Upacara Keagamaan Hindu: Jenis, Makna, dan Tradisinya

Bali tidak pernah kehabisan cerita untuk kita bahas. Kekayaan budayanya yang unik menjadikan Bali sebagai tempat yang selalu menarik untuk para wisatawan. Salah satu unsur budaya Bali yang menjadi magnet adalah adanya upacara keagamaan Hindu.

Upacara keagamaan di Bali menyimpan cerita dan maknanya tersendiri yang tidak bisa kamu jumpai di tempat lain. Apa saja jenis dan makna di balik upacara keagamaan tersebut? Artikel ini menyajikan informasinya secara lengkap.

7 Upacara Keagamaan Hindu di Indonesia

Berikut adalah 7 upacara keagamaan Hindu di Indonesia, terutama di Bali yang sudah menjadi tradisi masyarakat sejak dahulu, yaitu:

1. Hari Raya Galungan dan Kuningan

Galungan dan Kuningan
Galungan dan Kuningan | Sumber gambar: goodnewsfromindonesia.id

Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah salah satu hari besar bagi umat Hindu yang ada di Bali. Sebetulnya tidak hanya di Bali saja, namun juga bagi umat Hindu di Indonesia.

Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan setiap 210 hari sekali atau sekitar 6 bulan lebih. Dalam satu tahun kalender, Galungan dan Kuningan bisa saja terjadi dua kali.

Hari Raya Galungan akan selalu jatuh pada hari Rabu pada wuku Dungulan (wuku ke-11). Sedangkan, Hari Raya Kuningan jatuh 10 hari kemudian yaitu Sabtu pada wuku Kuningan (wuku ke-12). 

Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah dua hari raya yang saling terikat satu sama lain.

Hari Raya Galungan dan Kuningan sendiri memiliki makna kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan) dan juga hari peringatan atas terciptanya seluruh alam semesta beserta isinya.

Saat memperingati Hari Raya Galungan, umat Hindu di Indonesia akan melakukan persembahan tulus ikhlas kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dan Dewa Bhatara beserta manifestasinya.

Salah satu daya tarik Hari Raya Galungan di mata wisatawan adalah umat Hindu akan memasang sebuah bambu panjang yang telah dihias sedemikian rupa di depan rumah. Bambu ini bernama penjor.

Pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu akan memberikan juga akan persembahan tulus ikhlas pada Tuhan dan Bhatara. Namun, keunikannya adalah persembahan tersebut adalah berupa nasi berwarna kuning. Nasi kuning melambangkan kemakmuran.

Pemberian nasi kuning ini melambangkan rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Pencipta terhadap rezeki dan kemakmuran yang dilimpahkan untuk dunia ini.

2. Hari Suci Nyepi (Tahun Baru Saka)

Upacara keagamaan Hindu yang tidak kalah uniknya adalah Hari Suci Nyepi. Hari Suci Nyepi dirayakan untuk memperingati Tahun Baru yang memiliki makna sebagai hari penyucian diri dan alam.

Uniknya, Hari Suci Nyepi bisa kamu lihat dari aktivitas umat Hindu dan seluruh warga Bali pada hari tersebut. Umat Hindu melakukan ajaran yang bernama Catur Brata Penyepian.

Catur Brata Penyepian adalah ajaran Hindu yang berupa pantangan yang tidak boleh dilakukan selama Hari Raya Nyepi. Ada empat larangan yaitu.

  • Amati Geni: Tidak boleh menyalakan api, termasuk lampu. Pasalnya, api memiliki makna amarah dari dalam diri manusia.
  • Amati Karya: Tidak boleh bekerja atau berkegiatan. Umat Hindu diwajibkan untuk melakukan introspeksi diri atas segala kesalahan yang pernah mereka lakukan.
  • Amati Lelungan: Tidak boleh bepergian. Tujuan Amati Lelungan adalah agar umat Hindu mampu menjalani ibadah Nyepi dengan lebih khusyuk.
  • Amati Lelanguan: Tidak boleh bersenang-senang.

Praktek Nyepi ini menyebabkan Bali menjadi tempat yang sangat hening, sekaligus menjadi sangat gelap di malam hari. Semua tempat publik seperti bandara, mal, toko, sekolah, dan lain sebagainya tidak buka selama 24 jam penuh.

Namun, masih ada beberapa tempat yang masih buka dan bersiaga untuk antisipasi kondisi mendesak dan darurat seperti rumah sakit, kantor polisi, dan pemadam kebakaran.

Pengalaman yang akan kamu temui saat mengalami Hari Raya Nyepi di Bali adalah suasana yang sangat sepi dan tenang dengan udara bersih. 

Pada malam hari, kamu juga bisa menikmati pemandangan langit malam yang sangat indah karena bintang jauh lebih jelas terlihat dan tidak ada polusi cahaya.

3. Upacara Melasti

Upacara Melasti merupakan rangkaian dari Hari Suci Nyepi dan terlaksana seminggu sebelum Nyepi.

Makna dari upacara Melasti ini adalah untuk pembersihan alam (Bhuana Agung) dan diri sendiri (Bhuana Alit). Praktek dari upacara Melasti yaitu umat Hindu akan melakukan ibadah persembahyangan di laut dengan pakaian adat yang serba putih.

Pemeluk agama Hindu percaya, sumber air seperti laut adalah sumber kehidupan atau bisa juga disebut sebagai Tirta Amerta.

4. Pengrupukan

Pengrupukan
Pengrupukan | Sumber gambar: indonesiakaya.com

Upaya keagamaan Hindu berikutnya adalah Pengrupukan. Pengrupukan juga merupakan salah satu upacara yang masuk ke dalam rangkaian peringatan Hari Suci Nyepi. Upacara ini berlangsung satu hari sebelum Hari Suci Nyepi.

Apakah kamu tahu ogoh-ogoh? Nah, pementasan ogoh-ogoh ini berlangsung pada hari Pengrupukan ini.

Pada hari Pengrupukan, umat Hindu wajib melakukan rangkaian upacara agar Bhuta Kala tidak mengganggu ketika Hari Suci Nyepi berlangsung keesokan harinya.

Bhuta Kala adalah suatu wujud yang menggambarkan sifat buruk bagi kepercayaan umat Hindu.

5. Upacara Piodalan

Piodalan
Piodalan | Sumber gambar: patrolipost.com

Upacara Piodalan adalah salah satu upacara keagamaan yang tanggal berlangsungnya bisa berbeda-beda bagi umat Hindu. Jadi, semua umat Hindu yang ada tidak melakukan upacara Piodalan pada hari yang sama.

Upacara piodalan adalah upacara yang ditujukan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berstana di Pura. Nah, pura ini bermacam-macam. Ada Pura yang terdapat di lingkungan desa (Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem), Pura di keluarga besar, dan Pura di rumah.

Meskipun upacara ini tidak terlaksana secara serentak di seluruh umat Hindu, pelaksanaan upacara Piodalan di Pura tertentu tetap menggunakan perhitungan 210 hari sekali (berdasarkan hari dan wuku).

Mudahnya, hari upacara Piodalan ini seperti hari lahirnya Pura tersebut (berdasarkan hari dan wuku, bukan tanggal dan bulan seperti Masehi).

Tujuan dari upacara Piodalan ini adalah agar kehidupan dapat menjadi lebih baik dan sejahtera.

6. Upacara Ngaben

Upacara Ngaben menjadi salah satu upacara keagamaan Hindu yang paling terkenal. Ngaben adalah upacara atau ritual pembakaran jenazah di Bali.

Masyarakat Hindu percaya, pembakaran jenazah ini bertujuan agar mempercepat seluruh elemen tubuh kembali ke asalnya (alam). Elemen tersebut adalah zat padat, zat cair, zat gas, panas, dan ruang (eter).

Selain itu, masyarakat Hindu juga percaya bahwa upacara ngaben akan menyempurnakan jiwa saat kembali ke asalnya (Tuhan).

Upacara Ngaben pun hari pelaksanaannya tidak bisa sembarangan. Umat Hindu perlu memeriksa hari baik untuk upacara Ngaben itu sendiri. 

Atas dasar inilah, ada jenazah yang upacara Ngabennya bisa dengan segera, ada juga keluarga yang menunggu lama hari baik untuk upacara Ngaben kerabatnya yang sudah meninggal, bahkan bisa hingga berbulan-bulan setelah meninggal. 

Sebetulnya, upacara Ngaben sendiri tidaklah sama di antara umat Hindu. Ada tiga jenis upacara Ngaben yaitu Sawa Wedana, Asti Wedana, dan Swasta.

Ngaben Sawa Wedana dilakukan terhadap jenazah yang melalui proses pengawetan sebelum upacara Ngaben. 

Sementara itu, Asti Wedana terhadap jenazah yang sempat dikubur sebelum upacara Ngaben. Sedangkan upacara Ngaben Swasta, diperuntukan bagi jenazah yang jasadnya di luar kota atau tidak ditemukan.

Bagi masyarakat Hindu sendiri, upacara Ngaben termasuk upacara yang memakan biaya besar. Karena alasan ini, terkadang tidak semua umat Hindu mampu untuk mengadakan upacara Ngaben.

Namun, pemerintah desa maupun pemerintah provinsi memberikan kebijakan untuk mengadakan upacara Ngaben massal bagi umat Hindu yang kurang mampu. Adanya upacara Ngaben massal ini sangat meringankan beban biaya upacara Ngaben bagi pihak keluarga.

Baca Juga : Apa Itu Upacara Ngaben? Sejarah, Tujuan, dan Prosesnya

7. Upacara Mepandes atau Potong Gigi

Mepandes
Mepandes | Sumber gambar: news.prokal.co

Upacara Mepandes atau potong gigi juga merupakan upacara keagamaan Hindu yang cukup terkenal. Mepandes dilakukan pada laki-laki dan perempuan yang sudah memasuki usia akil baligh.

Upacara ini tidak benar-benar “memotong” gigi secara harfiah, namun hanya mengikir gigi sedikit saja. Gigi tersebut adalah dua gigi taring dan empat gigi seri bagian atas.

Makna pada upacara ini adalah sebagai pengendalian enam sifat buruk manusia atau dalam Hindu namanya Sad Ripu. Enam sifat tersebut adalah sebagai berikut, yaitu:

  • Nafsu (Kama)
  • Serakah atau Tamak (Lobha)
  • Bingung (Moha)
  • Rasa dengki (Matsarya)
  • Amarah (Krodha)
  • Mabuk (Mada)

Sama seperti Ngaben, upacara Mepandes ini pun juga memakan biaya yang banyak. Maka dari itu, di Bali juga marak upacara Mepandes massal. Biasanya, pelaksanaan upacara Mepandes berbarengan dengan pernikahan, Piodalan, atau Ngaben.

Baca Juga : 7 Tradisi Upacara Keagamaan Konghucu Cap Go Meh

Jadi Lebih Mengerti Upacara Keagamaan Hindu?

Praktik upacara keagamaan Hindu yang terus berlangsung hingga sekarang, terutama di Bali, ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Setiap upacara memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Hindu.

Selain menjaga warisan budaya leluhur dan kepercayaan, upacara keagamaan ini telah menjadi bagian pengamalan sila ke-1 Pancasila. Inilah kekayaan budaya yang patut dilestarikan karena dapat menjadi warisan budaya bagi Indonesia.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page