Rumah Adat Aceh: Jenis, Fungsi, Filosofi, dan Ciri Khasnya

Rumah adat Aceh adalah hasil dari keragaman budaya Indonesia. Masyarakat Aceh seringkali menyebutnya Rumoh Aceh. Tidak hanya sekedar tempat untuk tinggal, tetapi sebagai bentuk manifestasi terhadap Tuhan dan penyesuaian terhadap alam. Sekaligus sebagai identitas daerah gambaran dari kehidupan masyarakat Aceh.

Melalui Rumoh Aceh, kamu bisa mengenal budaya, pola hidup, dan nilai sakral dari masyarakat Aceh. Rumah adat ini memang memiliki ciri khas yang unik dari segi arsitektur dan filosofinya. Oleh karena itu, artikel ini akan mengulas terkait jenis-jenis Rumoh Aceh, fungsi, filosofi, dan ciri khasnya. Yuk, simak!

Jenis-Jenis Rumah Adat Aceh

Rumah tradisional Aceh memiliki ciri khas unik, salah satunya konsep rumah berbentuk panggung. Namun, pada daerah perkotaan konsep rumah semacam ini sudah sulit ditemui, karena masyarakat lebih memilih bangunan modern. Adapun jenis-jenis Rumoh Aceh yang harus kamu lestarikan, meliputi:

1. Rumah Krong Bade

Rumah Krong Bade
Rumah Krong Bade | Sumber Gambar: Archify

Jenis ini adalah salah satu rumah khas Aceh dengan konsep bangunan layaknya rumah panggung berbentuk persegi panjang. Letaknya memanjang dari timur ke barat. Tinggi bangunan rumah ini kira-kira mencapai 2-3 meter. Sebagian besar material rumah adat ini terbuat dari kayu.

Pembuatan rumah ini tak memakai paku, melainkan dengan mengikat bahan bangunan memakai tali (taloe meu-ikat) seperti rotan atau ijuk. Bagian atap terbuat dari daun rumbia yang dianyam sedemikian rupa. Masyarakat Aceh memanfaatkan kolong rumah untuk menyimpan persediaan bahan pangan dan lainnya.

Selain itu, kolongnya juga berfungsi sebagai lahan aktivitas masyarakat, seperti ibu-ibu sedang menenun. Pada bagian depan rumah terdapat tangga yang memiliki anak tangga berjumlah ganjil. Dekorasi dinding tertempel hiasan lukisan guna mempercantik seluruh bagian rumah.

Jumlah lukisan juga menunjukkan status sosial pemilik rumah adat ini. Semakin banyak lukisan, semakin tinggi pula derajat pemilik rumah, begitupun sebaliknya. Namun, Rumah Krong Bade perlahan semakin sulit ditemui akibat perkembangan zaman yang menyesuaikan gaya hidup modern.

2. Rumah Santeut

Rumah Santeut
Rumah Santeut | Sumber Gambar: broonet

Santeut (Tampong Limong) adalah salah satu rumah adat Aceh yang digunakan oleh masyarakat berpendapatan rendah. Bentuk rumahnya cukup sederhana dan tak terlalu luas. Biasanya rumah ini memiliki tiang setinggi 1,5 meter.

Material bangunan Tampong Limong lebih murah ketimbang Rumah Krong Bade. Seperti atap yang tersusun dari daun rumbia dan dinding dari pelepah rumbia. Serta lantai menggunakan belahan bambu yang disusun sejajar namun tak rapat. Ini bertujuan agar sirkulasi udara dari bawah bisa masuk.

Tampong Limong memiliki kesamaan dalam hal pembagian ruangan dengan rumah khas Aceh lainnya, yakni ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. Adapun bagian kolong rumah tersedia untuk mengadakan acara tertentu atau untuk menjamu tamu maupun keluarga besar.

3. Rumah Rangkang

Rumah Rangkang
Rumah Rangkang | Sumber Gambar: steemit

Rangkang merupakan rumah panggung yang memiliki hanya satu ruangan saja. Rumah ini tak selayaknya seperti rumah hunian, melainkan sebagai rumah singgah masyarakat setempat. Misalnya, tempat singgah masyarakat yang sedang dalam perjalanan jauh atau tempat untuk para petani beristirahat.

Material bahan bangunannya cukup sederhana dan murah, seperti kayu biasa sebagai kerangka bangunan dan daun rumbia untuk penutup atapnya. Meskipun sederhana, akan tetapi sangat bermanfaat sebagai pelepas penat seusai melakukan aktivitas atau pekerjaan.

Baca Juga : 3 Rumah Adat Jambi: Nama, Jenis, Ciri Khas, dan Keunikannya

Fungsi dari Tiap Bagian Rumah Adat Aceh

Rumah Aceh di tiap daerah memiliki komponen ruangan berbeda-beda. Namun, secara konteks memiliki bangunan inti yang serupa dengan lainnya. Lantas, apa saja komponen inti pada bangunan tersebut? Beberapa bagian rumah Aceh punya fungsinya masing-masing. Begini rincian dan penjelasannya:

1. Serambi Depan (Seuramoe Keue)

Serambi depan (seuramoe keue) merupakan ruangan depan dari bangunan rumah Aceh. Hanya tersedia ruangan polos tanpa adanya kamar. Fungsi ruangan ini sebagai ruang tamu laki-laki, tempat tidur tamu laki-laki, serta ruang belajar dan mengaji anak laki-laki. 

Jika ada acara seperti pernikahan, ruangan depan berfungsi sebagai tempat menjamu tamu undangan. Selain itu, ini juga menjadi tempat berkumpul sanak saudara dan keluarga.

2. Serambi Tengah (Rumah Inong)

Serambi tengah merupakan ruangan bagian inti yang bersifat pribadi. Ruangan ini dikenal dengan sebutan rumah inong (rumah induk). Terdapat ruangan yang terdiri dari dua bilik saling berhadapan. 

Adapun fungsinya sebagai kamar tidur kepala keluarga. Namun, jika ada anak perempuan baru menikah, bisa menempati kamar tersebut lalu orang tua bisa pindah ke Anjong.

3. Serambi Belakang (Seuramoe Likoot)

Serambi belakang memiliki bentuk ruangan yang polos dan memiliki luas yang ukurannya sama dengan serambi depan. Adapun fungsinya sebagai ruang tamu perempuan, tempat belajar mengaji untuk perempuan, dan tempat tidur tamu perempuan.

4. Ajong

Ajong adalah ruangan rumah adat Aceh yang bersifat khusus. Jadi, hanya untuk kamar perempuan dan tempat meletakan ayunan kain khusus untuk menidurkan bayi.

5. Rambat 

Fungsi dari rambat adalah sebagai ruang kosong tempat berlalu lalang. Serta menjadi penghubung antara ruang depan dan ruang belakang dan sebagai tempat berkumpulnya keluarga.

6. Kolong

Kolong rumah memiliki fungsi untuk menyimpan kendaraan pemilik rumah, tempat menyimpan barang pertanian, perikanan, maupun bahan pakan. Selain itu, ini juga sebagai media untuk menjemur baju dan menumbuk padi atau kacang.

Filosofi Rumah Adat Aceh

Rumoh Aceh dari segi arsitektur memperlihatkan keunikan dan keindahan dekorasi bangunan yang memiliki nilai-nilai filosofi mendalam serta dijunjung tinggi oleh masyarakat sekitar. Adapun  beberapa filosofi dari bangunan rumah adat ini, yaitu:

  • Spiritual dan Keseimbangan

Dekorasi bangunan mencerminkan keyakinan terhadap kekuatan spiritual. yaitu Tuhan. Ini juga berhubungan dengan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

  • Persatuan dan Kebersamaan

Pada Rumoh Aceh, seringkali mendapati bangunan terpisah yang saling bertaut atau terhubung. Ini merupakan simbol dari kolaborasi antar keluarga yang memiliki rasa persatuan dan kebersamaan.

  • Kebijaksanaan dan Kearifan

Bangunan Rumoh Aceh mampu melambangkan keinginan masyarakat untuk menumbuhkan pola hidup secara bijaksana. Serta beradaptasi pada keseimbangan terhadap tradisi dan modernitas yang ada.

Ciri Khas Rumah Adat Aceh

Rumah Aceh tentu memiliki ciri khas unik. Nah, berikut ini akan menjelaskan sekilas terkait ciri-ciri khas Rumoh Aceh yang perlu kamu tahu:

1. Bentuk Rumah Tinggi

Secara tampilan, ciri khas rumah Aceh terlihat dari struktur bangunan dengan konsep rumah panggung. Bentuk rumahnya tinggi dan memanjang, serta tersedia tangga dengan jumlah ganjil sesuai kepercayaan masyarakat setempat.

Rumah konsep panggung bisa mengurangi kelembaban, sebagai pelindung dari ancaman hewan buas, dan terhindar dari banjir bandang. 

2. Ukuran Pintu Rendah

Ukuran pintu pada Rumoh Aceh memiliki tinggi sekitar 120-150 cm. Tergolong rendah, bukan? Tingginya memang lebih rendah ketimbang orang dewasa. Sehingga, setiap orang masuk selalu menunduk dahulu. Adapun filosofi menunduk cocok sekali dengan kepribadian orang Aceh tak suka menyombongkan diri 

3. Jumlah Tiang Menunjukan Jumlah Ruangan

Ciri khas rumah adat Aceh berikutnya adalah jumlah tiang pada bangunan rumah adat. Biasanya jumlah tiang pada Rumoh Aceh menunjukkan banyaknya ruangan dalam bangunan tersebut. Misalnya, rumah Aceh memiliki 16 tiang yang berarti punya 3 ruangan dan lainnya. Jika tiangnya 18 atau lebih biasanya ada 5 ruangan.

4. Keindahan Ornamen dan Hiasan Ukiran Rumit  

Seringkali rumah adat Aceh kaya akan ornamen yang unik nan indah, seperti relief, lukisan tradisional, dan hiasan kaca patri. Selain itu, seringkali ada ukiran cukup rumit yang memperlihatkan kecantikan dan keindahan dari segi arsitektural. Terdapat pula motif khas Aceh berupa geometris atau flora dan fauna pada ukiran.

5. Struktur Rumah Tahan Gempa 

Ciri khas lainnya, yakni struktur rumah tahan gempa. Ini bisa menyesuaikan dari penggunaan material terhadap struktur bangunan. Seperti halnya bahan alami berasal dari kayu dengan atap daun rumbia yang ringan. Karena tidak menggunakan besi dan paku, maka bebannya tidak berlebihan.

Kayu dan tiangnya menyatu bersama pasak, serta saling mengunci satu sama lain. Jadi, struktur bangunan rumah adat Aceh lebih kuat. Data valid menyatakan bahwa, ketika terjadi gempa 9,1 SR dan Tsunami 2004, rumah Aceh tak mengalami kerusakan serius.

Sudah Paham Ragam Rumah Adat Aceh?

Rumah tradisional memiliki ciri khas unik dan nilai sakral yang mengandung unsur budaya, termasuk rumah adat Aceh. Seiring perkembangan zaman, kini rumah adat semakin sulit ditemui. Selain termakan zaman, masyarakat kini beralih pada bangunan yang lebih modern dan minimalis. 

Pada dasarnya, pembuatan rumah Aceh memang lebih rumit dengan perawatan yang lebih mahal. Pembangunanya pun membutuhkan musyawarah terlebih dahulu dan tidak bisa sembarangan. Namun, masih banyak juga yang sangat menyukai rumah warisan nenek moyang ini dan memilih untuk melestarikannya. 

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page