Isi Prasasti Karang Berahi, Lokasi, dan Sejarahnya

Pasca masa kerajaan di Indonesia berakhir, ada banyak sekali peninggalan zaman kerajaan yang ditemukan di berbagai wilayah Nusantara. Salah satu yang paling terkenal adalah Prasasti Karang Berahi.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini merupakan salah satu peninggalan yang masih ada hingga sekarang. Jika kamu tertarik ingin tahu sejarah peninggalan Kerajaan Hindu tersebut, simak artikel ini sampai akhir, ya!

Isi Prasasti Karang Berahi

Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi | Sumber: Wikimedia.org

Secara umum, Prasasti Karang Berahi berisi tentang kutukan maupun ancaman bagi siapa saja yang akan menentang atau bahkan tidak mau berbakti kepada raja. Benda bersejarah ini memiliki ukuran tinggi 130 cm dengan lebar 80 cm dan ketebalan 48 cm.

Setidaknya, terdapat 16 pahatan baris isi dalam benda peninggalan tersebut yang sekarang ini kondisinya sudah agak aus. Sayangnya, di dalam isi benda tersebut, tak disebut siapa nama raja atau gelarnya. Jadi, isinya hanya menggunakan kata ‘saya’ saja.

Hal inilah yang membuat para sejarawan tidak tahu siapakah raja yang dimaksud dalam tulisan tersebut. Meski begitu, tahun pembuatan dari benda bersejarah ini sudah bisa para sejarawan perkirakan berdasarkan pada jejak sejarah yang ada.

Berikut adalah isi dari Prasasti Karang Berahi dalam bahasa Pallawa dan juga artinya secara umum.

1. Isi dalam Bahasa Pallawa dan Terjemahannya

Dalam bahasa Pallawa, isi benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini terbagi ke dalam 16 baris, yang berbunyi sebagai berikut:

  • || siddha || titam hamvan vari avai kandra kayet ni.
  • paihumpaan namuha ulu lavan tandrun lua makamatai ta 
  • ndrun luah vinunu paihumpaan hakairu muah kayet nihumpa u 
  • nai tuai umente bhakti niulun haraki unai tunai || kita savanakta de 
  • vata matahar[d]dhika sannidhana mamraksa yam kadatuan srivijaya kita tuvi tandrun 
  • luah vanakta devata mulana yam parsumpahan paravis kadaci yam uram 
  • didalamna bhumi [ajnana kadatuan ini] paravis drohaka haun samavuddhi la 
  • van drohaka manujari drohaka niujari drohaka tahu dim drohaka tida 
  • ya marpadah tida ya bhakti tida ya tatvarjjava diyaku dnan di iyam nigalarku sanyasa datua dhava vuatna uram inan nivunuh 
  • ya sumpah nisuruh tapik ya mulam parvvandan datu srivijaya talu mua ya dnan 
  • gotrasantanana tathapi savanaknaa yam vuatna jahat makalanit uram makasa 
  • kit makagila mantra gada visaprayoga upuh tuva tamval saramvat kasa 
  • han vasikarana ityevamadi janan muah ya siddha pulam ka iya muah yam dosa 
  • na vuatna jahat inan tathapi nivunuh ya sumpah tuvi mulam yam manuruh marjjahati yam marjjahati yam vatu nipratistha ini tuvi nivunuh ya sumpah talu muah ya mulam sarambhana uram drohaka tida bhakti tida tatvarjjava diy aku dhava vuatna nivunuh ya sumpah ini gran kadaci iya bhakti tatvarjjava diy aku dnan di yam ni 
  • galarku sanyasa datua santi kavuatana dnan gotrasantanana samrddha 
  • svastha niroga nirupadrava subhiksa muah yam vanuana paravis || sakavarsatita 608 dim pratipada suklapaksa vulan vaisakha tatkalana  yam mammam sumpah ini nipahat di velana yam vala srivijaya kalivat manapik yam bhumi java tida bhakti ka srivijaya.

2. Terjemahan

Berikut terjemahan dari isi Prasasti Karang Berahi:

  • Keberhasilan! [disusul mantra kutukan yang tak dapat diartikan].
  • Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan yang melindungi provinsi [kedatuan] srivijaya [ini]; juga kau Tandrun luah [?] dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan! 
  • Bilamana di pedalaman semua daerah (bhumi) [yang berada di bawah provinsi (kadatuan) ini] akan ada orang yang memberontak […]
  • yang bersekongkol dengan pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak, yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu
  • biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk; biar sebuah ekspedisi [untuk melawannya] seketika dikirim di bawah pimpinan datu [atau beberapa datu] srivijaya, dan biar mereka dihukum bersama marga dan keluarganya
  • Lagi pula biar semua perbuatannya yang jahat, [seperti] mengganggu ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja, saramvat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya
  • [semoga perbuatan-perbuatan itu] tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu, biar pula mereka mati kena kutuk. 
  • Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk dan dihukum langsung.
  • Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku pelaku perbuatan tersebut mati kena kutuk.
  • Akan tetapi jika orang takluk, setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya: dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka! 
  • Tahun saka 608, hari pertama paruh terang bulan waisakha, pada saat itulah kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tantara srivijaya baru berangkat untuk menyerang tanah (bhumi) Jawa yang tidak takluk kepada srivijaya.

3. Makna dalam Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia, kamu bisa memahami Prasasti Karang Berahi sebagai bukti penaklukan Kerajaan Sriwijaya di Jambi. Oleh karena itulah, benda peninggalan ini disebut sebagai prasasti persumpahan yang berisi tentang penentangan kedaulatan raja.

Hal ini terjadi pada masa kepemimpinan Kerajaan Sriwijaya, ketika menghadapi orang jahat dan ia mengutuk siapa saja yang memilih berpihak dan patuh pada kubu lawan. Benda peninggalan ini juga berisi tentang sanksi bagi orang-orang yang berani menentang raja.

Sedangkan bagi orang-orang yang taat dan setia kepada raja akan mendapatkan hal kesehatan. Tak hanya itu, mereka juga akan mendapat kesejahteraan dan keamanan oleh kerajaan, dalam bentuk pembebasan dari bencana dan segala ancaman dari seluruh penjuru negeri.

Adapun objek sumpah dan kutukan ini adalah untuk orang yang bermusuhan dengan tanah air. Berdasarkan pada cerita masyarakat setempat, pemekaran Kerajaan Sriwijaya hanya bertahan hingga wilayah Merangin.

Sebab, saat anggota Kerajaan Sriwijaya ingin melakukan ekspansi hingga ke wilayah Kerinci, mereka mengalami kegagalan, karena kalah sebelum berhasil melawan orang-orang di sana. Akibatnya, semua jadi merasa kewalahan, saat melawan hewan liar yang ada di sekitaran kawasan Hutan Kerinci.

Lokasi Prasasti Karang Berahi

Lokasi Prasasti Karang Berahi
Lokasi Prasasti Karang Berahi | Sumber: Youtube adaide Do

Jika kamu tertarik untuk melihat langsung benda peninggalan bersejarah dari Kerajaan Sriwijaya ini, maka bisa langsung datang ke lokasinya. Sebab, hingga kini batu tersebut masih ada di tempat pertama kali ia ditemukan.

Prasasti yang menggunakan aksara Pallawa dengan gaya bahasa Melayu Kuno ini berlokasi di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

Berdasarkan letak astronomisnya, benda peninggalan ini berada pada titik koordinat 02º03’16.22” LS dan 102º28’09.73” BT. 

Selain itu, di sekitaran benda peninggalan tersebut, terdapat temuan struktur bata di lahan bekas persawahan penduduk, yang setidaknya berjarak sekitar 200 m di barat desa, dari Sungai Merangin.

Struktur bata ini memiliki denah empat persegi panjang, yang masing-masingnya memiliki ukuran 5,26 x 1,96 m. Kemudian, di bagian bawah bangunannya terdapat empat buah tempayan.

Tempayan tersebut berisi butiran emas dan juga manik-manik kaca. Adanya penemuan ini tentu menjadi bukti nyata mengenai pernah adanya aktivitas kehidupan di masa lalu, yang berkaitan dengan keberadaan benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya tersebut.

Sejarah Prasasti Karang Berahi

Lokasi Prasasti Karang Berahi
Lokasi Prasasti Karang Berahi | kebudayaan.kemdikbud.go.id

Prasasti Karang Berahi pertama kali ditemukan oleh L. Berkhout pada tahun 1904 di suatu daerah bernama Bangko, Provinsi Jambi. Menurut penjelasan O.L. Helfrich yang merupakan mantan Residen Jambi, penemuan benda peninggalan ini pertama kali ada di anak tangga masjid yang digunakan sebagai ubin membasuh kaki.

Lalu, pada Februari 1906, seorang Residen Palembang, Van Rijn Van Alkemade, memutuskan untuk membuat cetakan kertas mengenai isi dari benda peninggalan bersejarah tersebut.

Hasil cetakan kertas ini kemudian ia kirimkan kepada Kern. Sayangnya, Kern menyatakan bahwa prasasti tersebut tidak bisa terbaca. Menurutnya, aksara yang tertulis pada benda tersebut mirip seperti Prasasti Canggal.

Selain itu, benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini juga diperkirakan sezaman dengan prasasti Kota Kapur yang menggunakan bahasa Melayu Kuno.

Adapun laporan penemuan benda bersejarah ini kemudian diserahkan oleh Rouffaer ke Bataviaasch Genootschap pada 1909. Sayangnya, keberadaan peninggalan Kerajaan Sriwijaya tersebut sempat terlupakan.

Padahal, sebelumnya kabar tentang benda peninggalan ini sudah tercatat dalam dokumen Pemerintahan Hindia Belanda. Kemudian, pada akhir tahun 1920, Krom menyebut benda peninggalan ini dalam salah satu penulisannya.

Ia pun kembali menganalisis Prasasti Karang Berahi dalam karangan De Sumatraanse der Javaansche Geschiedenis yang berhasil terbit pada tahun 1919 serta buku Hindoe Javaansche Geschiedenis pada tahun 1926.

Benda bersejarah ini diperkirakan dibuat pada tahun 686 M atau 608 M dan berisi tentang kutukan. Sayangnya, benda bersejarah tersebut tidak menyebutkan siapa nama raja atau gelar yang mereka maksud. Sebab, hanya ada kata ‘saya’ sebagai sudut pandang orang pertama antropomorfik.

Tertarik untuk Melihat Langsung Prasasti Karang Berahi?

Hingga kini, tampilan batu bersejarah tersebut masih tetap terawat, sehingga kamu bisa melihatnya langsung, jika singgah ke lokasi yang menjadi tempat keberadaan benda tersebut.

Hal ini karena benda milik Kerajaan Sriwijaya tersebut saat ini masih tersimpan di sebuah cungkup di halaman Masjid Desa Karang Berahi. Jadi, wisatawan yang datang ke sana, memiliki kesempatan untuk melihat situs bersejarah ini secara langsung. Sangat menarik, bukan?

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page