidak turun ke skrotum atau tidak punya buah zakar.

5. Hipertiroidisme dan Hipotiroidisme

Terakhir ada gangguan tiroid, seperti hipertiroidisme (kelenjar tiroid berlebih) dan hipotiroidisme (kekurangan kelenjar tiroid). Ini akan mempengaruhi produksi dan metabolisme hormon seks termasuk testosteron. Hal tersebut juga dapat menyebabkan beberapa gejala, seperti penurunan gairah seksual, kelelahan, dan perubahan mood.

Sudah Lebih Mengenal Apa itu Hormon Testosteron?

Nah, itulah beberapa penjelasan terkait pengertian, fungsi, cara kerja hingga gangguan yang bisa terjadi pada testosteron. Intinya, stigma testosteron hanya ada pada pria terbantah, karena testosteron juga ada pada wanita. Karena memiliki fungsi untuk kesehatan, Anda harus menjaga kualitas produksi hormon agar seimbang!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page