Prosa Liris: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contohnya Lengkap!

Dalam dunia sastra, banyak sekali jenis karya yang memiliki bentuknya tersendiri. Entah itu puisi lama, puisi baru, prosa, dan prosa liris. Prosa liris sendiri adalah karya yang memiliki irama. Ingin memahami lebih detail mengenai apa itu dari prosa dengan jenis liris, ciri, dan contohnya? Simak selengkapnya di bawah ini!

Pengertian Prosa

Sebelum mengenal lebih lanjut terkait apa itu prosa liris, Anda perlu memahami pengertian prosa terlebih dulu. Pasalnya, ada perbedaan yang sangat mendasar antara prosa dengan prosa jenis liris atau yang kerap kali memiliki sebutan prosa lirik.

Pada dasarnya, prosa adalah sebutan untuk cerita rekaan yang memperlihatkan tokoh dan alur yang semuanya muncul dari imajinasi sang pengarang. Dalam kata lain, prosa dapat Anda artikan sebagai karya fiksi.

Perbedaan Prosa dan Prosa Liris

Ketika sebuah cerita fiksi ditulis dalam bentuk puisi, maka sebutan untuk karya sastra itu adalah prosa lirik. Maka dari itu, biasanya prosa lirik memiliki unsur-unsur yang sering hadir dalam sebuah puisi, yakni baris, rima, bait, dan lain sebagainya.

Intinya, jika prosa tidak terikat pada sajak atau irama. Maka, prosa lirik merupakan karangan yang memiliki irama puisi. Selain istilah prosa lirik (lyric prose), Anda juga sering mendengar istilah puisi naratif (narrative poetry). Keduanya memiliki definisi yang sama, yakni sebuah puisi yang memiliki cerita atau naratif yang runut.

Dalam pengelompokannya, prosa liris adalah salah satu bentuk puisi lama. Pasalnya, prosa lirik memang bukan karya yang baru saja tercipta. Salah satu contoh karyanya adalah prosa lirik dari Tanah Toraja yang memiliki tujuh jenis penceritaan berbeda.

Namun, prosa lirik juga ditulis dalam format baru, seperti misalnya pada “Ikan Bakar” karangan Soni Farid Maulana maupun “Tentang Hal Memberi Nilai” karangan Gilang Angkasa.

Selain itu, prosa lirik lama umumnya memiliki sifat episode objektif. Jadi, penyampaiannya tidak dipengaruhi oleh perasaan si pengarang. Sedangkan prosa lirik baru memiliki sifat yang lebih romantis. Iramanya berubah-ubah mengikuti perasaan si pengarang.

Ciri-Ciri Prosa Liris

Seperti yang sudah Anda baca sebelumnya, prosa liris adalah cerita fiksi yang tertulis dalam bentuk puisi. Namun, seperti apa ciri-ciri prosa lirik yang lebih spesifik? Berikut ini adalah beberapa karakteristik utama dari sebuah prosa lirik:

1. Tidak Terikat Baris dan Bait

Meski merupakan salah satu bentuk puisi lama, namun penulisan prosa lirik tidak pernah benar-benar memiliki aturan baku terkait banyaknya baris dalam satu bait. Bahkan, penulisan prosa lirik kerap kali tersusun dalam bentuk paragraf layaknya sebuah cerita pendek.

Meski begitu, prosa lirik tetep memiliki karakteristik rima yang kerap kali Anda temukan di puisi pada umumnya, khususnya pantun.

2. Kalimatnya Panjang dan Bertumpuk

Ciri-ciri kedua dari sebuah prosa liris adalah dari penulisan kalimatnya. Di banyak contoh prosa lirik, Anda akan menjumpai kalimat yang panjang dan tampak bertumpuk. 

Keputusan untuk membuat karya sastra ini bukan tanpa alasan. Karena lewat penulisan yang menggebu dan menyimpan banyak perasaan di dalamnya, pembaca akan mengalami rasa haru.

3. Lebih Berpusat pada Perasaan

Meski memiliki penceritaan yang sangat kronologis dan naratif, prosa liris kerap kali lebih memusatkan kepada isi hati sang penulis. Peristiwa yang terdapat di sebuah prosa lirik biasanya hanya merupakan “kulit luar” saja. Ada simbolisme di dalam sebuah prosa lirik yang dapat pembaca amati dengan lebih lanjut.

Maka dari itu, prosa lirik biasanya tidak cukup jika hanya sekali baca. Anda perlu memikirkan matang-matang tentang apa yang ingin sang penulis ceritakan atau sampaikan.

Contoh Prosa Liris

Berikut adalah contoh prosa liris yang berupa potongannya supaya Anda mendapatkan gambaran mengenai bentuk dari prosa lirik:

1. Contoh Prosa Liris Berbentuk Paragraf

Berikut merupakan contoh prosa lirik berjudul “IKAN BAKAR” karya Soni Farid Maulana:

Kau nafsu benar melihat jasadku dibakar, sehabis kau bilas berulang-ulang dengan bumbu sedap kecap manis. Aroma gurih dagingku membumbung ke luas langit biru, menyebar ke dalam hutan hingga si belang mengaum, sama laparnya dengan dirimu. Kau tampak tak sabar ingin menyantapku. Sebelumnya, kau sucikan jasadku dengan air jeruk nipis. Kau rendam berulang-ulang. “Demi nikmat yang kelak aku santap!” demikian kau bilang, dan kau lupa mengucap bismillah.

Ya. Bahkan kau lupa dengan sakit gula yang kau derita. Bukankah maut sudah mengincar nyawamu sejak dini hari? Kau membisu, dan aku kembali bertanya kepadamu, apa dosaku, hingga jasadku dibelah dua, dan jeroanku kau buang begitu saja ke dalam tong sampah, padahal Tuhan menciptanya dengan ilmu yang tak terjangkau oleh otakmu? Nafsumu membuat lidahmu kian greng ingin menjilat jasadku yang pulen, yang kau bakar dengan selera orang barbar.

2. Contoh Prosa Liris Berbentuk Bait

Berikut adalah contoh prosa liris berjudul “NYANYIAN ANGSA” karya W.S Rendra:

Majikan rumah pelacuran berkata kepadanya:

“Sudah dua minggu kamu berbaring.

Sakitmu makin menjadi.

Kamu tak lagi hasilkan uang.

Malahan kapadaku kamu berhutang.

Ini beaya melulu.

Aku tak kuat lagi.

Sudah Paham Apa Itu Prosa Liris?

Berikut tadi adalah pengertian dari prosa liris, ciri-ciri, maupun contohnya dari yang bentuk bait hingga paragraf. Sekarang Anda dapat lebih memahami jenis karya sastra yang unik satu ini. Apakah Anda tertarik untuk membuat prosa lirik sendiri?

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page