Biografi Jokowi: Presiden ke-7 Indonesia Lengkap

Siapa yang tidak mengenal Jokowi? Sebagai Presiden ke-7 Indonesia, sosok satu ini dikenal akan kepemimpinannya yang peduli dengan rakyat. Siapa sangka, perjalanan hidup Jokowi penuh dengan lika-liku perjuangan yang membawanya hingga ke puncak kesuksesan. Untuk lebih dekat dengan beliau, simak ulasan biografi Jokowi berikut ini.

Biografi Jokowi / Joko Widodo

Ir. H. Joko Widodo atau biasa yang dikenal dengan panggilan Jokowi merupakan Presiden ke-7 Republik Indonesia. Beliau menjabat sebagai Presiden RI sejak 20 Oktober 2014, didampingi Muhammad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden. Kemudian terpilih kembali pada Pemilu Presiden 2019 bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

Jokowi berasal dari keluarga yang sederhana. Bisa dibilang keluarga beliau dulunya adalah keluarga kelas menengah ke bawah dalam hal ekonomi. Bahkan, rumahnya pernah digusur sebanyak tiga kali sewaktu kecil. Benar saja, Jokowi pernah mengalami kesulitan dan pahitnya kehidupan dalam memperjuangan pendidikan dan impiannya. 

Namanya semakin melambung ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga terpilih menjadi orang pertama di RI. Kemenangannya dianggap mencerminkan dukungan populer untuk seorang pemimpin yang muda dan bersih, meskipun umurnya sudah mencapai 50 tahun lebih.

Kini, Jokowi telah memiliki 3 anak dari pernikahannya bersama Iriana, yaitu Gibran Rakabuming Raka (1987), Kahiyang Ayu (1991), dan Kaesang Pangarep (1994).

Masa Kecil dan Latar Belakang Jokowi

Jokowi lahir pada tanggal 21 Juni 1961, tepatnya di Rumah Sakit Minulyo, Surakarta, Jawa Tengah. Sewaktu masih kecil, Jokowi memiliki nama asli Mulyono sebelum akhirnya diganti menjadi Joko Widodo dan dipanggil dengan Jokowi.

Lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sudjiatmi, menjadikan Jokowi sebagai anak sulung dan putra satu-satunya dari empat bersaudara. Ia mempunyai tiga adik perempuan yang bernama Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati. Sebetulnya, ia memiliki adik laki-laki yang bernama Joko Lukito, namun meninggal pasca persalinan. 

Kehidupan Jokowi kecil jauh dari kata mewah. Ia pernah menjadi pedagang, ojek payung, hingga tukang kuli panggul. Semua dilakukan demi mencari sendiri kebutuhan sekolahnya dan untuk uang makan sehari-hari. 

Ayahnya berasal dari Karanganyar dan berprofesi sebagai penjual kayu dan bambu. Selain itu, orang tua Jokowi pernah menekuni usaha penggergajian kayu. Bakat inilah yang diwariskan kepada Jokowi kecil untuk memulai bekerja sebagai penggergaji kayu di usianya yang masih 12 tahun. 

Oleh karenanya, kegiatan Jokowi kecil tidak hanya seputar bermain dan belajar. Ia harus membantu ayahnya bekerja dan berjualan kayu serta membantu ibunya mengurus adik-adiknya. Jokowi memang sangat pandai dalam mengatur jadwal kesehariannya. Dari pengalaman masa kecilnya, ia mulai membangun karakter yang kuat. 

Pendidikan Jokowi

Jokowi mengawali pendidikan pertamanya di SD Negeri 112 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah. Letak sekolah ini berada di daerah Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Meskipun begitu, ia tidak pernah menyerah dan tetap berdagang untuk memenuhi biaya kebutuhan sekolahnya.

Setelah tamat dari SD pada tahun 1973, Jokowi melanjutkan studi ke SMP Negeri 1 Surakarta. Ia lulus tepat pada tahun 1976. Jokowi sempat gagal untuk meneruskan sekolahnya di SMA Negeri 1 Surakarta. Alhasil, ia masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta. 

Masih berlanjut, pada tahun 1980 Jokowi melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi dengan mengambil jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM). Ini semua berkat kemampuan akademis dan kerja keras yang dilakukan oleh Jokowi saat itu. 

Tak hanya di bidang akademis, Jokowi tercatat pernah menjadi anggota Mapala Silvagama yang merupakan sebuah unit kegiatan mahasiswa pecinta alam di fakultasnya. Jokowi sangat memanfaatkan waktunya dengan baik selama kuliah. 

Lulus dengan nilai sempurna, Jokowi berhasil menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kotamadya Surakarta” dan menyandang gelar Insinyur (Ir.) dari UGM. Segera lulus dari UGM, Jokowi memilih untuk menekuni profesi sebagai pengusaha mebel.

Memulai Usaha di Bidang Mebel

Pada tahun 1985, Jokowi diterima bekerja di PT Kertas Kraft Ache yang mengharuskan untuk menetap di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Tidak bertahan lama, beliau memutuskan untuk pulang dan menyusul istrinya (Iriana) yang sedang mengandung besar tujuh bulan.

Jokowi memiliki tekad kuat untuk memulai bisnis di bidang kayu. Awalnya, ia bekerja di CV Roda Jati, yaitu usaha milik pamannya yang bernama Miyono. Lalu Jokowi memutuskan untuk membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu pada tahun 1988. Nama Rakabu diambil dari nama anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka. 

Setiap usaha pasti memilki pasang surut, yang artinya usaha tersebut pernah mengalami masa kejayaan dan omset yang menurun. Begitupun juga dengan usaha milik Jokowi. Namun, ia bukan sosok yang mudah menyerah. Jokowi bangkit dan kembali meneruskan bisnisnya dengan pinjaman modal dari Ibunya.

Ketika sedang mengembangkan bisnisnya, Jokowi bertemu dengan Bernard Chene, seorang pria berkebangsaan Prancis yang memberinya panggilan “Jokowi”. Dari situlah asal usul nama Jokowi terus digaungkan. Jokowi, begitu terdengar unik namanya, membuat pria tersebut mudah untuk membedakan dengan nama Joko-Joko lainnya. 

Pertemuannya dengan Bernard membawa berkah tersendiri bagi Jokowi. Ia mendapatkan kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang memotivasinya untuk terjun ke dunia politik yang menjadikannya sebagai Walikota Solo. Jokowi ingin mewujudkan Kota Solo yang bersahabat untuk penghuninya seperti suasana di Eropa.

Kiprah Politik Jokowi

Dari pebisnis, Jokowi akhirnya beralih ke dunia politik yang bisa dikatakan sangat berbeda jauh dibandingkan dengan dunia bisnis mebel milknya. Dengan pengalaman yang masih minim, Jokowi tetap berusaha keras untuk membangun karir politiknya agar semakin berjaya.

Pada tahun 1998, Jokowi memulai karir politiknya diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Partai yang memiliki bendera banteng ini menjadi awal bagi Jokowi untuk menjabat Walikota Surakarta, Gubernur DKI Jakarta, hingga terpilih untuk duduk di tahta kepresidenan RI.

1. Walikota Surakarta

Pada tahun 2005, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) kota Solo berlangsung. Saat itu, Jokowi dimandatkan untuk maju sebagai calon walikota Surakarta yang diusung oleh PDI-P dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia berpasangan dengan FX. Hadi Rudyatmo sebagai wakil walikota. 

Mereka berhasil terpilih dengan perolehan suara sebanyak 36.62%. Ini menjadi awal kepemimpinan Jokowi di Kota Solo. Kesempatan ini beliau gunakan untuk menata Kota Solo menjadi kota terbaik yang ramah lingkungan dan asri. 

Alhasil, Kota Solo menjadi salah satu bahan kajian di banyak universitas dalam dan luar negeri berkat tatanan yang lebih rapi. 

Selain itu, Jokowi juga berhasil menjadikan Kota Solo sebagai tuan rumah beberapa acara, termasuk agenda internasional. Acara tersebut meliputi Performing Arts Festival (2009), Euro-Asia World Heritage Cities Conference and Exhibition (2008), Solo International Ethnic Music Festival (SIEM) (2007 & 2008), dan lain sebagainya. 

Lebih kerennya lagi, Jokowi memperkenalkan bus Batik Solo Trans dan menata ulang arus jalanan kota. Branding Kota Solo sebagai kota budaya dan batik semakin melejit. 

Terlebih lagi, pada tahun 2011, kota tersebut dinobatkan menjadi ibu kota batik Indonesia. Adapun berbagai fasilitas konvensi dan hotel turut dikembangkan agar lebih maju.

Jokowi tak melupakan program lainnya, seperti memperbaiki transportasi warisan pemerintahan yang terhambat. Jokowi dan Hadi berhasil meremajakan transportasi umum, seperti armada bus kecil dan bus Transjakarta. Kota Solo benar-benar disulap menjadi kota yang indah di tangan Jokowi. 

Jokowi juga mampu merelokasi pedagang kaki lima barang bekas di Taman Banjarsari dengan tertib. Ia berhasil mendapatkan atensi penuh dan respon positif dari masyarakat dengan gaya “blusukan” yang merakyat.

Berkat perubahan yang luar biasa terhadap perkembangan Kota Solo, Jokowi terpilih kembali menjadi Walikota Surakarta pada tahun 2010. Di periode kedua ini, bahkan jumlah perolehan suara yang ia dapatkan melebihi 90% dari total keseluruhan. Ini tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan Jokowi yang sudah melekat di hati masyarakat.

2. Gubernur DKI Jakarta

Kepemimpinan Jokowi saat menjadi Walikota Solo periode keduanya hanya bertahan 2 tahun saja. Selanjutnya, ia ditunjuk oleh partai PDI-P untuk bersaing dalam Pilkada DKI Jakarta 2012. Ia disandingkan dengan Basuki Tjahaja Purnama, melawan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dari Partai Demokrat.

Lagi-lagi, Jokowi berhasil menang dan terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012 dengan perolehan presentase 53.82%. Meskipun pada awalnya pasangan ini tidak diunggulkan, namun keduanya mendapat dukungan dari tokoh-tokoh penting dan antusias rakyat dalam menyambut wajah gubernur baru.

Dalam kepemimpinannya menjadi gubernur bersama Ahok, banyak sekali hal-hal yang harus direalisasikan. Jokowi menerapkan kebijakan-kebijakan penting untuk warga DKI Jakarta seperti kampung deret, Kartu Jakarta Pintar (KJP), dan Kartu Jakarta Sehat (KJS). 

Selain kebijakan tersebut, Jokowi juga memperbaiki saluran air melalui program Jakarta Emergenci Dredging Initiative (JEDI). Program ini juga dikenal dengan sebutan Proyek Darurat Penanggulangan Banjir Jakarta. Beliau juga mengupayakan pengelolaan Sumber Daya Air yang lebih melalui akuisisi Aetra dan Palyja.

Tak hanya itu, perannya ketika menjabat sebagai gubernur mampu memunculkan beberapa program kreatif, seperti Pesta Rakyat, Jakarta Night Festival, dan Festival Keraton Sedunia. 

Kebijakan lainnya yang dibuat meliputi pengurangan diskriminasi dan nepotisme dalam lingkup Pegawai Negeri Sipil (PNS). Namun, kebijakan tersebut menjadi boomerang dan menerima penolakan dari berbagai pihak.

Masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta bertahan hanya dalam kurun waktu dua tahun (15 Oktober 2012 – 16 Oktober 2014). Rekam jejak dan popularitasnya sebagai pemimpin bangsa membawanya maju ke kursi presiden. 

3. Menjadi Presiden Republik Indonesia ke-7

Setelah berhasil menjadi Walikota Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta, karir politik Jokowi semakin melejit seiring dengan gayanya yang sederhana dan pro rakyat. Oleh karena itu, Jokowi digadang-gadang menjadi calon kandidat yang kuat dalam Pemilu Presiden 2014. 

Pada tanggal 19 Mei 2014, Jokowi secara resmi mengumumkan bahwa dirinya akan mencalonkan menjadi salah satu kandidat presiden bersama Jusuf Kalla sebagai calon wakil presidennya. 

Mereka didukung penuh oleh berbagai partai, seperti Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), PDI-P, dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). 

Pada Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014, ada dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan bertarung. Diantaranya adalah pasangan koalisi Indonesia hebat yakni Joko Widodo – Jusuf Kalla, berhadapan dengan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dengan aliansi koalisi merah putih. 

Penetapan hasil suara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 31 Mei 2014 menyatakan bahwa pasangan Jokowi dan Jusuf Kall menang dengan perolehan presentase 53.15%. Lagi-lagi, karir politik Jokowi semakin bersinar hingga berhasil menduduki kursi kepresidenan RI untuk periode 2014 – 2019.

a. Kebijakan Periode ke-I

Kebijakan yang dilakukan di masa kepemimpinan sebagai Presiden RI adalah dengan meluncurkan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Keluarga Sejahtera, hingga Program Keluarga Harapan (PKH) untuk membantu perekonomian warga yang kurang mampu.

Progam tersebut untuk meneruskan dan memperbaiki kelanjutan program yang sudah ada. Pada akhirnya, program tersebut berhasil direalisasikan untuk membantu warga yang membutuhkan, baik di sektor pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain sebagainya.

Contoh kebijakan lainnya adalah pada bidang pertanian. Jokowi membagikan 1099 unit traktor tangan kepada warga Subang dengan harapan dapat meningkatkkan produksi petani. 

Lanjut dalam bidang kelautan, ia menginstruksikan perlakuan keras terhadap pencurian ikan ilegal. Ia berharap razia terus diadakan dan membasmi pelanggaran kapal.

Selain itu, Jokowi juga fokus untuk membangun infrastruktur secara merata di beberapa titik kota, tak terkecuali infrastruktur di Papua. Banyak bangunan dan transportasi yang dibenahi sehingga terlihat lebih baik. Hal ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dengan negara-negara lain. 

Ketika Konferensi Asia Afrika pada 22 April 2015, Jokowi menyampaikan argumentasinya mengenai perlunya mereformasi lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan organisasi internasional lainnya. Beliau dipandang berani dalam menyampaikan kritiknya di hadapan lembaga-lembaga prestisius dunia. 

b. Kebijakan Periode ke-II

Setelah menjalani masa jabatan lima tahun sebagai presiden bersama Jusuf Kalla, kepemimpinan Presiden Joko Widodo berlanjut hingga 2 periode. Beliau mantab untuk meneruskan periodenya sebagai orang pertama di Republik Indonesia.

Ia mengumumkan pencalonannya kembali dalam Pemilihan Presiden 2019 dengan menggandeng Ma’ruf Amin yang merupakan seorang ulama, dosen, serta politikus Indonesia yang pernah aktif di Majelis Ulama Indonesia. Lagi-lagi, Pemilu Presiden dimenangkan oleh Joko Widodo bersama Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden. 

Mereka mendapatkan perolehan suara sebanyak 55,50%, sedangkan lawannya Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno memperoleh 44,50%. Hasil ini telah secara resmi diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 21 Mei 2019. Dengan kata lain, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi tetap tinggi. 

Gaya Kepemimpinan ala Jokowi

Jokowi terkenal dengan ciri khas kepemimpinan yang terjun langsung untuk berinteraksi dengan rakyatnya. Ia lebih suka mengunjungi para warganya, baik itu di pasar maupun berkunjung langsung ke rumah. Gaya tersebut lebih dikenal dengan sebutan blusukan.

Sejak menjadi Walikota Solo, Jokowi sudah memulai kebiasaan ini untuk sekedar menyapa para warganya atau mendengarkan keluh kesah mereka. Kebiasaan inilah yang terbawa hingga sekarang saat duduk di kursi kepresidenan. Pendekatan ini berhasil membuat para masyarakat kagum dengan sosok Jokowi. 

Selain itu, Jokowi memiliki ciri khas sebagai pemimpin yang karismatik dalam membuat masyarakatnya patuh untuk melaksanakan kebijakan-kebjakan yang telah ia buat. Sosok Jokowi berhasil menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya dengan karisma beliau yang dianggap dapat membentuk tata pemerintahan yang bersih.

Penghargaan Jokowi

Sejak kemunculannya di dunia politik, Jokowi memang menyita banyak perhatian dari berbagai kalangan. Mulai dari gaya kepemimpinan, kebijakan yang dibuat, hingga cara bersosialisasi dan bernegosiasi dengan para pemimpin asing. Sementara itu, beliau telah mendapatkan beberapa penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

1. Best City Award Asia Tenggara

Ketika masih menjabat sebagai Walikota Solo, beliau mendapatkan Best City Award dalam konferensi Partnership for Democratic Local Governance in Delgosea di Bangkok, Thailand. Pencapaian ini adalah salah satu bentuk keberhasilan beliau dalam merealisasikan kebijakan-kebijakan untuk warga Solo.

Penghargaan tersebut ditujukan untuk Jokowi karena beliau telah berhasil melakukan pendekatan kepada warganya agar mau memahami dan menaati kebijakan pemerintah kota dengan tertib.

2. Wali Kota Terbaik No. 3 Dunia

Tak hanya itu, Jokowi juga raih penghargaan sebagai Walikota Terbaik Ketiga Dunia dalam pemilihan World Mayor Project 2012 oleh The City Mayors Foundation. Beliau  menjadi urutan ketiga sedunia karena keberhasilannya dalam mengubah Kota Solo dari kota yang banyak tindak kriminal menjadi kota dengan penuh seni dan budaya. 

Kota Solo menjadi daya tarik bagi para wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Ditambah lagi, Jokowi mendapatkan reputasi baik sebagai politisi yang paling jujur di Indonesia. Ia sangat gencar untuk mengedukasi kampanye anti korupsi.

3. Rising Leader

Penghargaan lainnya yaitu Men’s Obsession Decade Award dalam kategori Rising Leader. Anugerah ini diterima oleh Jokowi sebagai salah satu bentuk khusus kepada tokoh lintas bidang serta lintas badan usaha dan bisnis. Penghargaan ini menjadi salah satu bukti pencapaian kepemimpinan Jokowi.

4. Piala Citra Bhakti Abdi Negara

Sementara itu, Jokowi juga tercatat telah menerima penghargaan Piala Citra Bhakti Abdi Negara. Pada tahun 2008, kategorinya adalah Pelayanan Publik dan Piala Citra Bidang Pelayanan Prima Tingkat Nasional. 

Kemudian, satu tahun setelahnya, yakni di tahun 2009, masih mendapatkan lagi piala tersebut dengan kategori Kinerja Kota dalam Penyediaan Sarana Pelayanan Publik, Kebijakan Deregulasi, Penegakan Disiplin dan Pengembangan Manajemen Pelayanan. Lalu, piala tersebut didapatkan lagi sebagai Inovasi Pelayanan Prima pada tahun 2010.

5. Top 50 Pemimpin Dunia

Menariknya lagi, Jokowi pernah masuk The World’s 50 Greatest Leaders. Kala itu, Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ia menjadi pemimpin No. 37 terbaik versi majalah Fortune atas jasanya membersihkan kota dan menuntaskan korupsi. Dalam daftar tersebut, peringkat pertama diduduki oleh Paus Fransiskus. 

6. Global Citizen Award

Baru baru ini, Presiden Jokowi mendapatkan anugerah Global Citizen Award dari Atlantic Council. Penghargaan ini diberikan dalam acara Global Food Security Forum yang diselenggarakan pada tanggal 13 November 2022 di Kecal Ballroom Sofitel Nusa Dua Beach Resorts.

Jokowi menyebutkan bahwa anugerah ini merupakan ajang meningkatkan kinerja dan perannya sebagai pemimpin dalam menyelesaikan permasalahan dunia. Beliau juga menganggap penghargaan ini sebagai motivasi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik lagi.

Masih banyak penghargaan-penghargaan lainnya yang diterima oleh Presiden Jokowi selama dirinya masuk ke dunia politik. Diantaranya adalah Social Media Award untuk tokoh yang aktif berinteraksi melalui media sosial, 10 Tokoh Pilihan 2008, Good Governance Award, Tokoh Seputar Indonesia 2013, dan  lain sebagainya. 

Apa Pendapat Kalian setelah Membaca Biografi Jokowi?

Banyak sekali teladan dan pembelajaran yang menarik yang bisa diambil dalam biografi Jokowi diatas. Siapa sangka, seseorang dengan latar belakang kelas menengah ke bawah bisa menjadi presiden bahkan untuk kali keduanya. Rekam jejak berpolitiknya bisa dikatakan mulus, terbukti selalu menang dalam pemilihan umum. 

Terlebih lagi, Jokowi merupakan presiden pertama Indonesia yang membuktikan dapat berhasil menduduki kursi pemerintahan meskipun bukan berasal dari keluarga militer ataupun jajaran elite politik. Ini semua berkat kerja keras beliau yang tidak pantang menyerah dan sikapnya yang sederhana berhasil mengambil hati masyarakat.

Siapapun masyarakat Indonesia yang membutuhkan motivasi atau panutan, Jokowi bisa jadi salah satu inspirasi terbaik. Tidak hanya beliau memiliki budi pekerti yang baik, namun juga metode kepemimpinannya bisa jadi contoh di masa depan.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page