Dalam perusahaan, penyusutan aset adalah fenomena yang tidak dapat terhindarkan. Dalam operasional perusahaan, penyusutan tidak hanya sekali saja, melainkan akumulatif. Adapun akumulasi penyusutan merupakan pengurangan yang bersifat periodik karena faktor nilai atau usia pemakaiannya.
Seperti yang diketahui, aset adalah benda yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Aset dapat menunjukkan seberapa besar kekayaan yang dipegang oleh perusahaan. Tidak hanya itu, aset juga dapat menjadi representasi dari tingkat produktivitas perusahaan dalam menghasilkan omset.
Semakin besar nilai aset perusahaan, maka bisa dipastikan bahwa produktivitas perusahaan tersebut juga semakin tinggi. Namun, perlu diingat bahwa aset tidak mempunyai nilai tetap dan dapat mengalami kemerosotan nilai. Simak pengertian dan cara menghitung akumulasinya di sini agar semakin paham.
Daftar ISI
Apa itu Akumulasi Penyusutan
Depresiasi atau akumulasi penyusutan adalah jumlah dari biaya aset yang telah dialokasikan ke beban penyusutan semenjak aset digunakan sejak awal oleh perusahaan.
Akumulasi mencakup aset yang dibangun dan dikumpulkan, seperti bangunan, peralatan kantor, perabotan, mesin produksi, kendaraan, dan berbagai perlengkapan lainnya. Seperti yang diketahui, berbagai jenis aset tersebut harganya akan berubah dari masa ke masa.
Nilai suatu gedung di tahun awal pemakaian tentu lebih tinggi dibanding dengan setelah lima tahun pemakaian. Contoh lainnya yaitu penurunan nilai yang terjadi pada kendaraan pabrik yang menjadi salah satu aset pendukung kelancaran operasional atau aktivitas bisnis dari perusahaan.
Dalam manajemen akuntansi, akumulasi merupakan salah satu bagian dari kontra aset. Hal ini menandakan bahwa, akun tersebut memiliki keseimbangan dari kredit dan mampu mengurangi nilai keseluruhan dari aset.
Baca juga: 10 Tips Monitoring dan Evaluasi Marketing Plan Hotel
Akun akumulasi ini selanjutnya dikreditkan ketika beban penyusutan didebit setiap masa atau periode akuntansi. Jadi, akumulasi penyusutan ialah penyesuaian nilai yang berhubungan dengan penurunan manfaat dan kapasitas dari suatu aset.
Dalam ungkapan yang lebih sederhana, sebuah aset mengalami pengurangan nilai karena usia atau lamanya masa pemakaian.
Aset yang mengalami penyusutan disebut juga dengan aktiva tetap. Aset jenis ini merupakan harta sah yang dimiliki perusahaan yang bisa digunakan untuk jangka waktu bertahun-tahun dan dimanfaatkan untuk memproduksi komoditas.
Adanya depresiasi aset menyebabkan suatu bisnis akan memberikan beban bagi separuh nilai aset modal setiap tahun, selama manfaat aset tersebut masih bisa berjalan.
Hal ini menandakan bahwa setiap tahunnya, aset perusahaan yang dikapitalisasi tersebut akan digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Sedangkan biaya terhadap pemakaian aset selanjutnya akan dicatat.
Adanya akumulasi penyusutan menandakan bahwa telah terjadi perubahan nilai pada aset bisnis. Kebutuhan dari adanya penyusutan nilai aset bisnis ini adalah salah satu cara menyebarkan biaya aset selama masa berlaku aset tersebut masih bisa dirasakan.
Selain depresiasi penyusutan, istilah lainnya yang berkaitan dengan penurunan nilai aset yaitu beban penyusutan. Walaupun sama-sama membicarakan tentang kemunduran aset, keduanya mempunyai perbedaan yang cukup fundamental.
Secara umum, depresiasi penyusutan merupakan jumlah total dari penyusutan aset yang dimiliki oleh perusahaan sejak awal mula dipakai, sedangkan beban penyusutan adalah jumlah yang memang sudah disusutkan hanya dalam waktu satu periode pembukuan.
Baca juga: 5 Cara Jitu Mempromosikan Tempat Wisata dengan Website
Dikarenakan hanya dikalkulasi per tahun, maka beban penyusutan akan dicantumkan pada laporan laba-rugi, sedangkan depresiasi penyusutan akan dilaporkan di akun neraca.
Lebih singkatnya lagi, nilai depresiasi penyusutan merupakan total dari beban penyusutan yang dicatat setiap tahun atau setiap periode. Itulah mengapa, besarnya nilai akumulasi penyusutan bernilai sama dengan besarnya nilai beban penyusutan di akhir tahun pertama ketika aset digunakan.
Sedangkan pada akhir tahun kedua, depresiasi penyusutan memiliki nilai yang sama dengan beban penyusutan di tahun pertama, tahun kedua, dan seterusnya.
Cara Menghitung Akumulasi Penyusutan
Dalam menghitung depresiasi penyusutan, maka perlu memperhatikan beberapa aspek atau faktor. Setelah itu, kamu bisa mulai menghitung akumulasinya. Pemaparan lebih jelas akan disampaikan di sini :
1. Faktor-faktor Menghitung Depresiasi Penyusutan
Berikut adalah beberapa pertimbangan yang perlu diketahui dalam mencari depresiasi penyusutan:
a. Harga Perolehan Aset
Harga perolehan merupakan seluruh pengeluaran yang dikeluarkan untuk bisa menerima keuntungan atau manfaat dari aset tersebut.
Hal ini bukan hanya mencakup harga pembelian aset, tetapi juga biaya-biaya lainnya, seperti biaya pengangkutan, pengiriman barang, pemasangan, perakitan, dan lain sebagainya.
b. Taksiran Umur Aset
Apa yang dimaksud taksiran umur aset? Istilah ini menyatakan seberapa lama waktu penggunaan aset tersebut atau dimanfaatkan fungsinya. Contohnya, sebuah mesin operasional diprediksi mempunyai usia pemakaian selama 10 tahun. Angka inilah yang dinamakan dengan taksiran umur aset dan bisa dibandingkan dengan aset yang serupa.
c. Taksiran Nilai Sisa
Pertimbangan kedua yang perlu diperhatikan agar bisa mengetahui nilai depresiasi penyusutan aktiva tetap yakni dengan mengetahui taksiran nilai residu atau nilai sisa.
Dengan kata lain, pemilik aset harus mampu menaksir jumlah nilai dari sebuah aktiva tetap setelah usia pemanfaatannya habis. Taksiran nilai sisa ini akan tidak bernilai lagi apabila aset tersebut sudah tidak dijual.
d. Nilai Residu
Nilai residu merupakan taksiran dari nilai sisa aktiva tetap setelah proses pemakaian. Perlu diketahui bahwa nilai residu tidak selalu ada, sehingga bisa saja suatu aktiva tetap tidak mempunyai nilai residu.
Penyebabnya adalah pada saat penarikan tiba, maka suatu aset tidak dijual dan tidak dimanfaatkan dengan optimal. Dengan kata lain, nilai residu dapat terjadi apabila suatu benda dibiarkan begitu saja dan tidak dimanfaatkan setelah masa pemanfaatannya sudah habis.
Hal ini tentu tdak dianjurkan karena aktiva tetap tersebut akan cenderung memakan ruang atau tempat yang harusnya bisa dialokasikan untuk menyimpan benda lain yang lebih bermanfaat.
Selain itu, alternatif lain yang bisa dilakukan yakni dengan mendaur ulang aktiva tetap tersebut agar bisa memperpanjang nilai fungsinya untuk kepentingan perusahaan.
e. Harga Buku
Harga buku merupakan nilai historis atau harga ketika aktiva tetap diperoleh, yang mana harga perolehan tersebut akan dikurangi dengan depresiasi penyusutan aktiva tetap selama umur pemanfaatannya.
f. Umur Ekonomis
Umur ekonomis merupakan prediksi usia penggunaan aktiva tetap atau batasan waktu pemakaian aset. Umur ekonomis aset digolongkan menjadi dua, yakni umur fungsional dan fisik.
Umur fisik menampakkan kondisi aset dalam bentuk fisik. Dalam hal ini, suatu aset masih mempunyai umur fisik apabila masih dalam kondisi baik walaupun mengalami penurunan manfaat.
Sedangkan umur fungsional berkaitan dengan fungsi dari suatu aset yang dimiliki oleh perusahaan. Aktiva dikatakan mempunyai umur fungsional apabila masih dapat difungsikan sebagaimana mestinya dan memberikan kontribusi bagi produktivitas perusahaan.
2. Cara Menghitung Akumulasi Penyusutan
Pada dasarnya, tidak ada formula khusus untuk menghitung depresiasi penyusutan. Dengan kata lain, tidak ada standar baku yang diterapkan untuk bisa mengetahui nilai penyusutan aset.
Adanya beban atau biaya penyusutan aset ini mengisyaratkan semakin berkurangnya nilai aset secara berangsur setiap tahunnya. Hal ini menandakan bahwa nilai buku aset tersebut tidak akan bernilai sama dengan nilai aset di awal pembelian yang telah dimanfaatkan selama bertahun-tahun.
Meskipun demikian, ada beberapa cara yang dapat diterapkan agar depresiasi penyusutan aset dapat diketahui, yakni dengan menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun ganda. Adapun tata caraa menghitungnya yakni sebagai berikut:
a. Metode Garis Lurus
Cara menghitung depresiasi penyusutan yang pertama yaitu dengan menerapkan metode garis lurus. Metode ini termasuk cara yang paling mudah untuk mengkalkulasi nilai akumulasi penyusutan.
Jika menerapkan metode ini, maka jumlah aset akan terakumulasi dengan jumlah yang sama setiap tahunnya, selama manfaat umurnya masih tersisa. Langkah-langkah menghitung depresiasi penyusutan menggunakan metode garis lurus yaitu:
- Lakukan pengurangan dari nilai buku aset atau nilai sisa aktiva tetap sesudah seluruh penyusutan dibebankan dari harga beli aset sepenuhnya. Cara ini dilakukan agar bisa menentukan jumlah beban yang dapat disusutkan.
- Selanjutnya, hasil yang diperoleh dari langkah tersebut akan dibagi jumlah tahun sesuai dengan masa manfaat aktiva tetap, sehingga dapat diketahui nominal penyusutan tahunannya.
Cara menghitung depresiasi penyusutan aktiva tetap melalui metode garis lurus dapat dirumuskan menggunakan rumus berikut:
Penyusutan tahunan = (Harga beli-Nilai sisa)/Tahun masa manfaat
Contohnya, sebuah perusahaan akan membeli kendaraan operasional seharga Rp120 juta. Selanjutnya, kendaraan tersebut memiliki nilai sisa sebanyak Rp40 juta dan masa manfaatnya selama 10 tahun ke depan. Lalu, berapakah nilai penyusutan tahunannya?
Penyusutan tahunan = (Rp120 juta-Rp40 juta) : 10 tahun = Rp8 juta
Mengacu pada hasil penghitungan tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa kendaraan operasional perusahaan sudah terdepresiasi sebanyak Rp8 juta setiap tahun.
b. Metode Saldo Menurun Ganda
Cara mencari depresiasi penyusutan pada aset perusahaan yang berikutnya yaitu dengan menerapkan metode saldo menurun ganda. Metode ini bisa diaplikasikan untuk mengetahui nilai penyusutan dengan cara yang praktis.
Dengan menerapkan metode ini, maka akan diketahui bahwa penyusutan aset dapat terjadi lebih awal, meskipun usia manfaat aset masih tersisa. Hal ini menunjukkan bahwa aset mengalami depresiasi lebih dini dan terkadang terjadi di luar prediksi.
Adapun cara menghitung depresiasi penyusutan menggunakan metode saldo menurun ganda yakni sebagai berikut:
Akumulasi penyusutan = (Harga pembelian-Nilai sisa) x (1/Tahun masa manfaat) x 2
Contohnya, suatu perusahaan membeli mobil operasional seharga Rp150 juta. Nilai sisa aset yang dimiliki sebesar Rp50 juta, sedangkan masa manfaatnya selama 10 tahun. Lalu, berapakah total akumulasi penyusutannya?
Depresiasi penyusutan = (Rp 150 juta-Rp 50 juta) x (1:10) x 2 = Rp20 juta
Jika diamati nilai perhitungan tersebut, maka dapat diketahui bahwa pada tahun pertama, ada beban biaya penyusutan tahunan kendaraan yang mencapai angka Rp20 juta. Agar bisa menghitung jumlah penyusutan di tahun ke-2, maka kurangilah jumlah biaya penyusutan dari nilai harga pembelian.
Kemudian, gunakan rumus penyusutan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Depresiasi penyusutan di tahun ke-2 = (Rp 130 juta-Rp 50 juta) x (1:10) x 2 = Rp16 juta
Dengan begitu, maka beban penyusutan mobil di tahun ke-2 yakni sebesar Rp16 juta. Kamu dapat menerapkan rumus yang serupa untuk bisa menghitung beban penyusutan di tahun yang ke-3 dan tahun berikutnya.
Setiap tahun, setiap aktiva tetap akan mengalami penyusutan nilai dengan jumlah yang bisa diprediksi dari sekarang.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami cara menghitung akumulasi penyusutan agar bisa mengambil langkah yang bijak dalam memanfaatkan aset-aset yang dimilikinya.