Kalimat Imperatif: Pengertian, Prosedur dan Contohnya, Terlengkap

Kalimat imperatif merupakan jenis kalimat perintah yang sering muncul di dalam teks prosedur atau lainnya. Selain itu, kalimat ini juga mengandung ajakan atau nasihat. Sementara prosedur penyusunan kalimatnya bisa menambahkan kata di awal kalimat dan imbuhan partikel yang cocok dengan kata-kata tersebut.

Fungsi utama dari kalimat perintah adalah memberikan perintah kepada lawan bicara. Namun, selain itu, kalimat ini memiliki fungsi lain, yaitu ajakan, isyarat, komando, dan larangan. Seluruh fungsinya disesuaikan dengan konteks atau topik yang dibicarakan.

Kalimat perintah ternyata sering digunakan setiap hari. Ciri-ciri dari kalimat ini, antara lain menggunakan tanda baca seru di akhir kalimat, menambahkan kata lain sesuai jenis kalimatnya dan imbuhan partikel “lah” atau “di”, dan posisi subjek tepat berada setelah predikat. Berikut penjelasan lengkapya!

Mengenal Apa Itu Kalimat Imperatif

Secara umum, imperatif adalah salah satu jenis kalimat di dalam tatanan Bahasa Indonesia. Seperti penjelasan sebelumnya, imperatif merupakan jenis kalimat perintah yang sering dijumpai di dalam teks atau kehidupan sehari-hari.

Jenis kalimat ini tidak hanya mengandung makna perintah saja, tapi juga bermakna nasihat atau ajakan.

Dalam penyusunannya, kalimat perintah atau imperatif hanya menggunakan kata kerja atau kalimat verbal tanpa subjek. Sebab, subjek pada kalimat perintah diambil dari konteks yang dibicarakan. Jadi, kalimat perintah ini dapat dengan mudah diterima oleh lawan bicara.

Meskipun jadi salah satu jenis kalimat, keberadaan kalimat perintah ternyata berperan penting dalam objek penelitian, seperti analisis semantik, pragmatik, atau sintaksis. Dalam penggunaan kalimat perintah juga harus melibatkan konteks atau topik obrolan.

Ciri-Ciri Kalimat Imperatif

Salah satu ciri khas dari penggunaan kalimat perintah atau imperatif adalah penggunaan tanda seru di akhir kalimat. Maknanya, pengucapan kalimat perintah akan menggunakan intonasi tinggi. Selain itu, ciri khas dari kalimat perintah lainnya yang perlu diketahui, antara lain:

  • Menggunakan kalimat “tolong”, “ambilkan”, dan “jangan”. Sehingga, kalimat perintah lebih halus.
  • Diikuti dengan partikel “kan” atau “lah”, agar kalimat perintah lebih lengkap dan jelas.
  • Posisi subjek tepat berada setelah predikat. Jadi, struktur kalimatnya jelas.
  • Tanda seru bisa digantikan oleh tanda titik. Hal ini tergantung dengan situasi.
  • Intonasi suara bisa saja rendah, tapi penekanan kalimat perintahnya jelas.

Nah, ciri-ciri kalimat imperatif di atas perlu diketahui, agar bisa membuat dan mengenal kalimat perintah dengan tepat. Ciri-ciri di atas juga hanya dimiliki oleh kalimat perintah, khususnya saat membuat struktur kalimatnya.

5 Fungsi Kalimat Perintah

Keberadaan kalimat perintah memang ditujukan untuk memberi perintah lawan bicara, agar bersedia melakukan sesuatu yang diperintahkan tadi. Selain itu, kalimat perintah juga memiliki fungsi lain, yaitu:

1. Sebagai Bentuk Larangan

Fungsi pertama adalah sebagai bentuk larangan. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan kalimat perintah tidak hanya ditujukan untuk memberikan arahan atau perintah, tapi juga bermakna sebagai larangan.

Larangan ini berhubungan dengan hal-hal yang harus dihindari. Contohnya adalah sebagai berikut:

“Jangan makan dan minum tergesa-gesa!”

Larangan di atas bertujuan agar tidak tersedak saat mengonsumsi makanan atau minuman.

“Jangan terlalu berisik di ruangan ini!”

Larangan kedua ini bertujuan untuk menciptakan suasana tenang dan nyaman. Biasanya, larangan tersebut kerap dijumpai di rumah sakit, ruang kerja, dan tempat lainnya.

“Jangan merokok di area ini!”

Larangan tersebut bertujuan untuk menjaga udara tetap sehat atau menghindari percikan api di area tertentu. Penggunaan jenis kalimat perintah berupa larangan ini biasanya ditemukan di fasilitas umum, seperti area sekolah, SPBU, taman, rumah sakit, dan lainnya.

Berdasarkan tiga contoh di atas, kalimat perintah yang ditujukan sebagai larangan selalu diawali kalimat “jangan”. Kalimat tersebut bisa digantikan dengan kalimat lain, seperti “dilarang”. Namun, agar kalimat perintah lebih terkesan halus, penggunaan kalimat “jangan” bisa menjadi pilihan terbaik.

2. Sebagai Bentuk Komando

Fungsi kalimat imperatif atau perintah yang kedua adalah sebagai bentuk komando. Dalam KBBI, perintah juga bisa bermakna sebagai komando. Hanya saja, penggunaannya hanya digunakan oleh seseorang yang memiliki jabatan.

Maknanya, perintah yang bersifat komando ini diucapkan oleh pemimpin kepada bawahan atau anggotanya. Berikut contoh kalimat perintah bersifat sebagai komando:

“Kerjakan sesuai dengan prosedur yang berlaku!”

“Siapkan 100 personil untuk meredam kerusuhan massa yang sedang berdemo!”

“Perketat keamanan menjelang liburan Idul Fitri!”

“Siapkan strategi lalu lintas untuk menghindari kemacetan jelang lebaran!”

“Tambah jumlah pasukan untuk mengevakuasi korban banjir!”

Contoh-contoh di atas adalah kalimat imperatif yang bermakna sebagai komando. Biasanya, bentuk kalimat ini digunakan untuk lembaga pemerintah, seperti kepolisian atau TNI.

Alih-alih menyebut istilah perintah, lembaga TNI POLRI memang lebih dominan menyebutnya sebagai komando. Apalagi di dalam lembaga ini terdapat pimpinan yang memiliki jabatan tertinggi dan berperan sebagai komandan yang memberikan komando kepada anggotanya.

Komando memang terdengar sebagai kalimat yang baku. Inilah yang kemudian membuat instansi TNI dan POLRI menggunakan kalimat perintah yang bersifat komando.

3. Sebagai Sebuah Isyarat

Kalimat perintah juga berfungsi sebagai penyampaian isyarat kepada lawan bicara. Biasanya, isyarat ini hanya bisa dipahami oleh lawan bicara. Isyarat diberikan sesuai dengan konteks, seperti topik obrolan atau seputar kegiatan.

Namun, tidak semua isyarat atau kode masuk ke dalam kalimat perintah. Seperti penjelasan sebelumnya, kalimat perintah identik dengan seruan atau perintah dalam sebuah percakapan.

Supaya tidak salah, berikut beberapa contoh kalimat isyarat yang termasuk ke dalam jenis kalimat perintah:

“Belilah sesuatu yang kamu butuhkan!”

“Pilihlah makanan yang kamu suka!”

“Ambil saja apa yang kamu inginkan!”

“Jangan ragu, buka saja benda itu!”

“Sabar dulu. Tunggu saja di tempat kemarin!”

Berdasarkan contoh di atas, isyarat yang dimaksud dari kalimat perintah ini adalah konteks yang hanya bisa dipahami oleh lawan bicara. Sedangkan orang lain yang tidak paham dengan konteks atau topik obrolan, maka tidak akan mengerti maksud dari kalimat imperatif tersebut.

4. Sebagai Bentuk Perintah

Tentu saja fungsi utama dari kalimat imperatif adalah sebagai perintah kepada lawan bicara agar mau melakukan sesuatu yang diperintahkan. Supaya lebih sopan atau terdengar halus, penggunaan kalimat perintah bisa ditambahkan oleh kata “tolong” atau “mohon”. Berikut ini contohnya:

“Tolong ambilkan buku di atas meja!”

“Tolong selesaikan pekerjaan sesuai dengan waktunya!”

“Bisa tolong tuangkan teh itu ke dalam gelas!”

“Tolong kunci pagar jika ingin keluar rumah!”

“Tolong bersihkan teras rumah menggunakan sapu!”

“Minta tolong siramkan bunga-bunga di taman seminggu tiga kali setiap pagi!”

“Tolong bangunkan saya jam 08.00 pagi, karena ada meeting kerja!”

“Tolong tutup pintu kamar dengan pelan!”

“Mohon patuhi rambu-rambu jalan!”

“Tolong hati-hati di jalan!”

Contoh-contoh di atas adalah fungsi kalimat perintah yang paling umum digunakan. Agar terkesan lebih sopan dan halus, seseorang yang memberikan perintah akan menyelipkan kata “tolong” atau “mohon” kepada lawan bicara.

Selain lebih halus, lawan bicara yang mendengar dan mendapatkan perintah pun akan merasa dihargai. Kalimat perintah yang halus juga akan bantu membangun komunikasi yang baik.

5. Sebagai Bentuk Ajakan

Fungsi terakhir dari kalimat imperatif adalah sebagai bentuk ajakan. Sekilas, fungsi ini sama seperti kalimat persuasif. Akan tetapi, kalimat perintah berupa ajakan ini lebih bersifat umum.

Karena hampir sama, agar bisa membedakan kalimat perintah berupa ajakan dengan kalimat persuasif, simak beberapa contoh kalimat perintah ajakan berikut ini:

“Ayo segera berangkat ke sekolah agar tidak telat!”

“Ayo kemas pakaian agar kamar tidak berantakan!”

“Yuk, kita pergi menonton pertunjukan teater di balai sore ini!”

“Ayo kerjakan tugas tepat waktu!”

“Ayo bergotong royong membersihkan pekarangan sekolah!”

“Yuk, saling menghargai perbedaan dan pilihan!”

Itulah beberapa contoh sederhana dari kalimat perintah ajakan yang sering dijumpai di kehidupan sehari-hari. Sekilas kalimat ajakan tersebut mirip dengan persuasif, hanya saja tujuan dan konteksnya berbeda.

6 Jenis Kalimat Perintah

Kalimat imperatif terbagi menjadi dua, yaitu kalimat positif yang berisikan perintah atau ajakan, kemudian ada kalimat negatif yang berisikan perintah atau larangan. Secara garis besar, keduanya terbagi lagi menjadi enam jenis, yaitu:

1. Kalimat Perintah Halus

Pertama, kalimat perintah halus. Seperti namanya, kalimat imperatif ini digunakan untuk memberikan perintah secara halus. Selain menggunakan imbuhan kata “tolong”, penggunaan kalimat perintah halus juga bisa diimbuhi oleh kata “di” sebagai kalimat pasif dan diakhiri oleh partikel “lah”.

Kata-kata lain yang juga bisa digunakan untuk menyusun kalimat perintah halus, antara lain “silakan”, “coba” dan “mohon”. Agar lebih jelas, berikut beberapa contoh kalimat perintah kategori halus yang bisa dijadikan sebagai rekomendasi:

  • Tolong jaga kebersihan agar lingkungan tetap nyaman!
  • Tolong datang tepat waktu sebelum toko tutup!
  • Mohon buang sampah sesuai dengan jenis-jenisnya!
  • Silakan duduk dan nikmati camilan di atas meja!
  • Silakan datang kembali lagi jika ada yang perlu ditanyakan!
  • Tolong isi formulir terlebih dahulu, agar data-data tersimpan dalam komputer!
  • Cobalah kesempatan lain lagi dan jangan menyerah!
  • Coba buka jendela itu agar udara di dalam rumah lebih segar!
  • Coba sekali lagi jika kamu gagal hari ini!
  • Mohon tunggu sebentar hingga nama Anda dipanggil oleh customer service!
  • Mohon agar tetap tenang selama ujian berlangsung!
  • Dimohon untuk datang tepat waktu saat upacara minggu depan!

Itulah beberapa contoh kalimat perintah jenis halus yang kerap ditemui di kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penambahan kata-kata, seperti “tolong”, “coba”, dan “mohon” adalah untuk membuat perintah lebih sopan, khususnya kepada orang yang tidak dikenal.

2. Kalimat Perintah Permintaan

Kedua adalah jenis perintah permintaan. Dalam hal ini, penggunaannya digunakan oleh seseorang untuk menyampaikan permintaan kepada lawan bicara dengan melibatkan kata “minta” atau “mohon”.

Penggunaan kata tersebut bisa di awal kalimat atau bahkan di tengah-tengah kalimat. Agar lebih jelas bagaimana cara menyusun kalimat perintah jenis permintaan, simak contoh-contoh berikut ini!

  • Saya minta maaf atas kejadian tahun lalu!
  • Mohon maaf lahir dan batin!
  • Pria itu minta ampun setelah ketahuan mencuri!
  • Mohon hati-hati lain kali, ya!
  • Saya minta segera dikembalikan buku-buku yang sudah dipinjam!
  • Saya mohon masalahnya jangan diperpanjang lagi!
  • Mohon masyarakat tetap tenang di tengah wabah Covid-19, karena pemerintah akan segera turun tangan!
  • Saya minta seluruh pegawai lebih teliti lagi dalam menyelesaikan tanggung jawabnya!
  • Minta perhatiannya sebentar, karena akan ada informasi penting yang akan disampaikan oleh kepala sekolah!
  • Mohon lengkapi berkas-berkas yang sudah ditentukan oleh pihak penyelenggara!

Contoh-contoh di atas merupakan jenis kalimat perintah permintaan yang sering digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Jadi, kalimat perintah juga bisa ditujukan untuk sebuah permintaan yang isinya berupa instruksi melakukan yang diperintahkan.

3. Kalimat Perintah Ajakan

Jenis ketiga adalah kalimat imperatif yang berjenis ajakan. Seperti namanya, kalimat perintah satu ini digunakan untuk mengungkapkan sebuah ajakan kepada lawan bicara.

Kalimat perintah ajakan juga akan menambahkan imbuhan kata-kata, seperti “ayo” dan “mari”. Selain itu, penggunaannya juga bisa ditambah oleh partikel “lah”. Berikut beberapa contoh kalimat perintah berjenis ajakan:

  • Ayo kita sama-sama menjaga ketertiban lingkungan selama bulan suci Ramadhan!
  • Mari jaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan oleh panitia acara!
  • Ayolah kita meriahkan acara perpisahan sekolah yang diselenggarakan minggu depan!
  • Marilah kita sejenak berdoa menurut kepercayaan dan agama masing-masing sebelum mulai bertanding!
  • Ayo sama-sama sukseskan pemilu tahun ini!
  • Mari kita lihat bagaimana perkembangan bibit-bibit bunga mawar kemarin!

Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa menggunakan kalimat perintah ajakan harus diawali kata “ayo” dan “mari”. Bahkan, kata-kata tersebut juga bisa ditambah oleh partikel “lah” di akhir kata. Penggunaan partikel “lah” bukanlah sebuah keharusan, jadi keberadaannya hanya sebuah tambahan.

4. Kalimat Perintah Harapan

Jenis keempat ada kalimat perintah harapan. Jenis kalimat ini digunakan oleh seseorang untuk mengungkapkan sebuah harapan.

Sama seperti jenis kalimat imperatif lainnya, penggunaan kalimat perintah harapan juga harus melibatkan kata-kata, seperti “harap” dan “hendaknya”. Berikut contoh kalimatnya:

  • Harap maklum, karena nenek sudah tua!
  • Harap tenang, selama rapat kerja berlangsung!
  • Hendaknya belajar dengan giat agar lulus ujian!
  • Hendaknya jaga sikap selama tinggal di rumah orang!
  • Harap berhati-hati di jalan, karena hujan cukup deras yang membuat jalanan licin dan jarak pandang terganggu!
  • Harap mengikuti arahan dari petugas selama upacara berlangsung!
  • Hendaknya membayar tagihan tepat waktu, agar tidak terkena denda!
  • Hendaknya datang lebih awal, agar mendapat nomor antrian pertama!

5. Kalimat Perintah Larangan

Jenis kelima ada perintah berupa larangan. Tujuan dari jenis kalimat perintah ini adalah memberikan sebuah larangan kepada lawan bicara. Kalimat perintah larangan termasuk jenis kalimat negatif, karena berisi ajakan untuk tidak melakukan sesuatu.

Kalimat perintah satu ini biasanya ditandai dengan penggunaan kata “jangan” atau “hindari”. Berikut contohnya:

  • Jangan pulang larut malam demi menjaga keselamatan!
  • Jangan menghidupkan handphone selama rapat!
  • Hindari menyimpan air soda di dalam freezer!
  • Jangan salah pilih ukuran sepatu!
  • Jangan terlalu boros membeli benda-benda yang tidak dibutuhkan!
  • Hindari sifat malas bekerja, agar tidak dipecat!
  • Jangan sepelekan arahan dari ketua!
  • Jangan berdiri di sebelah kanan!
  • Hindari memarkir kendaraan di area terlarang!

Contoh-contoh di atas sama seperti contoh fungsi kalimat perintah sebagai larangan yang sudah dijelaskan di poin sebelumnya. Penempatan kata “jangan” bisa diletakkan di awal atau di tengah-tengah kalimat.

Contoh penempatan kata “jangan” di tengah-tengah kalimat, yaitu:

  • Minggu depan jangan memakai baju putih, karena jadwalnya memakai baju batik!
  • Hari ini mendung, jangan pergi keluar rumah tanpa payung atau jas hujan!
  • Setelah makan, jangan buang sampah sembarangan!
  • Lantai masih basah, jangan diinjak!
  • Selama sholat, jangan membuat suasana gaduh!
  • Demi kenyamanan, jangan menutup pintu terlalu kasar!
  • Suasana belum kondusif, jangan ditambah dengan masalah lain!
  • Website sedang diperbaiki, jangan mengunggah file kerja hingga batas waktu yang ditetapkan!

6. Kalimat Perintah Pembiaran

Jenis kalimat perintah terakhir adalah pembiaran. Kalimat ini digunakan seseorang untuk membiarkan sesuatu terjadi.

Prosedur penyusunan kalimat perintah pembiaran harus menggunakan kata “biar” atau “biarkan”. Selain itu, partikel “lah” juga bisa digunakan di akhir kata-kata tersebut. Berikut ini contohnya:

  • Biarkan saja dia menyendiri hingga suasana hatinya membaik!
  • Biarlah itu urusan mereka. Kita tidak perlu ikut campur!
  • Biarkan kucing-kucing itu main di pekarangan rumah!
  • Biarkan aku menunggumu sampai kau kembali!
  • Biarkanlah dia menanggung malu atas perbuatannya!
  • Biarkan waktu yang menjawab semuanya!
  • Biarkan adik membeli buku cerita favoritnya!
  • Biar dia sadar dengan sendirinya!
  • Biar Tuhan yang membalas semua perbuatannya!

Pembiaran juga bagian dari kalimat perintah, karena mengajak lawan bicaranya untuk membiarkan sesuatu terjadi. Hal ini akan membuat lawan bicara menuruti kalimat yang disampaikan.

Meski begitu, penggunaan kalimat perintah jenis pembiaran ini tidak terlalu banyak digunakan seperti jenis kalimat imperatif lainnya. Sebab, penggunaan kalimatnya bisa digantikan dengan kalimat lebih sederhana lainnya. Misalnya:

  • Lupakan saja masalah kemarin!
  • Jangan dibalas perbuatan liciknya!
  • Lebih baik tidur daripada ikut campur masalah tersebut.

Berdasarkan contoh di atas, kalimat pembiaran bisa digantikan oleh kalimat perintah jenis lain, seperti larangan dan ajakan. Jadi, inilah kenapa penggunaan kalimat perintah berupa pembiaran jarang ditemui, karena penerapannya bisa diganti dengan jenis kalimat imperatif lainnya.

Sudah Paham Cara Membuat Kalimat Perintah?

Kalimat imperatif juga disebut sebagai kalimat perintah yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kalimat perintah positif dan kalimat perintah bersifat negatif. Kalimat positif digunakan untuk mengajak melakukan sesuatu. Sedangkan kalimat negatif digunakan untuk sebuah larangan.

Kategori tersebut terbagi lagi menjadi enam jenis, yaitu larangan, ajakan, perintah halus, permintaan, harapan, dan pembiaran. Keenam jenis kalimat perintah tersebut memiliki tujuan dan prosedur penyusunan kalimat yang berbeda-beda.

Share: