Biografi Ali bin Abi Thalib, Sang Khalifah Berilmu dan Pemberani

Ali bin Abi Thalib, khalifah terakhir pengganti Khalifah Usman bin Affan yang dikenal sebagai sosok pemberani serta memiliki pengetahuan luas dan mendalam. Anak dari Abi Thalib ini pernah diangkat menjadi anak asuh Nabi Muhammad dan istrinya, Khadijah. Bagaimana kisahnya? Yuk simak biografi Ali bin Abi Thalib berikut ini!

Biografi Ali bin Abi Thalib: Masa Kecil dan Keluarganya

Ali bin Abi Thalib, salah satu sahabat Nabi Muhammad yang juga pernah menjabat sebagai khalifah terakhir selama 5 tahun menggantikan Khalifah Usman bin Affan yang saat itu dibunuh oleh para pemberontak. 

Beliau lahir di Makkah tepatnya di daerah Hejaz pada hari Jumat tanggal 13 Rajab sekitar tahun 599 atau 600 Masehi. Kaum muslim Syiah mempercayai bahwa Ali bin Abi Thalib lahir di dalam Ka’bah. 

Selisih umur beliau dengan Nabi Muhammad menurut para sejarawan berbeda-beda pendapat. Ada yang mengatakan selisihnya 25 tahun, beda 27 tahun, ada juga yang mengatakan berbeda 30 hingga 32 tahun. Namun pada umumnya, banyak yang berpendapat beliau lahir 32 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad.

Ali memang dari kecil sudah diangkat anak oleh Nabi Muhammad dan istrinya, Khadijah. Ini karena dulunya Nabi Muhammad diasuh oleh Abi Thalib setelah kematian kakek Abdul Muthalib. 

Alasan Nabi Muhammad mengangkatnya jadi anak karena saat itu kabilah Quraisy mengalami krisis ekonomi yang cukup parah, sedangkan Abi Thalib terkenal punya banyak anak. Nabi Muhammad pun membantu meringankan beban keluarga Abi Thalib bersama pamannya yang lain, yakni Abbas Ibnu Abdul Muthalib. 

Sejak kecil Ali bin Abi Thalib dididik baik oleh Nabi Muhammad dengan cahaya Islam, dan hatinya pun terbuka melihat cahaya kebenaran Islam di usia 10 tahun. 

Ali mengimani Rasulullah sebagai utusan Allah sehingga termasuk golongan assabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama kali masuk Islam) di usianya yang masih  anak-anak. 

Dalam kesehariannya, ia selalu ikut Rasulullah dan beliau suka belajar dengannya. Karena itulah Ali tumbuh menjadi sosok yang berani, bijak, dan cerdas. Rasulullah dan istrinya sangat menyayangi Ali seperti anaknya sendiri, begitupun Ali pada Rasulullah dan Khadijah.

1. Biografi Nama Ali bin Abi Thalib serta Nasabnya

Ali mempunyai nama lengkap Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fahr bin Malik bin an-Nadhar bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. 

Sementara ibunya bernama, Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushai. Kedua orang tua Ali sama-sama berasal keturunan Bani Hasyim, dimana keduanya adalah orang pertama yang menikah dari keturunan sama. Sebelumnya, orang-orang Bani Hasyim selalu menikah dengan bani yang lain.

Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib adalah keponakan Rasulullah dari pamannya (saudara laki-laki kandung ayah Nabi Muhammad, Abdullah) bernama Abi Thalib. Ali mempunyai tiga kakak lak-laki bernama Aqil, Ja’far, dan Thalib. Sementara saudara perempuannya bernama Ummu Hani’ dan Jumanah. 

Saat baru lahir, Ali sempat diberi nama Asad yang berarti singa oleh  ibunya sebagai kenangan dari nama ayahnya bernama Asad bin Hasyim. Catatan sejarah ini menjadi bukti bahwa Ali pernah menyenandungkan syair saat perang Khaibar:

“Saya adalah manusia yang oleh ibuku diberi nama Haidarah (Singa). Sebagaimana sosok singa hutan yang berjalan ditakuti penuh karisma.”

Saat putranya lahir ke dunia, Abi Thalib tidak ada di tempat. Setelah tahu anaknya diberi nama Asad (Haidar) oleh ibunya, Abi Thalib merasa kurang sreg dengan nama tersebut, kemudian diganti dengan nama Ali. 

Selain menjadi keponakan Rasulullah, Ali juga menjadi menantu Nabi Muhammad karena menikah dengan putrinya bernama Fatimah Az-Zahra. Dari pernikahan itulah Ali mempunyai anak bernama Hasan dan Husein. 

2. Gelar dan Julukan Ali bin Abi Thalib

Sebenarnya biografi Ali bin Abi Thalib mempunyai banyak sekali julukan dan kunyah (nama panggilan nasab) yang membuatnya mudah dikenali masyarakat. Saking banyaknya, laqab (julukan) dan kunyah ini hampir tidak diketahui jumlah pastinya. 

Di antara julukan tersebut, salah satu di antaranya adalah Abul Hasan yang artinya bapak dari Hasan. Julukan tersebut dinasabkan pada anak sulungnya yang bernama Hasan bin Ali bin Abi Thalib. 

Selain itu, beliau juga mempunyai julukan dari Nabi Muhammad sendiri, yakni Abu Turab. Ali sangat senang saat dipanggil Abu Turab oleh Rasulullah karena awal kisahnya pada saat itu ketika Ali dan Fatimah sedang berselisih, Ali marah kepada Fatimah lalu pergi meninggalkan rumah dan tidak tidur bersama istrinya.

Rasulullah langsung memerintah seorang laki-laki untuk mencari Ali. Tak lama, ternyata laki-laki tersebut menemukan Ali sedang tidur di masjid. Mendengar itu, Rasulullah segera menemui menantunya, dan benar beliau melihat Ali sedang tidur dalam keadaan sarungnya lepas dari badan sehingga badannya bertaburan debu. 

Dengan lembut Rasulullah menghampiri menantunya dan mengusap debu yang menempel di badan Ali, kemudian berkata “Bangunlah Ya Abu Turab (Bapak Debu)”. Selain Abu Turab, Ali juga mendapat julukan Abul Hasan wal Husain, dan Abul Qashim Al-Hasyimi.

Sedangkan gelarnya, Ali diberi gelar sebagai amirul mukminin dan khulafaur rasyidin keempat. Ali juga sangat dikenal sebagai sosok yang alim dan sangat taat. Beliau tidak pernah menyembah berhala maupun sujud kepada berhala. Karena itulah beliau mendapat julukan karramallahu wajhah (semoga Allah memuliakannya).

Ali juga dikenal sebagai pribadi yang sangat menjaga pandangannya. Beliau tidak pernah melihat auratnya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, julukan karamallahu wajhah hanya diberikan kepadanya.

Biografi Ali bin Abi Thalib: Ciri Fisiknya

Ali bin Abi Thalib tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan pemberani. Seperti para sahabat lainnya, pada biografi Ali bin Abi Thalib dijelaskan bahwa beliau memiliki ciri fisik yang tampan dan kokoh. Adapun ciri fisik dari menantu kesayangan Nabi Muhammad ini antara lain:

1. Badannya yang Kokoh

Fisik Ali punya perawakan sedang, tidak terlalu tinggi, dan tidak terlalu pendek. Tinggi badannya sedang, tapi lebih cenderung pendek. 

Tubuh Ali sangat kokoh, terlihat agak gemuk, dan kuat. Saking kuat dan kokoh badannya, apabila beliau memegang lengan seseorang, maka cengkeramannya sangat kuat dan sulit dilepaskan. Karena tubuhnya yang kuat inilah beliau dikenal sebagai petarung yang hebat. 

Saat duel satu lawan satu dengan seseorang, Ali tidak pernah kalah. Ali punya nyali seperti macan dan hatinya teguh seperti jenderal yang tak pernah ragu dalam mengambil setiap keputusan. 

Saat beliau berjalan, badannya pun ikut bergoyang. Kalau beliau berjalan untuk perang, maka ia akan berlari. Bisa jadi, inilah cara berjalannya orang yang memiliki karakter pemberani dan berjiwa militer.

2. Memiliki Leher Kokoh Proporsional

Dalam buku biografi Ali bin Abi Thalib, diceritakan juga bahwa beliau memiliki leher yang kokoh proporsional. Pundaknya mencerminkan laki-laki perkasa yang lebar dan bidang. Tulang pundaknya menonjol terlihat mencuat kokoh seperti tulang pundak raja hutan (singa).

3. Tangannya Kuat dan Bertenaga

Beliau juga dikenal sebagai sosok yang punya tangan dan lengan sangat kuat. Lengan bagian atas dan bawah seakan-akan bersatu, tidak bisa dibedakan. Ini mungkin karena otot-otot lengannya yang kokoh. Begitu pun dengan telapak tangannya, tebal dan kasar, khas tangan laki-laki yang bertenaga dan pekerja keras.

4. Wajah yang Tampan

Hampir semua sahabat Nabi Muhammad memiliki wajah tampan, termasuk Ali bin Abi Thalib. Wajah beliau diceritakan sangat terang seperti wajah bulan saat purnama. 

Ketampanan ini menjadi wajar karena beliau keturunan Bani Hasyim yang terkenal tampan sebagaimana ketampanan Nabi Muhammad dan Ja’far bin Abi Thalib, kakaknya.

5. Kulit Sawo Matang

Kulit Ali bin Abi Thalib disebut berwarna cokelat, lebih tepatnya warna sawo matang. Tipikal kulit seperti Ali ini kemungkinan karena ciri khas orang Arab Mu’arrabah yang jadi keturunan Nabi Ismail As, dan Arab suku Jurhum dari Yaman.

6. Matanya yang Lebar dan Indah

Mata Ali lebar dengan pupil yang sangat hitam. Mata tipe seperti ini di kalangan bangsa Arab adalah mata terpuji, sebab warna hitamnya memberikan kesan tajam sekaligus indah. 

Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala menyebut bidadari surga dengan hurun ‘inn, yakni perempuan yang mempunyai mata indah, matanya sangat hitam, dan putihnya sangat putih. Seperti itulah gambaran mata Ali bin Abi Thalib yang menawan.

Fisik Ali bin Abi Thalib juga dideskripsikan dalam kitab Al-Isti’ab fi Ma’rifati al-Ashab oleh Ibnu Abdil Bar. Disana Ibnu Abdil Bar menjelaskan Ali sangat tampan dan wajahnya seperti bulan purnama. Perutnya besar, tangannya tebal kasar, badannya kokoh kuat, dan pundaknya bidang.

Leher beliau juga sedikit bungkuk, kepalanya botak tidak ada rambut kecuali bagian belakang, cenderung gemuk, jenggotnya lebar, hatinya teguh, namun pemberani dan kuat.

Biografi Ali bin Abi Thalib: Keutamaannya

Anak Abi Thalib ini merupakan sahabat yang beruntung karena sudah hidup dengan Nabi Muhammad sejak usianya masih kecil. Beliau diasuh langsung oleh Rasulullah, orang paling mulia di muka bumi, beserta istri, sehingga beliau tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan pemberani.

1. Ali bin Abi Thalib adalah Gerbang Ilmu

Rasulullah sangat mencintai Ali bin Abi Thalib dan mendidiknya dengan akhlakul karimah. Saking cerdasnya Ali bin Abi Thalib, Rasulullah pernah memujinya dengan mengatakan bahwa jika beliau adalah gudang atau kota ilmu, Ali adalah gerbang untuk menuju kota ilmu tersebut.

Ketinggian dan keluasan ilmu khalifah satu ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Pengetahuan beliau tentang ayat-ayat Allah sangatlah luas dan dalam, karena sejak umur 10 tahun saat diasuh oleh Nabi, hatinya sudah dipenuhi oleh ayat-ayat Al-Qur’an, rahasia-rahasia, serta keagungan di dalamnya. 

Kedalaman ilmu beliau akan Al-Qur’an karena pernah menyaksikan langsung turunnya ayat demi ayat Al-Qur’an. Beliau pernah mengatakan bahwa pengetahuan Al-Qur’annya sangat dalam dan meminta untuk ditanyai seputar kitab Allah karena beliau lebih tahu tentang ayat-ayat-Nya yang turun di siang maupun malam hari. 

Kemampuan Ali ini sempat mendapat komentar dari Hasan al-Basri, “Ali bin Abi Thalib telah mencurahkan seluruh tekad, ilmu, serta amalnya kepada Al-Qur’an. Karena baginya Al-Qur’an bagaikan kebun-kebun yang indah dan tanda-tanda yang jelas.

Ketika ditanya oleh kaum khawarij tentang memilih ilmu atau harta, Ali dengan tegas menjawab ilmu. Ali memilih ilmu karena menurutnya ilmu lebih istimewa dari harta. Ilmu adalah warisan para Nabi Muhammad, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir’aun, dan Haman.

2. Keberanian Ali Melindungi Nabi Muhammad

Biografi Ali bin Abi Thalib mengisahkan bahwa beliau adalah manusia mulia dengan segala keberanian dan kecerdasannya seakan bisa mendapatkan apapun di dunia ini. 

Salah satu keberanian beliau yang tak pernah Rasulullah lupakan adalah jasanya saat melindungi Nabi Muhammad dengan cara menggantikan Rasul tidur di tempat tidurnya. 

Saat itu Rasul bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq sedang diam-diam meninggalkan rumah untuk hijrah. Rasul menghindari kaum Quraisy yang ingin menggagalkan rencana hijrah, sehingga Ali pun menggantikan posisi Nabi Muhammad yang seakan tidur, padahal risikonya adalah mati terpenggal.

Karena aksi keberanian Ali bin Abi Thalib inilah kaum kafir Quraisy gagal menghentikan hijrah Nabi Muhammad. Rasulullah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq pun berhasil meloloskan diri dan melanjutkan hijrah ke Madinah dengan aman.

3. Ali bin Abi Thalib, Sosok yang Taat dan Zuhud

Beliau adalah muslim yang taat dan zuhud. Dia penerus perjuangan yang mengalirkan darah suci Nabi Muhammad. Biografi Ali bin Abi Thalib juga menjelaskan bahwa beliau adalah penjalin risalah yang dinaungi sumber ilmu dan hikmah yang luas serta dinaungi oleh para malaikat. 

Beliaulah suami dari putri Nabi Muhammad SAW, Fatimah Az-Zahra, anak-anak pertama yang masuk Islam, pemuda yang bertakwa, mulia, suci, berpengetahuan luas, dan zuhud.

Kezuhudannya terlihat dari pakaian miliknya yang tebal dan kasar, gaya hidupnya yang sangat sederhana, makanannya yang keras, dan perutnya tidak pernah kenyang. 

Menantu Nabi Muhammad ini terkenal sebagai sosok yang paling banyak ibadahnya, baik puasa maupun salatnya. Ali tidak pernah lepas dari bermunajat kepada Allah dengan khusyuk. 

Suatu waktu di malam pertempuran, Ali tetap melakukan salat padahal anak-anak panah berjatuhan di depannya. Anak panah telah banyak menembus dan merobek apapun yang ada di dekatnya. Namun, beliau masih melanjutkan salatnya dengan khusyuk tanpa ada rasa takut sedikitpun.

Karakter beliau yang taat dan cerdas ini karena beliau adalah sosok yang tidak pernah berleha-leha dan bermalas-malasan dalam menuntut ilmu pada Nabi Muhammad. Beliau juga tidak pernah malas dalam menjalankan syariat Allah. Kebenaran syariat menjadi pemandu utama hidupnya sehingga tidak pernah ia langgar.

Oleh karena kecerdasan, kezuhudan, dan ketaatan inilah beliau termasuk orang yang sangat disayang Nabi Muhammad dan dimuliakan oleh Allah di dunia maupun akhirat.

4. Sahabat yang Paling Memahami Syariat

Biografi Ali bin Abi Thalib mengisahkan bahwa terkenal sebagai sahabat yang paling dekat dengan Nabi Muhammad karena sejak kecil sudah hidup bersama. Masa kecilnya dipenuhi dengan kasih sayang serta kemuliaan Nabi Muhammad. 

Nabi Muhammad membentuk karakter Ali hingga menjadi sosok yang kuat, serta mengajarkan berbagai ilmu dan syari’at hingga mampu dikuasainya.

Ali terkenal sangat menguasai apapun yang diajarkan Nabi Muhammad, termasuk syari’at Islam. Kepiawaiannya memahami syari’at sangat diakui Nabi Muhammad, sampai-sampai Rasul pernah bersabda:

Sahabatku yang paling mengasihi umat adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang paling keras dan tegas adalah Umar bin Khattab, yang paling pemalu diantara yang lain adalah Utsman, dan yang paling memahami syari’at adalah Ali bin Abi Thalib…

Biografi Ali Bin Abi Thalib Ketika Diangkat Menjadi Khalifah

Setelah kematian khalifah Utsman bin Affan di tangan pemberontak, umat Islam saat itu sedang mengalami perpecahan dan kegoncangan untuk menentukan siapa pengganti khalifah Utsman. Banyaknya perpecahan dan ancaman kehancuran membuat mereka terdesak untuk segera menentukan pemimpin selanjutnya.

1. Kisah Dibalik Pengangkatan Ali bin Abi Thalib

Masyarakat saat itu sedang mengalami kerisauan karena sudah berhari-hari tidak punya pemimpin. Masing-masing kelompok sibuk mencari pengganti Utsman. Penduduk Mesir meminta Ali untuk menggantikan khalifah  Utsman, namun beliau tidak mau dan menghindar. 

Para pemberontak juga mulai mendekati Ali dengan maksud untuk mendukungnya menjadi khalifah. Penduduk Kufah mencari Zubair bin Awwam namun tidak menemukannya. Penduduk Bashrah mengajukan Thalhah untuk menjadi khalifah, namun Thalhah menolak.

Mereka juga sempat mendatangi Sa’ad ibn Abi Waqqash dan Ibnu Umar namun keduanya sama-sama menolak. Mereka sudah mencari pengganti khalifah di daerah masing-masing namun banyak yang menolak.

Akhirnya mereka saling berkumpul dan menetapkan yang bertanggung jawab atas kekhalifahan Utsman adalah penduduk Madinah. Mereka juga mendesak secepatnya untuk memilih khalifah pengganti karena situasi sudah genting dan tidak bersahabat. 

Mereka menunjuk Madinah sebagai tempat utama pengangkatan khalifah karena saat itu Madinah adalah ibu kota satu-satunya. Karena takut munculnya perpecahan, mereka segera mendatangi Ali untuk memintanya menjadi pemimpin mereka. 

Permintaan masyarakat sempat ditolak oleh Ali. Alasannya karena pengangkatannya tidak mendapat dukungan dan kesepakatan penduduk Madinah dan veteran Badar. Menurutnya orang-orang yang mendapat dukungan dari kelompok inilah yang pantas menjadi khalifah.

Beliau meminta kepada masyarakat untuk mencari pemimpin lain selain dirinya. Ali lebih memilih untuk menjadi pelayan bagi penduduk daripada harus menjadi pemimpin.

Meskipun mendapat penolakan dari Ali, namun mereka tetap bersikukuh menunjuknya menjadi khalifah pengganti Utsman bin Affan. Keputusan ini pun mendapat dukungan dari berbagai kalangan, salah satunya kaum Muhajirin dan Anshar serta kelompok lainnya. 

2. Pembaiatan Ali bin Abi Thalib

Atas desakan masyarakat dan setelah mendengar berbagai argumen dari beberapa kelompok, demi menghindari fitnah dan menjaga dari perpecahan, akhirnya Ali bersedia dibaiat menjadi khalifah.

Peristiwa pembaiatan pemimpin baru ini terjadi pada hari Jumat sekitar 5 Dzulhijjah tahun 35 Hijriah di Masjid Nabawi Madinah. Selain Ali, ada juga beberapa sahabat besar yang ikut dibaiat keesokan harinya. Mereka adalah Thalhah, Abdullah ibn Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Zubair bin Awwam.

Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa Ali akhirnya menerima baiat tersebut, antara lain:

  • Ali akhirnya menerima karena ingin memutus fitnah dan mempertahankan kesatuan umat Islam sesuai dengan prinsip mengambil kemaslahatan dan meninggalkan kemudharatan.
  • Ali mendapat persetujuan dari kaum Muhajirin dan Kaum Anshar, dan seluruh umat Islam pun menyetujuinya kecuali Yasir dan Nizar. Semua sahabat bersama-sama membaiat Ali termasuk Zubair dan Thalhah. Meskipun ada yang menolak pembaiatan ini, namun sebagian besar kelompok sudah bersepakat.
  • Umat Islam sudah bersepakat bahwa Ali lah yang berhak atas kepemimpinan khalifah. Beliau adalah sahabat paling utama yang memiliki hubungan dekat dengan Nabi Muhammad.
  • Ali menyadari bahwa ia berhak memegang amanah itu, sehingga tidak mungkin jika menolaknya. Kalau saja Ali menolak, umat akan memandang jelek padanya karena dianggap menyia-nyiakan hak agamanya dan hak umat. 
  • Jika Ali menolak menjadi khalifah pengganti Utsman, maka bisa saja keadaan umat semakin kacau, mengingat situasi politik dan sosial saat itu sangat rawan

Setelah pembaiatan, Ali bin Abi Thalib pun berkhutbah di atas mimbar Masjid Nabawi dan menyampaikan visi misi politiknya.

Kebijakan Politik dalam Biografi Ali bin Abi Thalib

Sebenarnya sejak awal masa pemerintahannya, perpecahan dan perselisihan sudah tak lagi bisa terelakkan. Sejarah mencatat masa ini merupakan masa disintegrasi umat Islam. Berawal dari situasi politik, kemudian melebar kemana-mana hingga ke masalah teologi.

Saat ditunjuk sebagai khalifah pun Ali sudah menyadari bahwa beliau harus bekerja ekstra untuk menangani situasi kekacauan ini. Beliau harus membuat kebijakan-kebijakan untuk menyelamatkan umat Islam dari kekacauan menuju ke kemaslahatan bersama. Di antara kebijakan Ali ini antara lain:

1. Memecat Beberapa Gubernur Masa Utsman

Hal utama yang dilakukan oleh Ali pada masa jabatannya adalah memberhentikan sebagian besar gubernur untuk diganti dengan orang lain. Kebijakan ini beliau ambil karena untuk mengamankan kekhalifahannya. 

Beliau menilai bahwa terjadinya pemberontakan itu disebabkan oleh keteledoran politik mereka, sehingga diputuskan untuk menggantinya dengan tokoh lain. Adapun nama-nama gubernur yang diberhentikan ini antara lain:

  • Ya’la bin Umayyah, digantikan oleh Ubaidillah bin Abbas untuk Yaman (sepupu Ali bin Abi Thalib).
  • Abdullah bin Amin al-Hadrami, sang gubernur Bashrah, digantikan oleh Usman bin Hunaif.
  • Abu Musa Al-Asy’ari, gubernur Kufah, diganti oleh Umarah bin Syihab. Saat menggantinya, Ali mengalami kesulitan karena penduduk Kufah seperti mempertahankan Abu Musa Al-Asy’ari.
  • Muawiyah bin Sufyan, gubernur Syam, digantikan oleh Sahl bin Hunaif. Saat peristiwa pergantian gubernur Syam inilah Ali sangat mengalami kesulitan, bahkan Sahl bin Hunaif sempat diusir oleh Muawiyah.

Saat pergantian gubernur ini tentu tidak berjalan mulus. Meski sebagian besar diterima oleh penduduk, namun beberapa dari mereka juga ditolak. Jadi, Ali harus menempuh cara kompromi kepada pejabat sebelumnya dan penduduk setempat

2. Mengembalikan Kembali Harta Negara

Dalam kebijakan ini, terlihat sekali karakter Ali yang tegas, lurus, jujur, dan adil. Ali menarik kembali harta negara berupa tanah-tanah yang dulunya dibagikan oleh Utsman kepada para pejabat dan pendukungnya. Harta-harta tersebut kemudian ia kembalikan ke kas negara.

Begitu juga dengan hibah atau hadiah yang diberikan Utsman kepada siapapun tanpa alasan jelas. Semua ditarik kembali oleh Ali kemudian diserahkan lagi ke negara, lebih tepatnya ke baitul mal.

3. Ali bin Abi Thalib Selalu Memperhatikan Kondisi Rakyat

Dalam biografi Ali bin Abi Thalib dijelaskan bahwa beliau sangat terkenal dengan ketegasannya dalam memimpin. Beliau menjadi sosok pemimpin yang sangat melihat situasi dan kondisi rakyatnya. 

Dengan cermat beliau selalu melihat dan memperhatikan apa saja yang dibutuhkan rakyat, apa yang mengusik, menyakiti, dan menyulitkan hidup mereka. 

Saat menjadi khalifah, Ali bin Abi Thalib membangun saluran-saluran air untuk mengairi lembah-lembah dan membuat beberapa pemandian umum di sekitar jalan yang sering dilalui oleh kaum muslim. 

4. Mengaktifkan Lagi Baitul Mal

Biografi Ali bin Abi Thalib juga mengisahkan bahwa beliau mulai memfungsikan lagi baitul mal yang sudah ada sejak masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Baitul mal ini sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah, namun populer pada saat pemerintahan khulafaur rasyidin. 

Pada masa pemerintahan Ali, baitul mal diaktifkan kembali menjadi lembaga keuangan untuk menyimpan harta kekayaan negara dari pajak, infak, sedekah, dan harta rampasan perang. 

Ali membenahi lagi sistem administrasi seluruh baitul mal, baik di tingkat daerah maupun pusat. Beliau juga meratakan sistem pendistribusian harta baitul mal supaya tidak ada kecurangan maupun pembagian yang tidak rata.

Beliau menetapkan bayar pajak kepada pemilik hutan sebesar 400 dirham dan mengizinkan gubernur Kufah, Ibnu Abbas, untuk meminta zakat terhadap sayuran segar yang akan digunakan. 

Ali disini sangat mengedepankan kejujuran atas apa saja aset yang sebenarnya dimiliki negara dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan rakyatnya. 

5. Memperhatikan Orang-Orang Miskin

Biografi Ali bin Abi Thalib juga berkisah bahwa beliau sangat memperhatikan keadaan masyarakatnya yang miskin dan teraniaya. Dalam suratnya kepada Malik Ashter bin Haris, Ali memerintahkan untuk berhubungan langsung dengan masyarakat terutama pada orang miskin, teraniaya, dan orang-orang cacat.

Ali berusaha keras agar rakyatnya terbebas dari kemiskinan dengan menata kembali kebijakan keuangan negara serta memerintahkan stafnya untuk fokus pada kepentingan dan kebutuhan rakyat.

6. Memberantas Korupsi dan Kemungkaran

Dalam surat itu juga Ali bin Abi Thalib memerintahkan untuk melawan korupsi dan penindasan, memberantas para tukang catut, penimbun barang dan pasar gelap. 

Beliau selalu mengajak seluruh rakyatnya untuk menjauhi kemungkaran dan mendekat pada kebaikan. Beliau juga seringkali berjalan-jalan ke pasar. Apabila melihat ada pedagang yang curang dan melakukan hal mungkar, beliau tak segan-segan memarahi dan menegur.

Beliau sangat mengawasi kegiatan transaksi yang ada di pasar, hingga membentuk badan khusus untuk mengawasi serta menjaga keamanan dan ketertiban saat proses transaksi di pasar.

7. Memberantas Hadis Palsu

Saat menjabat sebagai khalifah, beliau juga sempat memerintah rakyatnya untuk mengembangkan peradaban Islam. Kebijakan ini beliau lakukan dengan cara  membersihkan sumber-sumber hukum Islam dari hadis-hadis palsu, tradisi israiliyat, atau sumber lain yang diragukan keshahihannya. 

Ali bin Abi Thalib menolak berbagai kisah dongeng kecuali yang merujuk pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi, serta melarang pagelaran para pendongeng untuk menjaga keshahihan sumber hukum Islam. 

Sudah Tahu Biografi Ali bin Abi Thalib?

Itulah sekilas biografi Ali bin Abi Thalib semasa hidupnya. Dari sini terlihat sekali karakter Ali yang sangat kuat dan tegas hasil dari didikan Nabi Muhammad sejak beliau kecil.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page