Tari Janger: Sejarah, Jenis Tari, Makna, Ciri, dan Properti

Tari Janger merupakan tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Bali. Tarian ini memiliki nama Janger karena para penari menari sambil menyanyikan lagu Janger. Penasaran tentang sejarah dan ciri-cirinya? Mari kita bahas lebih jauh mengenai tarian ini di bawah! 

Sejarah Tari Janger

Terdapat tiga argumen mengenai awal munculnya tarian ini. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa tarian ini muncul sebelum tahun 1933. Ada juga yang menyatakan tari ini muncul pada tahun 1920 di daerah Bali Utara.

Sedangkan pendapat yang terakhir mengatakan kemunculan tarian ini pada tahun 1906 di Banjar Kedaton. I Gede Dharna menciptakan tarian ini pada tahun 1902 di Bali Utara berdasarkan catatan sejarah Tari Janger. 

Awalnya, tarian ini merupakan media hiburan untuk petani kopi. Maka dari itu, gerakan yang ada dalam tarian termasuk sederhana dan tidak terlalu rumit.

Tarian ini sering kali ikut dalam pementasan dan mulai dikenal banyak orang pada tahun 1960-an. Kaum elit kemudian juga memakai tarian ini kemudian untuk dalam berbagai kegiatan politik, termasuk PKI.

Hal ini menyebabkan tarian ini sempat dianggap sebagai tarian pro PKI. Asumsi ini menjadikan pertunjukkan tarian ini kerap kali memunculkan pertentangan dan perselisihan di antara masyarakat.

Oleh karena itu, tarian ini mulai jarang ditampilkan dan sempat menghilang setelah peristiwa Gerakan 30 September. Beberapa penari yang dianggap berpihak kepada PKI ikut dibunuh dan dikucilkan. Oleh sebab itu, tahun 1963 menjadi tahun yang kelam untuk kesenian tari ini.

Seiring berjalannya waktu, stigma buruk ini perlahan menghilang dan tarian ini kembali populer pada tahun 1970-an. Pemerintah Bali juga turut serta mempopulerkan tarian ini sebagai tarian pembuka untuk berbagai macam acara dan kegiatan.

Jenis Tari Janger

Sang Hyang yang merupakan tarian bersifat sakral dan hanya ditampilkan di acara-acara tertentu menjadi inspirasi dari Tari Janger. Tarian ini biasa dijumpai di daerah Tabanan, Bangli (desa Metra), Badung (desa Sibang), dan Buleleng (desa Bulian). 

Selain itu, masing-masing daerah memiliki variasi tersendiri dari tarian ini. Di bawah ini adalah penjelasan singkat mengenai variasi dari tarian ini berdasarkan daerahnya:

1. Tabanan

Di dalam jenis tarian dari daerah ini, muncul tokoh Dag. Tokoh ini berpakaian seperti tentara Belanda yang mempunyai tugas memberi aba-aba kepada para penari.

2. Desa Metra, Bangli

Tarian yang berasal dari desa ini dipentaskan dengan ritual kesurupan di akhir pertunjukan. Jenis tarian ini dinamakan Janger Maborbor. Ketika dipentaskan, para penari menari dengan kesurupan sambil menginjak bara api.

3. Desa Sibang, Badung

Jenis yang berasal dari daerah ini dinamakan dengan Janger Gong karena pementasannya diiringi dengan Gamelan Gong Kebyar.

4. Desa Bulian, Buleleng

Jenis tarian dari Desa Bulian khusus dipentaskan oleh para warga desa yang mengalami tunawicara.

Selain jenis tarian yang berdasarkan daerah, terdapat Janger Kedaton di Denpasar dan Janger Singapadu di Gianyar yang merupakan organisasi pemuda khusus untuk mementaskan tarian ini.

Makna Tari Janger

Tari Janger memiliki makna kebahagiaan dan keceriaan dalam kehidupan dan pergaulan muda-mudi. Makna ini juga sesuai dengan lagu pengiring tarian ini.

Mulanya, tarian ini termasuk tari kreasi yang mengambil inspirasi dari para petani kopi yang sedang menghibur diri saat lelah. Para petani tersebut menghibur dengan cara bernyanyi bersahut-sahutan.

Tarian ini juga juga menjadi sarana perkenalan bagi para remaja antara desa satu dengan yang lain. Banyak komunitas yang mengembangkan tarian ini, sehingga tarian ini memiliki banyak variasi. Variasi-variasi tersebut terpengaruh oleh gaya dan ciri khas tersendiri dari masing-masing komunitas.

Seiring dengan perkembangannya, tarian ini mempunyai makna yang berbeda-beda. Tarian ini juga dipentaskan dalam bentuk drama yang menggunakan tarian dengan nama Janger Berkisah.

Ciri-ciri Tari Janger

Ciri-ciri dari tarian ini adalah urutan pementasanya. Urutan pementasannya antara lain pembukaan, pepeson, pejangeran, lakon, dan penutup. Berikut penjelasannya:

1. Pembukaan

Awal dari bagian pembukaan merupakan tabuh dari seperangkat gamelan, antara lain kendang, ceng-ceng, kajar, kendang rebana, klenang, kemong, dan suling.

Umumnya, ada penambahan beberapa tungguh gender wayang yang berlaras selendro. Lagu-lagu di bagian pembukaan biasanya berupa batel tetamburan atau lagu penggalang lainnya.

2. Pepeson

Bagian pepeson mementaskan nyanyian dan tarian bersama yang para penari Janger dan Kecak lakukan. Mereka akan membentuk sebuah formasi di gapura tempat berlangsungnya pementasan.

Kemudian, iring-iringan Janger datang menyambut dan terbagi menjadi dua baris. Pembagian ini yaitu saat para penari Janger sedang duduk, selanjutnya diikuti dengan masuknya para penari Kecak. 

Setelah itu, mereka membentuk formasi saling berhadap-hadapan. Para penari laki-laki dengan Kecak, dan di seberang penari perempuan dengan Janger. Mereka membentuk garis segi empat dalam formasi dengan semua penari menghadap ke arena tari.

3. Pejangeran

Bagian penjangeran mementaskan para penari Kecak dan Janger menari sambil bernyanyi bersama secara bersahut-sahutan. Nyanyian biasanya bertemakan muda-mudi dan dibawakan dalam Bahasa Bali. 

Para penari kemudian bersama-sama larut dalam suasana gembira dan penuh semangat. Para penari Kecak juga bisa berpindah tempat duduk berhadap-hadapan dengan penari Janger.

Setelah bagian ini selesai, semua penari mengubah posisi duduknya menjadi dua baris di sisi arena tari. Hal ini diperlukan agar penari berikutnya yang akan tampil mempunyai ruang gerak yang lebih luas.

4. Lakon

Bagian lakon umumnya mementaskan tentang kisah-kisah seperti kisah lakon Arjuna Wiwaha, Sunda-Upasunda, Gatotkaca Sraya, dan lain-lain. Lakon ini memiliki bentuk seperti prembon yang terdapat unsur-unsur penasarannya, Mentri, Baris atau Jauk, serta Rangda.

Selama pementasan berlangsung, para penari Janger dan Kecak seolah-olah menjadi penonton biasa. Penari Janger akan menggantikan jika membutuhkan penari tambahan, misalnya penari bidadari, kupu-kupu, dan yang lainnya.

5. Penutup

Biasanya, di bagian penutup dari pementasan para penari menyanyikan lagu permohonan maaf dan selamat tinggal kepada para penonton. Setelah melihat tanda berakhirnya pementasan, berangsur-angsur para penonton akan beranjak dari tempat duduknya. Kemudian, para penari akan masuk ke ruang ganti.

Properti Tari Janger

Para penari Janger menggunakan pakaian tradisional Bali. Properti yang harus ada dalam pementasannya antara lain gelungan Janger, kain, sabuk, badong gelang kana, ompak-ompak, oncer, serta kipas prada.

Semua properti ini merupakan aksesoris wajib bagi para penari. Di bawah ini penjabaran mengenai propertinya:

1. Gelungan Janger

Properti pertama yang wajib ada di tarian ini adalah gelungan Janger. Para penari memakai gelungan di atas kepala. Bentuk dari gelungan ini berbeda dari biasanya karena khusus untuk penari Janger.

2. Kain

Properti kain dipakai oleh para penari di tubuh mereka. Corak dari kain memiliki corak khas Bali. Properti ini harus ada karena dapat menunjukkan identitas dari sang penari.

3. Sabuk (Pending Prada)

Sabuk termasuk properti yang para penari gunakan untuk menahan kain atau pakaian yang para penari pakai. Properti ini sangat perlu agar pakaian tidak mudah longgar saat melakukan pertunjukan.

4. Badong Gelang Kana

Properti badong gelang kana, ompak-ompak, dan oncer merupakan aksesoris tambahan bagi penari Janger.

5. Kipas Prada

Kipas prada merupakan salah satu properti wajib oleh penari Janger gunakan dalam berbagai gerakannya. Walaupun penari tidak selalu menggunakan kipas prada di semua gerakan, properti ini tetap harus ada selama pertunjukan berlangsung.

Selain berbagai properti di atas, para penari juga memakai angkeb (penutup) dada, bawahan kamen prada, subeng, dan bunga grengseng satu.

Sudah Paham Mengenai Tari Janger?

Tari Janger mempunyai sejarah yang berliku dan variasi yang bermacam-macam ini bisa menjadi opsi jika ingin mempelajari tarian tradisional dari Indonesia. Tarian yang berasal dari Bali ini merupakan warisan budaya dan perlu kita lestarikan. Jadi, siapkah kamu mengikuti komunitas dan mempelajari tarian ini?

Share: