Teori Ketergantungan Negara: Sejarah, Tokoh, dan Contohnya

Seperti halnya manusia, negara juga membutuhkan relasi dengan negara lain  agar bisa berkembang. Hubungan antar negara inilah yang nantinya membuat negara-negara tersebut saling bergantung kemudian memunculkan sebuah teori bernama teori ketergantungan negara atau dependensi. 

Apa itu teori dependensi, dan bagaimana sejarah serta contohnya? Oleh karena itu, simak sampai habis!

Pengertian Umum Teori Ketergantungan Negara (Dependensi)

Teori ketergantungan negara atau dependency theory merupakan sebuah teori yang menjelaskan bahwa negara dunia ketiga atau negara terpinggir mempunyai perekonomian yang bergantung pada negara inti atau negara dunia pertama. 

Kata ketergantungan sendiri diambil dari kata dasar gantung yang dalam KBBI berarti sangkut; kait. Sementara makna dari kata ketergantungan adalah perbuatan tergantung yang dilakukan oleh seseorang pada orang lain atau masyarakat. 

Berdasarkan pemaknaan dari asal katanya, teori dependensi bisa diartikan sebagai teori yang menjelaskan tentang keterbelakangan ekonomi negara-negara terpinggir yang timpang dengan negara-negara industri lain karena ketergantungan dan keikutsertaannya dalam sistem ekonomi kapitalisme global. 

Mengapa Konsep Dependensi Ini Bisa Muncul?

Hubungan negara pinggiran yang terjalin dengan negara inti akan membentuk suatu ketergantungan yang membuatnya semakin terbelakang. Sedangkan negara inti (yang digantungi) merupakan negara maju yang mandiri, dan negara terpinggir akan bergantung terus pada negara inti supaya bisa berkembang. 

Tentu hubungan ketergantungan ini melahirkan dampak positif dan negatif bagi perkembangan negara terpinggir itu sendiri. Sebab biasanya mereka menjual tenaga kerja murah dan pasokan bahan mentah yang kemudian dijual ke negara inti untuk mengubahnya menjadi barang jadi. 

Setelah barang mentah diolah oleh negara inti, negara terpinggir itu membayar tinggi barang jadi tersebut. Inilah yang membuat negara terpinggir mengeluarkan modal besar yang seharusnya dari modal itu bisa untuk meningkatkan ekonomi negara mereka sendiri. 

Nah, teori ketergantungan negara ini yang kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan “mengapa negara-negara dunia ketiga seperti tidak mampu menutup gap dalam perkembangan ekonominya dengan negara-negara industri?.”

Jadi sederhananya, fokus dari teori ini adalah negara-negara pinggiran yang bergantung pada negara maju demi perkembangan pembangunan negara mereka.  

Pendapat Beberapa Tokoh terkait Teori Dependensi 

Beberapa ahli mempunyai pendapat dan pengalaman masing-masing terkait teori dependensi, misalnya saja:

1. Raul Prebisch

Paul telah memberikan kritik tentang kekolotan konsep pembagian kerja internasional, yakni International Division of Labor (IDL). Baginya, IDL ini yang menjadi penyebab utama timbulnya permasalahan pembangunan di Amerika Latin.

IDL yang berdasar pada teori keunggulan komparatif membuat sejumlah negara-negara di dunia melakukan spesifikasi produksinya. Oleh karena itu,  ada dua kelompok yang membagi negara-negara tersebut, yakni negara pusat sebagai penghasil barang industri, dan negara pinggiran yang memproduksi hasil pertanian. 

Kedua negara tersebut saling melakukan perdagangan. Negara-negara pusat melakukan spesifikasi industri sehingga menjadi kaya, sementara negara pinggiran masih tetap terbelakang dan  miskin. Padahal seharusnya keduanya sama-sama kaya karena adanya perdagangan yang saling menguntungkan. 

2.  Andre Gunder Frank

Andre Gunder Frank adalah salah satu tokoh yang bertanggung jawab atas menyebarnya teori dependensi pada akhir tahun 1960. Menurut Frank, ini disebut pembangunan keterbelakangan, dan keterbelakangan ini hanya bisa diatasi dengan revolusi yakni revolusi yang menghasilkan sistem sosialis.

3. Theotonio Dos Santos

Menurut Theotonio Dos Santos, teori ketergantungan ini merupakan hubungan yang tidak seimbang antara negara pusat dengan negara miskin dalam pembangunan. Ia mengatakan bahwa kemajuan negara-negara miskin hanyalah dampak dari ekspansi ekonomi dari negara pusat dan sistem kapitalismenya. 

Hubungan tidak seimbang ini bisa terlihat, misalnya apabila negara maju mengalami suatu masalah, maka sudah pasti negara miskin akan terkena dampaknya. Namun, hal ini tidak berlaku jika negara miskin terkena masalah, karena negara maju belum tentu merasakan dampaknya. 

Inilah yang kemudian disebut Dos Santos sebagai hubungan yang tidak seimbang. Sebab apapun yang terjadi, tetap saja negara miskin akan terus terbelakang dan mendapat masalah. 

4. Neo-Marxisme

Teori ketergantungan negara ini juga termasuk warisan dari pemikiran Neo-Marxisme yang menjelaskan tentang keberhasilan revolusi Tiongkok dan Kuba. Berikut hasil pemikiran Neo-Marxisme tentang teori ketergantungan:

  • Pemikiran Neo-Marxisme memandang penjajahan dari sudut pandang negara-negara miskin atau pinggiran dan lebih memperhatikannya sebagai akibat dari adanya imperialisme pada negara dunia ketiga. 
  • Neo-Marxisme meyakini bahwa negara-negara dunia ketiga ini sudah matang untuk melakukan revolusi sosialis.
  • Harapan Neo-Marxisme adalah ada banyak kekuatan revolusioner yang potensial dari petani pedesaan dan perang gerilya tentara rakyat. 

5. Paul Baran

Marx pernah berpendapat bahwa negara kapitalis akan membantu negara terbelakang berkembang seperti negara-negara kapitalis di Eropa. Namun pendapatnya ini dibantah oleh Paul Baran. Menurutnya, justru itu yang akan menghambat perkembangan negara terbelakang menjadi semakin terbelakang. 

Paul Baran mengatakan perkembangan kapitalisme ini tidak sama dengan yang terjadi di negara-negara pusat. Sistem kapitalis di negara pinggiran justru membuat negara tersebut semakin tidak bisa berkembang pesat dan akan tetap kerdil.

Sejarah Teori Ketergantungan Negara

Teori dependensi disebut-sebut sebagai bentuk pertentangan negara-negara pinggiran terhadap hegemoni ekonomi, politik, budaya, dan intelektual negara maju. 

Teori ini mulai dikembangkan pada akhir tahun 1950-an oleh direktur Economic Commission for Latin America (ECLA), yakni Raul Prebisch dan rekannya. Pada waktu itu, Raul dan kawannya tersebut mengalami kebingungan mengenai perkembangan ekonomi negara-negara maju yang begitu pesat.

Pesatnya ekonomi negara maju ini nyatanya tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi negara pinggiran. Bahkan menurut hasil penelitian mereka, tak jarang pesatnya pertumbuhan negara maju justru membawa dampak buruk bagi negara pinggiran. 

Selain itu, lahirnya teori juga sebagai tanggapan atas gagalnya program Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin (KEPBBAL) atau ECLA, dan juga sebagai kritik terhadap paham Marxisme Ortodoks di Amerika Latin awal tahun 1960. 

Sebab pada tahun 1950-an pemerintah Amerika Latin pernah melaksanakan strategi pembangunan melalui program Industrialisasi Substitusi Impor (ISI) dari KEPBBAL. Program ini diharapkan bisa membangun pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sekaligus memberikan pemerataan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan. 

Namun, hasilnya tidak sesuai harapan. Awal tahun 1960-an malah terjadi banyak pengangguran, devaluasi, nilai tukar perdagangan menurun, inflasi, dan masalah ekonomi lainnya. Sehingga pada saat itu pemerintah harus berhadapan dengan perlawanan rakyat sekaligus tumbangnya pemerintahan populis. 

Kemudian, pada akhir tahun 1960 teori ini semakin cepat menyebar di belahan Amerika Utara. Sosok yang bertanggung jawab terhadap penyebaran teori dependensi ini adalah Andre Gunder Frank. 

Di Amerika Serikat sendiri teori dependensi mendapat sambutan hangat, sebab datangnya hampir bersamaan dengan kelompok intelektual radikal yang tumbuh subur di AS akibat adanya protes anti perang, gerakan kebebasan wanita, dan gerakan Ghetto. 

Contoh Teori Keterbelakangan Negara

Ada beberapa contoh bentuk-bentuk ketergantungan menurut Dos Santos, seperti:

1. Ketergantungan Kolonial

Bentuk ketergantungan ini adalah penjajahan terhadap negara pinggiran. Negara pinggiran biasanya mempunyai kegiatan ekonomi berupa ekspor hasil bumi yang dibutuhkan negara pusat, lalu penjajah akan memonopoli tanah, pertambangan, dan tenaga kerja secara eksploitatif. 

2. Ketergantungan Finansial

Negara pinggiran memang secara politis merdeka, namun nyatanya mereka masih dikuasai oleh kekuatan finansial dari negara pusat. Negara pinggiran akan mengekspor bahan mentah ke negara pusat, lalu negara pusat akan menanamkan modal kepada pedagang lokal di negara pinggiran untuk menghasilkan bahan baku. 

3. Ketergantungan Teknologi

Contoh teori ketergantungan negara lainnya adalah ketergantungan teknologi. Ini merupakan bentuk ketergantungan baru, yakni negara pinggiran tidak lagi mengirim bahan mentah, melainkan perusahaan dari negara pusat akan menanamkan modal ke industri negara pinggiran kemudian produknya menyasar ke pasar negara pinggiran. 

Kesimpulan

Itulah yang dimaksud dengan teori ketergantungan negara, di mana negara berkembang atau pinggiran mengalami ketimpangan dengan negara maju karena negara pinggiran terkena dampak dan konsekuensi dari sistem kapitalisme global.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page