Siklus menstruasi menjadi hal penting yang perlu Anda pahami. Siklus ini berhubungan dengan sistem reproduksi wanita yang mulai menjalankan fungsinya.
Sejatinya, menstruasi merupakan proses peluruhan dinding rahim yang tidak dibuahi melalui vagina. Siklus ini umumnya berlangsung secara rutin setiap 21 hingga 35 hari atau setiap 28 hari.
Namun, jangan heran apabila selama kurun waktu tersebut Anda tidak mengalami menstruasi atau seringkali terjadi gangguan pada siklus tersebut. Apa sajakah gangguan itu? Lalu, bagaimana tahapan siklus menstruasi? Ikuti penjelasan berikut.
Tahapan Siklus Menstruasi pada Wanita
Adapun beberapa tahapan yang terjadi pada masa menstruasi wanita adalah sebagai berikut:
1. Tahap I
Tahapan pertama adalah fase menstruasi yang biasanya terjadi mulai dari 3 hingga 7 hari. Meskipun demikian, pada kondisi tertentu dan untuk beberapa wanita, masa menstruasi bisa berlangsung hingga 15 hari. Hal ini tentunya bergantung pada kondisi tubuh dari masing-masing wanita.
Tahap ini menunjukkan bahwa lapisan dinding rahim serta sel telur meluruh menjadi darah menstruasi. Biasanya volume darah akan lebih banyak pada saat awal menstruasi, yakni pada hari pertama hingga ketiga.
Di waktu siklus menstruasi ini, biasanya terdapat beberapa bagian tubuh yang terasa nyeri mulai dari perut, punggung, dan panggul. Kondisi ini terjadi karena meningkatnya kadar hormon prostaglandin.
Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kontraksi pada rahim yang berfungsi untuk meluruhkan dinding rahim. Gejala lain yang biasanya terjadi pada wanita saat masa menstruasi adalah pusing, perubahan mood, dan nafsu makan.
2. Tahap II
Setelah masa menstruasi selesai, maka sampailah pada siklus menstruasi berikutnya, yakni masa pra ovulasi dan ovulasi. Tahap kedua ini menandakan bahwa terjadi proses penebalan dinding rahim lagi setelah proses peluruhan.
Kondisi ini terjadi dengan tujuan untuk mempersiapkan rahim yang menjadi tempat untuk sel telur yang berhasil mengalami fertilisasi atau pembuahan oleh sperma. Tahap ini terjadi sewaktu masa ovulasi atau waktu subur wanita.
Waktu subur ini dapat terjadi selama 14 hari setelah hari pertama menstruasi berakhir. Namun, waktu subur setiap wanita berbeda-beda bergantung pada waktu menstruasi dan jadwal keteraturannya.
Setelah masa pra ovulasi, siklus menstruasi berlanjut pada masa ovulasi. Tahap ini menandakan pecahnya folikel sehingga sel telur berhasil keluar dan bergerak menuju rahim melewati tuba falopi.
Proses fertilisasi dapat terjadi setelah sel telur keluar dalam waktu 24 jam. Sedangkan, sel sperma memiliki masa hidup dalam rahim sekitar 3 hingga 5 hari dalam rahim.
Oleh karena itu, pada masa ovulasi ini menjadi waktu yang tepat untuk terjadinya proses pembuahan hingga memberikan peluang yang cukup besar untuk terjadinya kehamilan.
3. Tahap III
Tahap ketiga pada siklus menstruasi yakni premenstrual yang menunjukkan bahwa terjadinya penebalan dinding rahim lagi. Penebalan ini terjadi karena pecahnya folikel yang membuat sel telur keluar hingga terbentuk jaringan korpus luteum. Jaringan tersebut ada di ovarium dan menghasilkan hormon progesteron. Hormon inilah yang nantinya juga memiliki peranan dalam proses penebalan dinding rahim.
Apabila tidak terjadi proses pembuahan, maka Anda akan mengalami gejala PMS atau premenstrual yang berupa terjadinya nyeri pada payudara, pusing, hingga emosi yang tidak stabil.
Saat kondisi ini, korpus luteum juga akan berhenti memproduksi hormon progesteron sehingga kadarnya menurun bersamaan dengan hormon estrogen. Selain itu, jaringan ini juga akan mengalami masa degenerasi serta luruhnya dinding rahim.
Beberapa Gangguan Terkait Siklus Menstruasi
Umumnya, masa haid terjadi secara teratur setiap bulan. Namun, terdapat beberapa gangguan yang terjadi pada beberapa wanita. Gangguan tersebut seperti:
1. Amenorrhea
Jenis gangguan pada siklus menstruasi yang pertama adalah amenorrhea atau tidak mengalami menstruasi. Gangguan ini terbagi menjadi dua, yaitu amenorrhea primer dan sekunder yang seringkali terjadi pada beberapa wanita.
Amenorrhea primer terjadi pada anak yang hingga usia 16 tahun yang masih belum mengalami masa menstruasi. Sedangkan amenorrhea sekunder yakni masa haid yang terhenti selama 3 bulan atau lebih pada wanita dengan usia subur yang sebelumnya telah mengalami menstruasi.
2. Dismenore
Gangguan ini berupa timbulnya rasa nyeri di perut bagian bawah saat awal menstruasi. Biasanya rasa nyeri ini terjadi pada hari pertama hingga ketiga. Bahkan, rasa sakit tersebut dapat menjalar hingga ke bagian paha.
Hal lain yang sering terjadi yakni adanya gejala penyerta seperti rasa mual, muntah, dan nyeri pada kepala. Namun, nyeri ketika menstruasi ini juga dapat disebabkan oleh adanya penyakit tertentu seperti miom rahim, kista, endometriosis, radang panggul, atau penyakit lainnya.
Meskipun demikian, terdapat perbedaan pada rasa nyeri menstruasi karena adanya penyakit lain atau tidak. Saat Anda mengalami nyeri menstruasi normal, maka rasa sakit tersebut akan timbul saat awal masa haid saja.
Kondisi ini juga semakin berkurang seiring bertambahnya usia seseorang. Namun, jika rasa nyeri menstruasi yang Anda alami karena adanya penyakit lain, maka nyeri tersebut bersifat berkepanjangan.
Artinya, selama masa menstruasi itu, rasa nyeri tersebut semakin parah. Bahkan, kondisi ini akan semakin terasa sakit seiring dengan bertambahnya usia.
3. Menorrhagia
Gangguan pada siklus menstruasi berikutnya adalah kondisi pengeluaran darah haid yang berlebihan. Gangguan ini yang seringkali mengganggu aktivitas harian seseorang. Bahkan, keluarnya darah secara berlebihan ini berlangsung lebih dari masa haid normal, yaitu lebih dari 5 atau 7 hari.
Menorrhagia dapat terjadi karena terdapat masalah pada produksi hormon, perubahan pola makan, melakukan aktivitas fisik berlebih, atau hal lainnya.
4. Oligomenorea
Keadaan ini menunjukkan adanya gangguan berupa terjadinya waktu haid yang jarang pada wanita. Bahkan pada kondisi ini, seseorang hanya memperoleh masa haidnya lebih dari 35 atau 90 hari atau mengalami 8 hingga 9 kali haid saja dalam satu tahun.
Oligomenorea seringkali terjadi pada anak usia remaja yang baru saja mengalami masa pubertas dan wanita yang mendekati masa menopause. Hal ini terjadi karena adanya ketidakstabilan hormon dalam tubuh.
5. Premenstrual Dysphoric Disorder
PMDD merupakan gejala dari PMS yang masuk dalam kategori parah. Gangguan pada siklus menstruasi ini memberikan gejala berupa mood yang berubah-ubah, kram atau nyeri perut, pusing, mual, diare, gelisah, mudah marah, dan cemas.
Gejala lain dari PMDD ini dapat berupa susah untuk tidur, nafsu makan yang berlebih, hingga merasakan depresi. Bahkan, seorang wanita yang merasakan gangguan ini akan kesulitan untuk berkonsentrasi, tidak memiliki energi, dan lemas.
Bagaimanakah Siklus Menstruasi yang Anda Alami?
Dari penjelasan tersebut, pernahkah Anda mengalami salah satu gangguan pada saat haid? Atau bahkan Anda pernah merasakan beberapa gangguan itu? Tentunya, setiap wanita memiliki perbedaan pada siklus menstruasi setiap bulannya.
Namun, Anda perlu memperluas wawasan mengenai siklus dan gangguan yang mungkin saja terjadi saat haid. Oleh karena itu, segera lakukan pemeriksaan apabila terdapat gejala yang mengganggu siklus menstruasi Anda.