Penduduk kota Bandung pasti sudah akrab dengan peristiwa besar yang terjadi di zaman pasca kemerdekaan Indonesia dulu. Namanya adalah Bandung Lautan Api, dan peristiwa ini diperingati setiap tanggal 23 dan 24 Maret. Tetapi apa sebetulnya yang terjadi pada masa peperangan itu?
Daftar ISI
Latar Belakang Bandung Lautan Api
Jika Anda pergi jalan-jalan ke Kecamatan Regol di Kota Bandung, Anda akan melihat sebuah monumen yang bentuknya menyerupai obor yang menyala. Inilah Monumen BLA (Bandung Lautan Api), yang dibangun 1981 untuk memperingati peristiwa pembakaran Kota Bandung di masa perjuangan kemerdekaan.
Mengapa monumen ini harus berbentuk obor, dan bukannya ikon Jawa Barat seperti kujang atau macan tutul? Itu karena monumen tersebut adalah pengingat terhadap harga yang harus leluhur kita bayarkan demi mempertahankan Indonesia dari serangan pasukan Sekutu.
Jika Anda suka mempelajari sejarah negeri Indonesia, Anda akan mengetahui bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak diterima dengan baik oleh para penjajah. Pihak Sekutu, yang salah satu anggotanya ialah negara Belanda dan Inggris, berniat untuk menguasai kembali tanah air kita.
Untungnya, para pejuang kemerdekaan tidak mau tunduk kepada kaum penjajah lagi. Bandung Lautan Api hanyalah satu dari sekian banyak pengorbanan para pejuang di zaman dulu. Apapun pengorbanan mereka, yang penting ialah kaum penjajah pergi dari bumi Indonesia selamanya.
Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api
Sejarah panjang dan dramatis yang terjadi pada masa pembakaran seluruh Kota Kembang ini terbagi ke dalam tiga peristiwa utama. Kejadian ini bermula dari adanya peringatan akhir atau ultimatum dari pihak Sekutu, dan berakhir dengan perlawanan gerilya setelah Kota Bandung hangus.
1. Ultimatum Pasukan Sekutu
Peristiwa bersejarah ini bermula dari ultimatum dari Brigade MacDonald, seorang pemimpin batalion Sekutu, supaya rakyat Kota Bandung menyerah. Pada tanggal 12 Oktober 1945, pasukan Sekutu Inggris mendarat di Kota Kembang dan mewajibkan TRI atau Tentara Republik Indonesia untuk menyerahkan senjata mereka.
Warga Kota Bandung menolak untuk tunduk kepada peringatan Sekutu, yang mereka anggap tidak ada ubahnya dengan penjajah Belanda. Peperangan sengit pun terjadi antara Tentara Republik Indonesia yang berusaha merebut Hotel Homann dan Hotel Preanger dari tangan Sekutu.
Pasukan Sekutu kewalahan dalam menghadapi amarah rakyat Indonesia, sehingga Brigade MacDonald mengeluarkan ultimatum kedua. Jika TRI masih juga melawan, maka akan ada pembantaian besar. Semua warga Bandung wajib keluar dan pergi sejauh 10 kilometer dari kota tersebut.
Rakyat Kota Bandung masih tetap menolak untuk mematuhi ultimatum itu, tetapi mereka sudah mulai kalah jumlah ketimbang Sekutu. Oleh karena itu, Madjelis Persatoean Perdjoeangan Priangan atau MP3 bersama Tentara Republik Indonesia merencanakan peristiwa Bandung Lautan Api.
2. Pembumihangusan Kota Kembang
Beberapa tokoh pejuang, salah satunya yaitu Kolonel A.H. Nasution, memutuskan jika daripada Bandung jatuh ke tangan Sekutu, lebih baik dimusnahkan saja. Meskipun begitu, para tokoh pejuang menghendaki agar seluruh penduduk kota Bandung dapat keluar sebelum pembumihangusan terjadi.
Inilah momen dramatis ketika ratusan ribu warga kota Bandung mendapat perintah untuk meninggalkan rumah mereka. Pada malam hari di tanggal 23 Maret 1946, warga Kota Bandung mengungsi ke luar kota dalam rombongan besar. Sementara itu, warga yang tidak ikut mengungsi sibuk membantu TRI.
Semua bangunan yang dapat Sekutu ambil alih dibakar oleh pasukan TRI, termasuk kantor pemerintahan. Apabila ada warga yang belum mengungsi, maka mereka ikut membakar rumah-rumah mereka sendiri. Aliran listrik di seluruh kota juga segera TRI padamkan selama peristiwa itu.
Pasukan Sekutu yang tiba di Kota Bandung mendapati jika seluruh infrastruktur sudah habis dilalap api yang asapnya membumbung tinggi. Karena tidak adanya bangunan yang dapat mereka ambil alih, pasukan Sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) terpaksa berperang tanpa sumber daya tambahan.
3. Perang Gerilya Seterusnya
Sementara itu, para pejuang terus melakukan peperangan melawan kaum penjajah secara gerilya. Salah satu pertempuran gerilya ini terjadi di sebuah gudang amunisi di wilayah Dayeuhkolot. Gudang amunisi tersebut dikuasai oleh pihak Sekutu, sehingga harus dihancurkan secepat mungkin.
Gudang amunisi itu berhasil diledakkan ,meskipun harus dengan pengorbanan jiwa dari Moh. Toha dan Muh. Ramdan. Hasilnya, tentara Sekutu kembali menelan sebuah kekalahan besar. Sementara itu, perang gerilya dari Tentara Republik Indonesia terus berjalan menyusul peristiwa Bandung Lautan Api.
Sambil perjuangan rakyat Indonesia berlangsung, ada pula sebuah yel-yel karangan Ismail Marzuki yang membakar semangat para pejuang. Lagu “Halo-Halo Bandung” ialah yel-yel tersebut, yang lalu ditulis secara sah menjadi salah satu lagu kebangsaan kita di tahun 1946.
Begitu pihak musuh sudah kalah oleh pejuang kemerdekaan Indonesia, warga Bandung pun datang kembali untuk membangun kota mereka. Demi menghormati pejuang TRI yang gugur di medan perang, dibuatlah sebuah monumen atau tugu yang bentuknya seperti obor menyala.
Tokoh-Tokoh Utama dalam Peristiwa Ini
Ada sekitar selusin tokoh penting yang turut andil dalam peristiwa Bandung Lautan Api pada tanggal 23 Maret 1946. Meskipun demikian, dari sekian banyak orang yang terlibat dalam peristiwa itu, ada sekitar empat tokoh utama yang peranannya lebih besar ketimbang rekan-rekan mereka.
1. Kolonel A.H. Nasution
Abdoel Haris Nasution adalah seorang kolonel dari Komandan Divisi II TRI yang memegang peranan penting dalam peristiwa pembakaran Kota Bandung. Beliau terlibat dalam musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoeangan Priangan, serta yang mengumumkan keputusan majelis tersebut.
2. Mohammad Toha
Ada banyak komandan yang bertugas memimpin perlawanan terhadap pihak Sekutu, dan Mohammad Toha ialah salah satu di antara mereka. Beliau sempat melancarkan penyerangan terhadap pos-pos keamanan Sekutu di Dayeuhkolot, termasuk juga ke gudang amunisi yang mereka kuasai.
3. Atje Bastaman
Atje Bastaman adalah seorang wartawan muda yang menyaksikan peristiwa Bandung Lautan Api. Tidak hanya meliput peristiwanya saja, Atje pun bertindak sebagai penulis beritanya juga. Berita ini segera disebarkan kepada sebanyak mungkin orang untuk mengabarkan apa yang terjadi di Bandung.
4. Mayor Rukana
Orang yang pertama kali mencetuskan ide untuk menghanguskan Kota Bandung adalah Mayor Rukana, seorang Komandan Polisi Militer yang bertugas di Bandung. Beliau menyadari bahwa, jika Kota Kembang jatuh ke tangan musuh, maka Sekutu akan mustahil untuk mereka kalahkan.
5. Brigade MacDonald
Anda jangan salah, ternyata dari pihak musuh juga ada seorang tokoh penting dalam peristiwa ini. Namanya yaitu Brigade MacDonald, yang memimpin pasukan Sekutu untuk merebut Kota Bandung dari tangan pejuang kita. Dia juga yang mengeluarkan ultimatum agar warga Bandung menyerah.
Sudah Tahu Sejarah Bandung Lautan Api?
Perjuangan untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan yang para leluhur kita lakukan harus melibatkan banyak sekali korban jiwa dan harta. Makanya, jangan sampai tumpah darah para pejuang kemerdekaan itu kita lupakan hanya gara-gara lupa dengan sejarah kita sendiri.