Prasasti Blanjong memiliki bagian penting dari terbentuknya Pulau Bali. Faktanya, peninggalan bersejarah yang terletak di Pulau Bali ini menjadi warisan dalam bentuk tulisan tertua di Pulau Dewata. Lantas, bagaimana sejarah, tulisan, tujuan, dan lokasi penemuan prasasti ini? Simak artikel ini untuk tahu informasi lengkapnya!
Daftar ISI
Sejarah Awal Mula Penemuan Prasasti Blanjong
Raja Sri Kesari Warmadewa adalah orang yang membuat Prasasti Blanjong. Ia membuat prasasti tersebut karena adanya kemenangan dari musuh-musuhnya.
Selain itu, kemenangan ini sering terkenal dengan Jaya Stamba atau Jaya Cihna. Peristiwa kemenangan ini berada di Gurun (Nusa Penida) dan Swal (Pantai Ketewel).
Pada tahun 835 Caka atau 913 Masehi, Raja Sri Kesari Warmadewa membuat sebuah tulisan dengan menggunakan bahan batu padas. Bentuk dari peninggalan bersejarah ini adalah tiang berbahan batu atau berupa bunga teratai. Prasasti ini memiliki ukuran setinggi 177 cm dan terdapat garis tengah sekitar 62 cm.
Selanjutnya, pada tahun 1930, Willem Frederik Stutterheim, seorang arkeolog dan sejarawab Belanda, menemukan prasasti tersebut di wilayah Sanur, Bali. Sayangnya, kondisi prasasti ketika Willem temukan lumayan rusak serta beberapa bagian tulisan sudah tidak terbaca dengan jelas.
Tempat Penemuan Prasasti Blanjong
Menurut Windriati dalam “Buku Siswa Sejarah Indonesia SMA Kelas 10”, Willem Frederik Stutterheim menemukan Prasasti Blanjong untuk pertama kalinya di daerah dekat Banjar Blanjong. Tepatnya di Desa Sanur Kauh, Sanur, Denpasar, Bali. Posisi prasasti ini pertama kali berada di Pura Blanjong yang memiliki ketinggian 9 mdpl.
Awal mula Willem Frederik Stutterheim menjumpai prasasti tertua di Bali tersebut karena sebuah kapal Belanda yang terdampar di daerah pesisir Sanur. Kemudian, kapal yang terdampar tersebut menjadi tugu kemenangan dari Raja Sri Kesari Warmadewa karena penemuan prasasti di tempat itu.
Saat ini, tempat tersebut menjadi tempat suci yang memiliki kisah tersendiri. Salah satunya menjadi tempat ibadah Umat Hindu dengan nama Pura Blanjong. Kemudian, asal usul terbentuknya Pura Blanjong tersebut adalah akibat dari terdamparnya kapal Belanda di pesisir Sanur tersebut.
Tulisan yang Tertera di Prasasti Tertua di Pulau Bali
Raja Sri Kesari Warmadewa menggunakan unsur dan bahasa dengan memiliki arti tertentu saat membuat Prasasti Blanjong. Secara garis besar, isi dari prasasti tersebut menggambarkan kearifan lokal pada bidang iptek serta kekuatan atau politik. Selain itu, prasasti ini berisikan dua bahasa (bilingual) dan dua huruf (bescrif).
Penggunaan bahasa dan huruf tersebut adalah bentuk kekuasaan, keahlian, dan pengetahuan masyarakat pada saat Kerajaan Sri Kesari Warmadewa jaya, tepatnya pada abad ke 10 Masehi. Isi dari prasasti ini menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Kawi dan juga menggunakan huruf Pra Negari dan bahasa Bali Kuno.
Faktanya, seorang penulis dari prasasti tertua di Bali ini memiliki kemahiran dalam wawasan berbahasa. Tata cara menulis serta cara penggunaannya jelas terlihat pada isi prasasti tersebut.
Selain itu, prasasti ini memiliki dua sisi, yaitu A dan B. Pada bagian sisi A tidak terbaca jelas, begitu pula dengan sisi B yang sebagiannya sudah rusak. Berikut isi transkrip dari prasasti sisi A:
- śākabde śara-vahni-mūrti-gaṇite māse tathā phalguṇe (sārā)…
- …..(ra)…..(taki) naswa (ksa)…..3) radhayajihitwaro winihatyawairini… …h…. ng(s)…..
- …..(hi) (ja) wampurang singhadwala pure (niki) -i….ya….ta….t….
- …..// (ca)….. wulan phalguna…. Cri kesari… …
- – – – raḥ di gurun di s(u)val dahumalahaṅ musuḥdho – ṅka – (rana) – – – (tah)di kutarā –
- nnata…..(tadbhaja)….kabudhi kabudhi//4)
Berikut isi transkrip dari prasasti sisi B:
- Swa…ratapratapamahi…(ha)…ccodayah/dhwastarati tamasccayo (buga)na
- …samarggaranggapriyah/padmobo-5)i…(asa)serawirabudha a…/ nahkrtih walidwiba…
- …(bhayebhirowi)…(bhe)ri…na(bhu) pa(ca)(ci) na a(g)atwa…
- ……………………………
- …………………………
- …………………………………
- …………………………………
- …(ca)…(mancangcuta)…
- …(cepra) yatandicarssyannantarisr-u…
- …//(wija)yarka (ndantarand) anta (pe) kabhajobhrcam//yena-
- …nbhidya (sata) langwidyayunggurubhihsarrundhyaca-trunyu (dh)i
- Maha…ha(dwa)iparagrewairimahibhuja(ng)srjutarahkamp…
- …ndre)th)a-r-(amajasa)pta… ptihsamasmtaamantadhipatih crikesari (warmma(dewa)…
Dari kedua sisi tersebut, baik A dan B isinya sama, yaitu tentang kemenangan Raja Sri Kesari. Namun, pada sisi B, penyebutan nama Raja lebih lengkap dengan gelarnya, Adhipatih Sri Kesari Warmadewa. Dalam isi tersebut juga menyebutkan hukuman yang Raja Sri Kesari berikan kepada para pelanggar prasasti.
Selain itu, pada sisi B juga terdapat tulisan bahwa Raja Sri Kesari berhasil menguasai Walidwipa atau Pulau Bali. Akibatnya, Raja Sri Kesari menjadi sosok pembuat Prasasti Blanjong dan kemudian menjadi tugu kemenangan pada masanya.
Makna di Dalam Prasasti Blanjong
Prasasti Blanjong menggunakan huruf dan bahasa pada masa Kerajaan Sri Kesari Warmadewa yang belum menggunakan bahasa yang dengan mudah terbaca saat ini. Oleh sebab itu, prasasti tersebut memiliki penafsiran tersendiri sehingga gampang memahaminya.
Penafsiran dari tulisan yang tertera di prasasti tersebut ada pada dua sisi A dan B. Berikut isi yang terkandung dalam peninggalan bersejarah itu.
Berdasarkan sisi A menggunakan bahasa Bali Kuno dan huruf Pre Negari:
“Pada tahun 835 Caka bulan Phalguna, terdapat seorang raja yang memiliki kekuasaan pada seluruh penjuru dunia. Raja beristana di Singasana Singhadwala. Raja tersebut bernama Sri Kesari dan telah menaklukkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal. Inilah yang wajib diketahui sampai di esok hari.”
Berdasarkan sisi B menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Kawi:
Di bagian awal isi prasasti memiliki arti kurang lebih sama dengan bagian sisi A. Kemudian, pada sisi B tertulis gelar nama Raja yang lengkap yaitu “ptihsamasmtaamantadhipatih crikesari (warmma(Dewa).” “telah menaklukkan musuh-musuhnya dan menguasai seluruh Pulau Bali”.
Dalam kata “ptihsamasmtaamantadhipatihcrikesariwarmma”, terdapat pesan atau pernyataan yang bermakna “kesemestaan tata kelola” di seluruh Bali. Arti makna tersebut adalah seribu seratus tahun silam, Pulau Bali memiliki pemahaman sebagai suatu kesatuan ekosistem dan memiliki pandangan dengan pengelolaan holistik.
Fakta Tentang Prasasti Blanjong
Dalam sejarah, Prasasti Blanjong memiliki beberapa informasi lainnya yang terkandung dalam ceritanya. Sampai saat ini, fakta tersebut menjadi wawasan tentang prasasti tertua di Bali. Fakta-fakta tersebut adalah:
1. Menggunakan Paham Glocal (Global Local)
Faktanya, prasasti ini menggunakan dua bahasa, yaitu internasional (Sansekerta) dan lokal (Kawi dan Bali). Akibatnya, pendiri dinasti pada saat itu tergolong memiliki paham “glocal” atau global local yang berarti global dengan kearifan lokal.
2. Bagian dari Sanskrit Cosmopolis
Dengan menggunakan istilah dari Sheldon. I Pollock yang merupakan pakar terahli dalam Sanskrit dan sejarah tentang literasi dunia, pilar Prasasti Blanjong membuktikan Bali di era pergaulan internasional.
Pada masa itu, Bali pada Dinasti Warmadewa dipimpin oleh Raja Sri Kesari Warmadewa. Dinasti tersebut merupakan perkembangan dari sosiopolitik Asia pada abad ke 9 sampai 10. Dalam waktu yang sama, ada beberapa dinasti di Asia Tenggara yang muncul dan menggunakan nama “warma” pada bagian belakangnya.
3. Raja Sri Kesari Menjunjung Norma Hukum
Pada tulisan prasasti tertua di Bali tersebut, terdapat tulisan tentang kutukan yang bernama Sapata. Tulisan yang tertera memiliki tujuan untuk orang-orang yang melakukan pelanggaran terhadap isi prasasti itu.
Hal tersebut membuktikan bahwa Raja Sri Kesari Warmadewa memberikan perintah dengan tegas dan bijak serta mendukung supremasi hukum.
4. Menjadi Cagar Budaya
Prasasti Blanjong menjadi Benda Cagar Budaya pertama kali pada 15 April 2019. Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, menetapkan prasasti tersebut sebagai cagar budaya.
Keputusan tersebut berdasarkan surat keputusan Nomor 188.45/825/HK/2019 di Banjar Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Bali.
Sebelum melakukan penetapan, prasasti tersebut telah melalui proses pengkajian berdasarkan referensi dari Para Tim Ahli Cagar Budaya Kota Denpasar.
5. Menjadi Tempat Wisata
Saat ini, karena akibat dari peristiwa bersejarah, tempat penemuan prasasti beserta bendanya menjadi tempat wisata yang cukup terkenal. Menurut buku kunjungan, wisatawan yang mengunjungi tempat ini umumnya berasal dari Amerika, Asia, Eropa, dan Afrika Selatan.
Selain itu, banyak warga di sekitar daerah letak prasasti tersebut melakukan persembahyangan dengan cara menghaturkan canang sari. Tempat tersebut kini menjadi pura yang bernama Pura Blanjong.
Pura Blanjong Akibat dari Penemuan Prasasti Blanjong
Peninggalan akibat dari penemuan prasasti tertua di Bali yang bernama Prasasti Blanjong adalah terbentuknya Pura Blanjong dan adanya tugu di tempat tersebut. Pura Blanjong merupakan nama tempat penemuan prasasti tertua di Bali saat ini. Tempat ibadah umat Hindu ini terbentuk karena peristiwa kapal Belanda.
Awal mula nama “Blanjong”, dari kata “belahan” yang memiliki arti “perpecahan” dan “ngenjung” yang memiliki arti kapal nelayan. Pada zaman dahulu, ada pecahan kapal Belanda yang berada di pesisir Sanur. Kemudian, seorang Belanda menemukan prasasti yang bernama Prasasti Blanjong.
Sejarah dari prasasti tersebut adalah kemengangan dari Raja Sri Kesari. Akhirnya, untuk memperingati kemenangan tersebut, tempat penemuan prasasti itu memiliki nama Pura Blanjong.
Penting Untuk Melestarikan Prasasti Blanjong
Melestarikan tempat bersejarah sangatlah penting. Seperti peristiwa bersejarah dari terbentuknya nama Bali Dwipa (Pulau Bali) akibat dari penemuan Prasasti Blanjong oleh Raja Sri Kesari Warmadewa. Oleh sebab itu, menjaga dan memelihara tempat penemuan tersebut sama dengan menghargai jasa Sang Raja untuk Pulau Bali.