7 Pahlawan Nasional Asal Kalimantan dan Perjuangannya 

Kalimantan, pulau yang memiliki kekayaan alam dan budaya, telah melahirkan pahlawan-pahlawan besar yang tak boleh kita lupakan dalam sejarah Indonesia. Dari rimba hutan yang luas hingga sungai yang mengalir deras, para pahlawan nasional asal Kalimantan telah mengukir legenda dengan perjuangan dan dedikasi mereka.

Pada artikel berikut, kami membawa Anda melintasi sejarah dan warisan pahlawan-pahlawan luar biasa yang berasal dari pulau Kalimantan. Mereka semua telah memberikan kontribusi yang tak ternilai dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Mari kita simak!

7 Pahlawan Nasional Asal Kalimantan

Berikut biografi beserta latar belakang para pahlawan nasional asal Kalimantan yang berjuang untuk NKRI:

1. Pangeran Antasari

Pangeran Antasari
Pangeran Antasari | Sumber: Kompas.com

Pertama, Pangeran Antasari yang lahir di Kayu Tangi, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, sekitar tahun 1797-1809. Beliau seorang Sultan dan pemimpin yang berperan dalam Perang Banjar melawan penjajah Belanda. Nama kecilnya adalah Gusti Inu Kertapati.

Pangeran Antasari dihormati bukan hanya sebagai pemimpin suku Banjar, melainkan juga oleh berbagai suku lain di Kalimantan Selatan. Saat Perang Banjar terjadi pada 25 April 1859, ketika itu beliau dan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara di bawah kekuasan Belanda di Pengaron, lalu meluas ke seluruh wilayah kerajaan Banjar.

Beliau meninggal pada usia 75 tahun akibat penyakit paru-paru dan cacar, dan putranya, Muhammad Sema melanjutkan perjuangannya. Pada 27 Maret 1968, Pangeran Antasari mendapatkan penghormatan sebagai pahlawan nasional..

2. Brigjen Hasan Basri

Hasan Basri
Hasan Basri | Sumber: Tirto.id

Selanjutnya, Hasan Basri yang lahir di Kandangan, Hulu Sungai Selatan, pada 17 Juni 1923 dan meninggal di Jakarta pada 15 Juli 1984. Beliau adalah tokoh pahlawan nasional dari Kalimantan Selatan yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Beliau mendirikan Batalyon ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan dan memiliki julukan sebagai Bapak Gerilya Kalimantan pada tahun 1962. Pendidikan awalnya mencakup HIS, Tsanawiyah al-Wataniah di Kandangan, dan Kweekschool Islam Pondok Modern Ponorogo, Jawa Timur. 

Setelah kemerdekaan, beliau terlibat dalam organisasi pemuda Kalimantan di Surabaya dan menjadi pemimpin Laskar Syaifullah. Hasan Basri juga mendirikan Banteng Indonesia dan membentuk Batalyon ALRI, setelah banyak anggota Laskar ditangkap oleh Belanda. 

Meskipun saat itu Kalimantan berada di bawah kekuasaan Belanda berdasarkan perjanjian Linggarjati dan Renville, Hasan Basri tetap berjuang. Namun, pada 17 Mei 1949, beliau berhasil memproklamasikan Kalimantan sebagai bagian dari Republik Indonesia.

Setelahnya, beliau menjadi Letnan Kolonel dalam TNI AD Divisi Lambung Mangkurat. Lalu, pada 3 November 2001, beliau mendapatkan pengakuan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Banjarmasin.

3. Ir. Pangeran H. Mohammad Noor

Ir. Pangeran H. Mohammad Noor
Ir. Pangeran H. Mohammad Noor | Sumber: Tribun Wiki 

Pahlawan nasional asal Kalimantan ini lahir di Martapura pada 24 Juni 1901 dan merupakan keturunan keluarga bangsawan Banjar serta cucu Ratu Anom Mangkubumi Kentjana bin Sultan Adam al-Watsiq Billah. Tetapi, setelah Kesultanan Banjar dihapuskan oleh Belanda menjelang akhir Perang Banjar, keluarga Kesultanan kehilangan hak istimewanya dan jatuh miskin. 

Pendidikan Ir. Pangeran H. Mohammad Noor meliputi HIS, MULO, HBS, dan Technische HogeSchool (ITB), di mana ia lulus sebagai Insinyur pada 1927. Alih-alih bekerja untuk Belanda, beliau memilih untuk berjuang dengan rakyat dan menjadi wakil Kalimantan di Volksraad pada 1935-1939. 

Selama PPKI, beliau berperang dalam pertempuran Surabaya pada Oktober-November 1945 melawan tentara sekutu. Dan selama Revolusi 1945-1949, beliau mendirikan pasukan MN 1001 di Kalimantan Selatan dan Tengah. 

Kemudian, sebagai Gubernur Kalimantan pertama selama Agresi Militer Belanda I dan II, beliau membantu mempertahankan Kalimantan secara politik dan militer. Sedangkan sebagai Menteri PU, beliau menyelesaikan proyek-proyek vital dan pada tahun 2018 beliau mendapatkan pengakuan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Banjarmasin.

4. Abdul Kadir

Abdul Kadir
Abdul Kadir | Sumber: Kompas.com

Terkenal sebagai Raden Temenggung Setia Pahlawan, Abdul Kadir lahir pada tahun 1771 di Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, dan meninggal pada tahun 1875 di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Beliau adalah seorang bangsawan asal Melawi yang berusaha memajukan ekonomi rakyatnya serta melawan Belanda.

Beliau adalah anak dari seorang bangsawan dari kerajaan Sintang, yang memerintah di wilayah Melawi pada tahun 1845, setelah menggantikan ayahnya. Meskipun harus tunduk kepada raja yang bersekutu dengan Belanda, Abdul Kadir tidak pernah mengingkari penolakannya terhadap penjajahan Belanda.

Ia membangun secara diam-diam pasukan untuk mempersiapkan perlawanan terhadap Belanda. Meskipun Belanda mengetahui rencananya dan memberinya gelar Setia Pahlawan beserta sejumlah uang pada tahun 1866, Abdul Kadir terus melanjutkan perlawanannya dari tahun 1868 hingga 1875. 

Karena kecerdasannya dalam mendapatkan informasi, Belanda selalu kalah dalam upaya mereka, akhirnya Abdul Kadir ditangkap dan ditahan hingga meninggal di Nanga Pinoh, serta dimakamkan di Natal Mungguk Liang, Melawi. Abdul Kadir dihormati sebagai pahlawan nasional asal Kalimantan pada tahun 1999.

5. Sultan Hidayatullah II

Sultan Hidayatullah II
Sultan Hidayatullah II | Sumber: Sonora

Pahlawan nasional asal Kalimantan Sultan Hidayatullah II, awalnya terkenal sebagai Gusti Andarun, lahir di Martapura pada tahun 1822 dan meninggal di Cianjur, Jawa Barat, pada 24 November 1904 saat usia 82 tahun. 

Ia memimpin Kesultanan Banjar dari tahun 1859 hingga 1862 dan merupakan salah satu tokoh pemimpin Perang Banjar melawan Hindia Belanda.

Gusti Andarun, anak dari Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman, seharusnya menjadi pewaris takhta Kesultanan Banjar, tetapi posisinya tergantikan oleh kakak tirinya, Tamjidillah II, yang mendapatkan dukungan Belanda. Hal ini memicu konflik di antara keluarga bangsawan Banjar dan masyarakat.

Ketegangan ini berujung pada Perang Banjar pada tahun 1859, di mana Pangeran Antasari memimpin pasukan Banjar menyerang tambang batu bara Oranje-Nassau. Setelah berjuang hingga tahun 1862, Sultan Hidayatullah beserta keluarganya ditangkap oleh Belanda. 

Mereka diasingkan ke Cianjur, tempat Sultan Hidayatullah menghabiskan sisa hidupnya hingga wafat pada tahun 1904. Kemudian, Sultan Hidayatullah mendapatkan penghormatan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1999, atas perlawanannya melawan Hindia Belanda.

6. Marsekal Pertama TNI Anumerta Tjilik Riwut 

Tjilik Riwut
Tjilik Riwut | Sumber: Metro Kalimantan 

Beliau lahir pada 2 Februari 1918 di Kasongan, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, dan meninggal pada tahun 1987 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Beliau adalah seorang tokoh Dayak yang berperan penting dalam pemerintahan sebagai Gubernur Kalimantan Tengah pada tahun 1958.

Selain tugas pemerintahan, Tjilik Riwut juga menulis beberapa buku dan menjadi seorang jurnalis. 

Pada tanggal 17 Desember 1946, bersama dengan sejumlah tokoh perwakilan Dayak Kalimantan, beliau bersumpah setia kepada pemerintah RI dalam sebuah upacara adat suku Dayak. 

Kemudian, beliau mendapat perintah untuk memimpin Operasi Penerjunan Pasukan Payung yang pertama oleh S. Suryadarma, Kepala TNI AU pada 17 Oktober 1947 di Desa Sambi, Kotawaringin, Kalimantan Tengah. Untuk memperingati hari tersebut, tanggal 17 Oktober secara resmi ditetapkan sebagai Hari Pasukan Khas TNI AU. 

Tjilik Riwut mendapatkan pengakuan sebagai pahlawan nasional asal Kalimantan pada tahun 1998, dan nama beliau diabadikan sebagai salah satu nama bandara di Palangkaraya.

7. Drs. Saadillah Mursjid

Saadillah Mursjid
Saadillah Mursjid | Sumber: Teras Info

Terakhir, Saadillah Mursjid yang lahir pada tanggal 7 September 1937 dan meninggal pada tanggal 28 Juli 2005. Beliau menjabat sebagai Menteri Muda/Sekretaris Kabinet Indonesia dalam Kabinet Pembangunan V, Menteri Sekretaris Kabinet dalam Kabinet Pembangunan VI, dan Menteri Sekretaris Negara dalam Kabinet Pembangunan VII.

Sebelum menjadi menteri, pahlawan nasional asal Kalimantan bernama Drs. Saadillah Mursyid merupakan lulusan Universitas Gadjah Mada, The Netherlands Economic Institute (Rotterdam), dan Universitas Harvard. Lalu, beliau bekerja di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 

Pada tahun 1992, beliau menerima penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana. Dan sejak tahun 2003, Drs. Saadilah Mursyid menjabat sebagai General Manager Taman Mini Indonesia Indah.

Beliau menjadi Menteri Sekretaris Negara setelah mantan Presiden Soeharto mengundurkan diri. Pada saat itu, Soeharto menunjuk Drs. Saadilah Mursyid untuk menyiapkan naskah final Keputusan Presiden tentang Komite Reformasi dan Keputusan Presiden tentang Pembentukan Kabinet Reformasi. 

Drs. Saadilah Mursyid juga terkenal sebagai seorang politisi yang setia kepada Soeharto dan tetap mendukungnya meskipun banyak orang berpaling setelah kejatuhannya. Beliau juga adalah penulis konsep pengunduran diri Presiden Soeharto dan melaporkan situasi genting pada Mei 1998.

Baca Juga: Mengenal 10 Tokoh Pahlawan dari Jawa dan Kisah Perjuangannya

Sudah Tahu Siapa Saja Pahlawan Nasional Asal Kalimantan?

7 tokoh luar biasa dan telah diakui sebagai pahlawan nasional asal Kalimantan, yakni mulai dari Pangeran Antasari hingga Drs. Saadillah Mursjid. Dari perintis kemerdekaan hingga pionir pendidikan, setiap satu dari mereka telah memberikan kontribusi berharga bagi Indonesia. 

Mereka merupakan bukti kebesaran dan keberagaman budaya Kalimantan dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Sebagai negara yang kaya akan sejarah dan jasa-jasa para pahlawan ini, kita tidak boleh melupakan peran mereka dalam menyatukan Indonesia.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page