Kerajaan Tarumanegara berdiri sekitar tahun 450 Masehi dan menjadi kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Sama seperti kerajaan lainnya, Kerajaan Tarumanegara juga meninggalkan banyak prasasti. Setiap prasasti Kerajaan Tarumanegara memiliki maknanya masing-masing.
Lokasi dari Kerajaan Tarumanegara sendiri berada di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat. Jadi, kebanyakan prasastinya ditemukan di sekitar Jawa Barat. Setidaknya ada tujuh prasasti utuh yang berhasil ditemukan. Apa saja?
Daftar ISI
7 Prasasti Kerajaan Tarumanegara yang Masih Utuh
Bagi yang belum tahu, prasasti adalah sejenis piagam atau dokumen yang dipahat pada benda keras seperti logam, batu, kayu, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah 7 prasasti Kerajaan Tarumanegara yang perlu Anda ketahui:
1. Prasasti Kerajaan Tarumanegara Ciaruteun
Selain bernama Ciaruteun, prasasti satu ini juga dikenal dengan nama Prasasti Ciampea. Prasasti ini pertama kali ditemukan pada masa penjajahan Belanda atau sekitar tahun 1863 Masehi.
Pada saat itu, ada seseorang yang melaporkan penemuan batu besar dengan ukiran aksara purba. Lokasi penemuannya di dekat Ciampea sehingga banyak orang yang menyebutnya dengan nama Prasasti Ciampea.
Ukuran batu prasasti Kerajaan Tarumanegara ini sekitar 200 x 150 cm. Sementara tulisan yang ada pada prasasti menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Berdasarkan bentuknya, Prasasti Ciaruteun berfungsi untuk mengingatkan hubungan dengan prasasti Raja Mahendrawarman I.
Banjir bandang yang terjadi pada tahun 1893 membuat Prasasti Ciaruteun sempat hanyut ke bagian hilir. Untungnya, prasasti tersebut bisa dikembalikan ke tempat semula pada tahun 1903.
Kemudian pada tahun 1981, prasasti dipindahkan ke Desa Ciaruteun Ilir, Bogor, Jawa Barat. Ada sebuah pendopo yang melindungi Prasasti Ciaruteun asli. Sedangkan Prasasti Ciaruteun yang ada di Museum Sri Baduga Bandung, Museum Sejarah Jakarta, dan Museum Nasional Indonesia adalah replikanya saja.
2. Prasasti Kebon Kopi I dan II
Selanjutnya ada prasasti Kebon Kopi merupakan prasasti Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di wilayah Kampung Muara. Wilayah tersebut masih berada di Desa Ciaruteun Ilir, Bogor, Jawa Barat.
Ada dua jenis Prasasti Kebon Kopi yaitu Prasasti Kebon Kopi I atau Prasasti Tapak Gajah serta Prasasti Kebon Kopi II. Meskipun ditemukan di wilayah yang sama, namun informasinya berbeda sehingga namanya pun juga berbeda.
Prasasti Kebon Kopi I atau Prasasti Tapak Gajah memiliki pahatan tapak kaki gajah sehingga disebut demikian. Di samping itu, isinya menjelaskan mengenai gajah tunggangan Raja Purnawarman yaitu Raja Tarumanegara yang paling populer.
Berdasarkan catatan sejarah, penemuan Prasasti Kebon Kopi I terjadi pada abad ke-19. Sesuai namanya, penemuan tersebut terjadi lantaran adanya penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi.
Prasasti Kebon Kopi II juga memiliki nama lain, yaitu Prasasti Rakryan Juru Pengambat atau Prasasti Pasir Muara. Lokasi penemuannya tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi I.
Sayangnya, Prasasti Kebon Kopi II hilang pada tahun 1940-an karena pencurian. Sementara Prasasti Kebon Kopi I masih berada di tempat asli atau lokasi penemuannya. Pemerintah memang tidak mengambil dan menyimpan prasasti tersebut di museum.
3. Prasasti Muara Cianten
Penemuan Prasasti Muara Cianten terjadi pada tahun 1864 oleh N.W. Hoepermans. Lokasi penemuannya di tepi sungai Cisadane dekat Muara Cianten. Dulu, prasasti ini juga bernama Prasasti Pasir Muara karena lokasi penemuannya berada di Kampung Pasirmuara.
Ukuran batu prasasti satu ini cukup besar, yaitu 2,7 x 1,4 x 140 meter persegi. Sama seperti prasasti Kerajaan Tarumanegara lainnya, prasasti Muara Cianten juga menggunakan aksara Pallawa.
Meskipun pemerintah sempat ingin memindahkannya ke tempat khusus, namun sampai saat ini Prasasti Muara Cianten masih berada di lokasi penemuannya. Pasalnya, pemindahan batu membutuhkan alat berat dan lokasi yang paling tepat untuk menyimpannya.
4. Prasasti Pasir Awi
Nah, prasasti Kerajaan Tarumanegara selanjutnya juga ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864. Arkeolog Belanda tersebut menemukan prasasti di kawasan hutan perbukitan Cipamingkir, Kabupaten Bogor.
Ada bekas sepasang tapak kaki menghadap ke arah timur dan utara. Banyak orang yang mempercayai bahwa pahatan tapak kaki tersebut milik Raja Purnawarman.
Selain tapak kaki, Prasasti Pasir Awi tidak memiliki pahatan berupa aksara atau tulisan. Namun, ada piktograf yang menggambarkan dahan, ranting, daun, dan buah-buahan.
Bagi Anda yang belum tahu, piktograf merupakan gambaran yang sangat mirip dengan objek nyata. Piktograf tersebut menggambarkan angka tahun, namun masih belum ada peneliti yang mampu menerjemahkannya.
Lokasi prasasti Kerajaan Tarumanegara satu ini berada di perbukitan dengan ketinggian 559 meter di atas permukaan laut. Kondisi awal prasasti memang tampak kurang begitu terawat.
Meskipun begitu, kesan sejarah sangat kental dari Prasasti Pasir Awi. Oleh sebab itu, lokasi prasasti menjadi objek wisata yang mampu memajukan perekonomian masyarakat di sekitar lokasi.
Selain itu, Prasasti Pasir Awi merupakan benda yang sangat bersejarah. Sekarang pemerintah sudah menetapkannya sebagai Benda Cagar Budaya berskala nasional sehingga menjadi lebih terawat.
5. Prasasti Kerajaan Tarumanegara Cidanghiang
Secara umum, prasasti Cidanghiang juga dikenal dengan nama Prasasti Lebak. Sebab, lokasi penemuan prasasti ini adalah di Lebak, tepatnya pinggir sungai Cidanghiang, Pandeglang, Banten.
Meskipun penemuannya di Banten, namun Prasasti Cidanghiang termasuk peninggalan Kerajaan Tarumanegara dan Raja Purnawarman. Informasi keberadaan prasasti terungkap setelah ada laporan dari kepala Dinas Purbakala, Toebagoes Roesjan, di tahun 1947.
Namun, para ahli baru meneliti prasasti setelah tujuh tahun kemudian, tepatnya tahun 1954. Prasasti Cidanghiang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Teknik pahatannya memiliki kedalaman goresan kurang lebih 0,5 centimeter. Jadi, antara permukaan dengan tulisan hampir sama. Prasasti Kerajaan Tarumanegara ini menggunakan batu andesit yang memiliki ukuran 3,2 x 2,25 meter.
Isi di dalamnya berupa pujian pada Raja Purnawarman yang berani, agung, dan perwira. Letaknya saat ini masih berada di tempat penemuannya. Meskipun begitu, kondisi prasasti cukup terawat.
Agar pahatannya tidak hilang karena gerusan air, pemerintah melindungi Prasasti Cidanghiang dengan bangunan khusus. Bangunan tersebut berbentuk cungkup dengan konsep terbuka tanpa dinding. Sangat menarik, bukan?
6. Prasasti Tugu
Uniknya, prasasti Tugu merupakan prasasti Kerajaan Tarumanegara yang memiliki tulisan aksara paling panjang. Kebanyakan prasasti yang dibuat di masa kepemimpinan Raja Purnawarman adalah prasasti berbentuk puisi anustubh.
Prasasti ini menceritakan kisah penggalian Sungai Gomati oleh Raja Purnawarman dan Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru. Panjang Sungai Gomati sendiri mencapai sekitar 11-12 kilometer.
Berdasarkan prasasti tersebut, penggalian sungai bertujuan agar Kerajaan Tarumanegara terhindari dari bencana alam. Misalnya seperti banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
Prasasti Kerajaan Tarumanegara ini pertama kali ditemukan di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu. Saat itu, prasasti terkubur di bawah tanah dan hanya terlihat bagian puncaknya saja. Sekarang, wilayah Desa Tugu menjadi Kelurahan Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara.
Prasasti Tugu berupa batu andesit setinggi satu meter dengan bentuk bulat panjang. Ada lima baris pesan yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Pada tahun 1911, pemerintah membawa dan menyimpan Prasasti Tugu di Museum Nasional Indonesia yang berada di Jakarta.
7. Prasasti Jambu
Terakhir, prasasti Kerajaan Tarumanegara yang masih utuh sampai sekarang adalah Prasasti Jambu. Seorang bernama Jonathan Rigg menemukan Prasasti Jambu pada tahun 1854.
Letaknya di atas bukit pasir Koleangkak, bagian perkebunan karet Sadeng Djamboe yang mana sekarang menjadi wilayah Desa Parakan Muncang, Nanggung, Bogor. Penemuan Prasasti Jambu sudah lama sekali sehingga tidak banyak informasinya.
Isi prasasti terdiri dari dua baris tulisan yang memakai aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta. Selain isinya, Prasasti Jambu memiliki keunikan berupa bentuknya yang besar dan menyerupai segitiga. Melihat dari bentuk huruf Pallawa yang terukir, para ahli memprediksi pembuatannya sekitar abad ke-5 Masehi.
Bukan hanya tulisannya, Prasasti Kerajaan Tarumanegara ini juga memperlihatkan pahatan telapak kaki. Orang-orang menduga telapak kaki tersebut milik Raja Purnawarman.
Secara umum, Prasasti Jambu menuliskan mengenai kebesaran Raja Purnawarman hingga mendapatkan kejayaan. Pemerintah menetapkan Prasasti Jambu sebagai Benda Cagar Budaya pada tanggal 26 Agustus 2016.
Sudah Tahu Ketujuh Prasasti Kerajaan Tarumanegara?
Prasasti Kerajaan Tarumanegara menjadi simbol dan bukti bahwa kerajaan tersebut pernah berdiri di Jawa, tepatnya di wilayah Jawa Barat. Selain itu, prasasti juga bisa menjadi pengingat pada masyarakat di era modern untuk selalu menghargai sejarah.
Sekarang, pemerintah menyimpan beberapa prasasti di museum-museum. Jika Anda tertarik untuk melihatnya secara langsung, maka Anda bisa datang ke museum tempat menyimpan prasasti atau lokasi penemuannya.
Bukan hanya prasasti Kerajaan Tarumanegara, Anda juga bisa melihat prasasti-prasasti dari kerajaan lain yang tersimpan di museum. Belajar sejarah menjadi salah satu cara menghormati budaya Indonesia. Semoga bermanfaat!