Apa itu Romusha? Pengertian, Tujuan, Motif, dan Dampaknya

Ketika belajar tentang sejarah masa penjajahan terhadap bangsa Indonesia, Anda akan menemukan kata Romusha. Ini merupakan istilah yang erat kaitannya dengan masa penjajahan Jepang selama World War II atau Perang Dunia II.

Para penjajah tersebut kemudian membentuk kelompok yang isinya para penduduk pribumi. Kemudian menjadikan mereka sebagai buruh kasar dan di bawah langsung kekuasaan Jepang.

Pengertian Romusha

Bendera Jepang
Bendera Jepang | Sumber: media.istockphoto.com

Romusha merupakan sistem kerja paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Kata ini asalnya dari bahasa Jepang yaitu “Ro” yang artinya buruh dan “Musha” yang berarti tentara atau prajurit. Istilah tersebut kemudian populer dan bahkan terkenang hingga sekarang.

Warga pribumi pada waktu itu mengalami paksaan dan bahkan penyiksaan untuk bekerja dalam membangun infrastruktur. Beberapa bangunan tersebut antara lain: pelabuhan, jalan, landasan pacu, serta proyek konstruksi lainnya.

Selama penjajahan Jepang yang berlangsung antara 1942 sampai 1945, total ribuan atau bahkan ratusan ribu masyarakat yang harus melakukan kerja paksa. Bahkan, mereka harus menjalankan pekerjaan tersebut dalam waktu lama dan tanpa mendapatkan perlindungan secara memadai.

Tak sedikit juga yang mengalami penindasan, penyakit, kelaparan, dan kekerasan. Kehidupan serta kesejahteraan masyarakat yang melakukan kerja paksa sangat diabaikan pemerintah Jepang. Akhirnya, banyak yang meninggal karena pekerjaan yang sangat ekstrem.

Sistem kerja paksa tersebut menjadi salah satu kejadian tragis selama masa penjajahan Jepang. Pasca Perang Dunia II, banyak para korban kerja paksa tersebut yang menceritakan seperti apa pengalaman pahit yang mereka alami.

Tentu saja Jepang menerapkan sistem kerja yang kejam tersebut bukan tanpa alasan. Ada beberapa alasan mengapa Jepang memberlakukan sistem kerja paksa terhadap warga pribumi.

Motif atau Latar Belakang Romusha

Ilustrasi Romusha
Ilustrasi Romusha | Sumber gambar: Kompas.com

Berdasarkan sejarah, Jepang secara resmi ikut terlibat dalam Perang Dunia II pasca mengobarkan Perang di Asia Timur Raya maupun Perang Pasifik. Jepang menyerang pangkalan militer milik Amerika Serikat yang berada di Pearl Harbour, Hawaii, pada bulan Desember 1941.

Setelah serangan tersebut, hanya dalam kurun waktu beberapa bulan Jepang berhasil menguasai beberapa kawasan di Asia Tenggara. Kawasan tersebut termasuk Indonesia yang berhasil direbut dari Belanda di awal Maret 1942.

Akan tetapi, Jepang mulai terlihat kehilangan kembali terhadap Pasifik pada Juni 1942. Para pemimpin pasukan perang Jepang juga melihat bahwa kondisi militer yang berada di teater Asia-Pasifik sudah tak lagi memihak mereka.

Kemudian, persediaan makanan Jepang serta wilayah yang menjadi jajahannya juga semakin menipis. Kondisi tersebut merupakan dampak perdagangan internasional. Jepang terus berusaha menemukan cara agar mampu keluar dari situasi ini.

Agar bisa terus mengobarkan perang serta mengamankan logistik, pada akhirnya Jepang menemukan cara yaitu dengan pengerahan romusha. Dari sinilah awal mula penderitaan masyarakat Indonesia yang harus melakukan kerja paksa dengan upah yang kecil.

Kapan Romusha Terjadi?

Perlu Anda ketahui bahwa kerja paksa yang sangat menyengsarakan ini berlangsung dalam waktu 3 tahun, yakni sejak 1942 sampai 1945. Mulai Februari 1942, Jepang sudah menargetkan jika Jawa akan dijadikan sebagai sumber utama untuk tenaga kerja mereka.

Alasannya karena Jawa memiliki lokasi yang strategis. Selain itu, populasi penduduk Jawa pada waktu itu relatif besar, yaitu kurang lebih 70 juta penduduk. Pada awalnya memang Jepang terkesan tak memaksa dalam merekrut para pegawai untuk melakukan kerja paksa tersebut.

Mereka mulanya hanya ingin masyarakat melakukan pekerjaan secara sukarela. Kemudian banyak pengangguran yang bersedia untuk mendaftarkan dirinya karena diiming-imingi upah.

Sebagian besar dari para pekerja tersebut bekerja di kawasan keresidenan alias provinsi sesuai asal mereka. Sementara itu, contoh romusha yaitu orang Yogyakarta dikirim ke Jakarta sebagai pekerja di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dan menjadi buruh angkut.

Pekerjaan yang semula bersifat sukarela tersebut kemudian berubah menjadi perbudakan. Bukan sekadar kepala desa yang mendapatkan tugas menunjuk warga yang hendak direkrut, melainkan para tentara Jepang yang secara langsung mengurus, mencari, serta membawa orang-orang untuk dijadikan pekerja.

Pemerintah Jepang mengatakan bahwa masyarakat akan bekerja selama beberapa bulan. Akan tetapi, faktanya mereka malah terjebak di dalam perbudakan dalam jangka beberapa tahun. Mereka juga bukan sekadar bekerja sesuai wilayah tempat tinggalnya, melainkan dikirim jauh dan bahkan sampai ke luar negeri.

Beberapa negara tempat romusha bekerja seperti Malaysia, Singapura, dan Myanmar. Selain harus melakukan pekerjaan sangat berat dengan upah rendah, masih ada persoalan lain, yaitu kurangnya makanan serta fasilitas kesehatan. Belum lagi siksaan dari tentara Jepang ketika ada pekerja yang melakukan tugasnya secara tidak benar.

Tujuan Romusha

Beberapa tujuan Jepang memberlakukan sistem kerja paksa antara lain:

1. Proyek Infrastruktur

Tujuan yang pertama yaitu untuk membangun landasan pacu, jalan raya, jembatan, pelabuhan, maupun proyek-proyek lain sesuai kebutuhan Jepang. Dengan infrastruktur yang baik, maka transportasi serta logistik akan lancar sehingga membuat Jepang semakin kuat.

2. Kebutuhan Ekonomi

Masyarakat pribumi juga dipaksa untuk bekerja di bidang ekonomi. Misalnya memproduksi serta mengolah sumber daya alam. Banyak masyarakat Indonesia harus bekerja secara terus-menerus untuk menambang batu bara, mengolah hasil pertanian, dan sebagainya.

Semua industri yang dianggap penting oleh Jepang maka di situ berlaku romusha. Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut memerlukan tenaga manusia yang sangat banyak.

3. Keberlanjutan Pemerintahan Jepang

Penerapan sistem kerja paksa juga bermaksud untuk memastikan pemerintahan Jepang tetap berlanjut. Kegiatan tersebut juga bertujuan agar stabilitas pemerintahan Jepang tetap terjaga melalui pemanfaatan para tenaga kerja pribumi.

4. Eksploitasi SDM

Penerapan romusha juga bermaksud sebagai usaha untuk melakukan eksploitasi SDM atau sumber daya manusia. Masyarakat harus bekerja dengan pekerjaan yang berat tanpa menerima gaji yang layak. Bukan hanya itu, tak ada jaminan perlindungan dan hak-hak mereka sebagai pekerja juga tak dihormati.

Dampak Romusha

Kerja paksa dari pemerintahan Jepang sudah pasti sangat berdampak terhadap para tenaga kerja. Salah satu dampaknya yaitu mereka kerap mengalami siksaan serta kelaparan. Para pekerja juga harus menjalankan pekerjaan berat dan Jepang tidak peduli meskipun kondisi mereka sedang sakit.

Beberapa aktivitas berat seperti menghancurkan batu-batu pegunungan, meratakan bukit, menebang kayu, dan sebagainya harus mereka kerjakan dan selesaikan. Jika ada yang dianggap bekerja tidak sesuai, maka para penjajah tersebut akan langsung menyiksa pekerja.

Kondisi tersebut menyebabkan banyak masyarakat pribumi yang mengalami kesakitan, kekurangan makanan, dan bahkan kematian. Romusha juga mengakibatkan masyarakat sangat kesulitan untuk memperoleh makanan, khususnya para petani.

Lalu gelandangan semakin tumbuh subur di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bandung. Banyak yang terlihat kelaparan, baik di jalanan maupun kolong jembatan. Selain kelaparan dan kematian, masyarakat juga masih harus menderita penyakit kudis.

Belum lagi black market mulai tumbuh dan semakin berkembang. Kondisi tersebut mengakibatkan semakin sulitnya untuk mendapatkan kebutuhan karena jumlahnya yang semakin sedikit.

Masyarakat tinggal dalam kesulitan dan uang yang dikeluarkan Jepang pun tak ada jaminannya serta mengalami inflasi sangat parah. Penderitaan pun semakin parah dan itu berlangsung dalam waktu yang lama.

Tujuan Jepang Menjajah Bangsa Indonesia

Tank dan kapal perang sebagai ilustrasi Perang Dunia II
Tank dan kapal perang sebagai ilustrasi Perang Dunia II | Sumber: media.istockphoto.com

Berdasarkan fakta sejarah, Maret 1942 Belanda secara resmi menyerahkan kekuasaannya tanpa syarat pada Jepang. Lalu Jepang juga mengambil alih Indonesia yang sangat terkenal akan SDA atau sumber daya alamnya.

Setelah itu, Jepang mulai melakukan berbagai pembangunan di kawasan industri yang merupakan bekas jajahan dari negara Eropa. Ada beberapa tujuan mengapa Jepang menduduki Indonesia, yaitu:

  • Menjadikan Indonesia sebagai kawasan penghasil suplai minyak mentah serta bahan bakar yang dipakai untuk kebutuhan industri Jepang.
  • Indonesia merupakan tempat untuk memasarkan berbagai hasil industri Jepang.
  • Memperoleh tenaga buruh dengan membayarnya sangat mudah.

Dalam mencapai tujuannya, Jepang melakukan beberapa propaganda agar menarik simpati dari masyarakat Indonesia, di antaranya:

  • Jepang menganggap dirinya sebagai saudara tua dari bangsa Asia serta berjanji akan membebaskan Asia atas penindasan bangsa Barat.
  • Negara Jepang memperkenalkan slogan 3A yakni Jepang adalah Pemimpin Asia, Jepang merupakan Pelindung Asia, serta Jepang Cahaya Asia.
  • Jepang berjanji pada Indonesia bahwa masyarakatnya bisa beribadah haji asalkan mau menjual barang-barangnya dengan harga murah.

Apa Anda Sudah Tahu Mengenai Romusha?

Sekian pembahasan seputar sejarah romusha serta dampaknya bagi bangsa Indonesia. Ini adalah sistem kerja paksa yang sangat menyengsarakan rakyat Indonesia pada waktu itu dan banyak menimbulkan korban jiwa.

Kita patut bersyukur akhirnya bangsa Indonesia bangkit dan melawan Jepang. Hingga pada akhirnya berhasil merebut kemerdekaan dan memproklamasikannya pada 17 Agustus 1945.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page