Waisak adalah: Sejarah, Tujuan, Makna dan Kegiatan

Kita semua pasti sudah tidak asing dengan Hari Raya Suci Waisak karena selalu ditetapkan sebagai libur nasional. Waisak adalah hari raya suci yang masih dirayakan oleh umat Buddha hingga kini. 

Meski sering mendengar hari raya ini, tapi, tahukah Anda seperti apa sejarah hari raya ini sampai bisa terus berkembang hingga sekarang? Yuk, simak penjelasan tentang hari raya umat Budha termasuk tujuan, makna, dan kegiatan perayaannya! 

Sejarah Hari Raya Waisak

Patung Buddha di Vihara
Patung Buddha di Vihara | Sumber gambar: Freepik.com

Waisak adalah sebuah hari raya yang dirayakan di berbagai dunia mengingat, tingginya pemeluk agama Buddha dan tersebar di belahan dunia. 

Tidak heran, perayaan hari Waisak punya berbagai versi nama dan perayaan. Beberapa nama hari perayaan Waisak di berbagai negara seperti Vesak di Malaysia, Singapura, dan Sri Lanka, Visakha Bucha di Thailand, Saga Dawa di Tibet, dan Buddha Purnima di India. 

Sementara di Indonesia, Hari Raya Waisak juga dikenal dengan Hari Tri Suci Waisak. 

Menariknya, penanggalan Hari Raya Waisak berbeda-beda setiap tahunnya karena mengikuti penanggalan kalender Buddha atau Buddhist Era. Tapi, Hari Raya Waisak selalu jatuh pada bulan Mei setiap tahunnya dan dirayakan saat bulan purnama. 

Tingginya pemeluk agama Buddha, khususnya di Asia Tenggara membuat Hari Raya Waisak pun menjadi hari libur nasional, seperti halnya di Indonesia.  

Tapi, seperti apakah kisah dibalik Hari Raya Waisak dan kapankah masyarakat dunia mulai merayakan hari besar ini? Mengutip dari Media Indonesia, hari Waisak sudah mulai dilakukan dan berlangsung sebelum abad ke-19.

Pada awalnya, penduduk beragama Buddha meminta agar Hari Suci Waisak bisa tetap diakui secara resmi layaknya hari-hari besar keagamaan lainnya guna memperingati tiga peristiwa penting dalam hidup sosok Buddha Gautama. 

Bagi umat Buddha, Buddha Gautama telah mengajarkan kepada banyak orang tentang jalan menuju kebebasan dari segala ketidaktahuan, keluar dari semua nafsu dan keinginan, serta bereinkarnasi setelah penderitaan. 

Mulianya perjalanan Buddha inilah yang menginspirasi lahirnya perayaan Hari Tri Suci Waisak. Negara Sri Lanka mengadakan sebuah konferensi pertama bagi World Fellowship of Buddhists atau Persekutuan Buddhists Sedunia untuk menetapkan perayaan Waisak sebagai hari lahir Buddha untuk berbagai negara. 

Berdasarkan kesepakatan ini, Perayaan Hari Tri Suci Waisak dilakukan setiap Bulan Purnama Pertama di Bulan Mei. Pemilihan tanggal ini pun berdasarkan pada penanggalan India Kuno. 

Tujuan Hari Tri Suci Waisak 

Waisak adalah sebuah hari yang menandai tiga peristiwa penting yang dialami oleh Guru Agung Umat Buddha, Siddharta Gautama. 

Adapun tiga peristiwa yang dimaksud adalah kelahiran Buddha, perjalanan Buddha menuju pencerahan sempurna, dan keberangkatan sang Buddha.

Tiga peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan Hari Tri Suci Waisak atau yang kita kenal dengan Hari Raya Waisak yang mulai dirayakan sekitar pada abad ke-5 Sebelum Masehi. 

Tentunya sejarah kelahiran Hari Raya Waisak tidak bisa lepas dari sejarah perjalanan Buddhha Gautama itu sendiri yang dilahirkan sebagai guru. Ia lahir sebagai seorang anak Raja yang memiliki kemewahan serta kekayaan. 

Tapi, ia memiliki pemikiran yaitu kemewahan dan kekayaan tersebut tidak dapat menjamin kebahagiaan seseorang. 

Siddharta Gautama saat itu memperoleh pencerahan di bawah sebuah pohon bernama Bodhi yang berada di daerah bernama Bodh Gaya, yang berlokasi di India. 

Tempat itu pun kini menjadi tempat bersejarah sekaligus disucikan oleh umat Buddha. Mulai dari tempat tersebut, seorang Buddha Gautama memulai kisahnya berkeliling sebagai tunawisma dan belajar bermeditasi selama kurang lebih enam tahun. 

Dalam perjalanannya itu, ia belajar dan senantiasa mempraktekkan kehidupan asketisme, kehidupan yang tidak ada kenikmatan duniawi guna memperoleh keuntungan spiritual. Perjalanannya tersebut yang menghantarkan Buddha pada sebuah pencerahan sempurna. 

Sementara itu, Perayaan Waisak ditujukan untuk merenungkan dan menghormati sifat Buddha. 

Pada renungan ini, seluruh umat Buddha juga turut merenungkan perbuatan mereka selama setahun belakangan dan berharap mereka tidak mengulangi hal-hal buruk yang sudah mereka lakukan. 

Selain itu, perayaan ini juga bertujuan untuk menghormati para leluhur termasuk juga sosok Buddha Gautama yang telah menyebarkan kepercayaan tersebut. 

Hari Raya Waisak pun bisa menjadi contoh baik bagi semua orang. Beberapa ajaran Buddha yang layak diteladani adalah memberikan cinta kasih kepada semua makhluk yang ada di bumi. 

Cara yang bisa dilakukan untuk mengasihi sesama makhluk yang ada di bumi menurut agama Buddha adalah dengan membantu mereka yang membutuhkan.

Selain itu, bisa juga dengan menjaga lingkungan sekitar, hidup sederhana tidak serakah, melakukan donor darah, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Inti dari perayaan Waisak adalah mengajak manusia untuk merenungi perbuatannya dan senantiasa hidup dalam cinta kasih dan tidak menyakiti sesama makhluk hidup. Ajaran ini yang juga menjadi pedoman hidup bagi masyarakat yang memeluk agama Buddha. 

Makna Hari Suci Waisak Bagi Umat Buddha

Waisak Mengajarkan Cinta Kasih
Waisak Mengajarkan Cinta Kasih | Sumber gambar: Freepik.com 

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Waisak adalah hari yang memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha yaitu kelahiran Sang Buddha Gautama beserta pencerahan dan pencapaiannya menuju nirwana. Adapun penjelasan lengkapnya bisa dilihat pada penjelasan berikut. 

1. Kelahiran Buddha Gautama 

Buddha Gautama lahir sebagai seorang pangeran dari anak raja yaitu Raja Suddhodana dan Ratu Mahamaya. Ia lahir di Taman Lumbini pada 623 SM dan diberi nama Siddharta Gautama. 

Diceritakan, Siddharta Gautama lahir dalam kondisi sangat bersih tanpa satupun noda di tubuhnya bahkan ia bisa berdiri tegak, dan langsung bisa berjalan. Hal ini tentu sangat berbeda dari bayi baru lahir pada umumnya. 

Situasi yang cukup aneh, namun menakjubkan ini pun menjadi penanda sang pangeran yang baru lahir tersebut adalah calon Buddha yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi. 

2. Siddharta Gautama Mendapat Penerangan Agung 

Makna yang kedua dari Hari Raya Waisak adalah peristiwa Siddharta Gautama memperoleh penerangan agung. 

Pimpinan Asita Kaladewala meramalkan pada kelahiran Siddharta Gautama bahwa bayi tersebut akan menjadi seorang Maharaja Dunia atau Chakravartin di masa mendatang. 

Pada usia ke-35, Siddharta Gautama pun mendapat Penerangan Agung dan dirinya pun menjadi Buddha di Bodhgaya pada bulan Waisak. 

Setelah mendapat Penerangan Agung, Buddha Gautama pun pergi selama 45 tahun untuk berkelana dan menyebarkan dharma (kebaikan). 

3. Parinibbana

Ketiga, makna dari perayaan hari Waisak yaitu Parinibbana yang merupakan kematian sang Buddha Gautama. Peristiwa ini terjadi pada 543 SM, saat Buddha menginjak usia 80 tahun. 

Atas kepergian sang Buddha, seluruh pengikutnya pun melakukan suud sebagai penghormatan terakhir untuk sosok Buddha. 

Ketiga makna inilah yang kemudian menjadi landasan perayaan Hari Tri Suci Waisak di seluruh dunia. 

Kegiatan Perayaan Hari Suci Waisak

Ritual Mandi Budhha
Ritual Mandi Budhha | Sumber gambar: Freepik.com 

Kegiatan pada Hari Suci Waisak tentunya berbeda-beda di setiap negara, bahkan di setiap daerah di Indonesia. Namun, ada beberapa perayaan umum dilakukan saat perayaan Hari Suci Waisak adalah sebagai berikut. 

  1. Menyalakan Lampu Minyak dan Lilin Berbentuk Lotus
  2. Mengunjungi Tempat Kelahiran Buddha di Nepal 
  3. Mengibarkan Bendera Buddha di Rumah-Rumah Umat Buddha
  4. Menghias Tempat Ibadah atau Vihara 
  5. Melakukan Ritual Mandi sang Buddha di Vihara

Baca Juga: 12 Peninggalan Kerajaan Buddha yang Ada di Nusantara

Sudah Paham Tentang Waisak? 

Itulah penjelasan tentang hari raya yang dirayakan oleh umat Buddha ini. Meski Anda tidak merayakan, Hari Waisak adalah hari yang sangat suci bagi umatnya. Maka dari itu, Anda pun patut menghormati untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, khususnya di Indonesia.

Dengan menghormati setiap perayaan umat agama lain, Anda telah menerapkan toleransi secara bijak. Hikmahnya, kesatuan dan persatuan di Indonesia mampu terjaga dengan baik.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page