Sejarah Kerajaan Sunda: Raja, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Kerajaan Sunda merupakan salah satu kerajaan yang tumbuh dan berkembang di tanah Sunda. Sama seperti kerajaan lainnya, sejarah Kerajaan Sunda juga sangat menarik untuk Anda pelajari. Artikel ini akan membahas lengkap sejarah, silsilah raja, serta peninggalan Kerajaan Sunda.

Mengenal Kerajaan Sunda

Dalam catatan sejarah, Kerajaan Sunda yang juga dikenal dengan nama Kerajaan Pasundan merupakan dinasti pecahan dari Kerajaan Tarumanegara yang mengalami keruntuhan. Kerajaan ini mulai muncul sejak tahun 669 Masehi sampai dengan 1579 Masehi. 

Wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda mencakup bagian barat Pulau Jawa yang kini telah menjadi provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, dan sebagian Pulau Sumatera bagian selatan. Kerajaan Sunda bercorak Hindu dan Budha. 

Sejarah Kerajaan Sunda

Sejarah Kerajaan Sunda berawal dari Kerajaan Tarumanegara yang saat itu dipimpin oleh Raja Linggawarman. Pada masa sebelum terjadi pemecahan, Linggawarman menikahi putri Indraprahasta yang bernama Dewi Ganggasari. 

Melalui pernikahan tersebut, Linggawarman dan Dewi Ganggasari memiliki dua putri, yaitu Dewi Manasih dan Sobakancana. Dewi Manasih menikah dengan Tarusbawa dari Sunda. Sedangkan Sobakancana menikah dengan Dapunta Hyang Sri Janayasa yang merupakan pendiri Kerajaan Sriwijaya. 

Pada tahun 669 Masehi, Linggawarman yang menjadi raja terakhir Kerajaan Tarumanegara menyerahkan kedudukannya pada Tarusbawa. Kemudian, Tarusbawa ingin mengembalikan kejayaan seperti zaman Purnawarman.

Oleh sebab itu, ia mengganti Kerajaan Tarumanegara yang ia duduki saat itu menjadi Kerajaan Sunda. Namun, penggantian tersebut tidak berjalan mulus. Wretikandayun tidak menyetujuinya dan ingin memisahkan kekuasaan dari kepemimpinan Tarusbawa. 

Pada masa tersebut, Tarusbawa dalam kondisi tidak ingin terjadi perang saudara. Jadi, ia pun menerima tuntutan Wretikandayun. Hingga pada tahun 670 Masehi, Kerajaan Tarumanegara terpecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Tarusbawa dan Kerajaan Galuh yang dipimpin oleh Wretikandayun. 

Setelah Tarusbawa wafat, raja selanjutnya yaitu Sanjaya berhasil menggabungkan Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Selanjutnya, Sanjaya memimpin Kalingga dan mendirikan Kerajaan Mataram Kuno.

Sanjaya harus bertahta di Kalingga sehingga kekuasaan Kerajaan Sunda diberikan pada puteranya yang bernama Rakeyan Panaraban. Akan tetapi, pada masa tersebut Kerajaan Sunda Galuh harus terpecah kembali.

Kekuasaan kedua kerajaan ini akhirnya diserahkan pada putera Panaraban. Sang Bangga memegang Kerajaan Sunda, sedangkan Sang Manarah memegang Kerajaan Galuh. Selama berabad-abad, sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh menjalani kehidupan masing-masing.

Kedua kerajaan kembali bersatu setelah pernikahan antara Jayadewata dari Galuh dan Ambetkasih dari Sunda. Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh yang dipimpin oleh Jayadewata (lebih dikenal Prabu Siliwangi) bernama Kerajaan Pajajaran (Pakuan Pajajaran).

Sayangnya, riwayat sejarah Kerajaan Sunda yang panjang harus berakhir di tahun 1579. Pada waktu itu, Kerajaan Pakuan Pajajaran mengalami masa keruntuhan akibat serangan Kesultanan Banten. 

Silsilah Raja dalam Sejarah Kerajaan Sunda

1. Ilustrasi Raja Kerajaan Sunda
Raja Kerajaan Sunda | Sumber Gambar: Goodnewsfromindonesia.id

Berdasarkan Naskah Pangeran Wangsakerta, berikut ini adalah nama-nama raja yang pernah memimpin dalam sejarah Kerajaan Sunda:

  1. Tarusbawa yaitu menantu Linggawarman (669-723 M).
  2. Harisdarma atau Sanjaya yaitu menantu Tarusbawa (723-732 M).
  3. Tamperan Barmawijaya (732-739 M).
  4. Rakeyan Banga atau Hariang Banga (739-766 M).
  5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766-783 M).
  6. Prabu Gilingwesi yaitu menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (783-795 M).
  7. Pucukbumi Darmeswara yaitu menantu Prabu Gilingwesi (795-819 M).
  8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819-891 M).
  9. Prabu Darmaraksa yaitu adik ipar Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (891-895 M).
  10. Windusakti Prabu Dewageng (895-913 M).
  11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913-916 M).
  12. Atmayadarma Hariwangsa (942-954 M).
  13. Limbur Kancana yaitu putra Rakeyan Kamuning Gading (945-946 M).
  14. Prabu munding Ganawirya (946-973 M).
  15. Jayagiri Rakeyan Wulung Gadung (973-989 M).
  16. Prabu Brajawisesa (989-1012 M).
  17. Prabu Dewa Sanghyang (1012-2029 M).
  18. Sanghyang Ageng (1019-1030 M).
  19. Prabu Detya Maharaja Sri Jayabhupati (1030-1042 M).

Peristiwa Penting Sejarah Kerajaan Sunda

Sejarah Kerajaan Sunda tidak lengkap rasanya jika tidak membahas mengenai peristiwa-peristiwa penting. Berikut adalah beberapa peristiwa penting di Kerajaan Sunda:

1. Masa Kejayaan Sejarah Kerajaan Sunda

Masa kejayaan Kerajaan Sunda terjadi pada pemerintahan Prabu Siliwangi. Bahkan, cerita masa kejayaan Prabu Siliwangi masih banyak diceritakan hingga hari ini. 

Momen kejayaan yang pertama adalah Prabu Siliwangi berhasil menyatukan Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Selain itu, Prabu Siliwangi atau Jayadewata juga membangun jalan dari Pakuan Pajajaran sampai Wanagiri (sekarang Wonogiri). 

Ia juga membuat telaga Maharena Wijaya, pamingtonan atau tempat pagelaran, dan masih banyak lainnya. Prabu Siliwangi memerintah mulai dari 1482 sampai dengan 1521 Masehi.

2. Tragedi Bubat

2. Ilustrasi Tragedi Bubat
Tragedi Bubat | Sumber Gambar: Kompas.com

Salah satu peristiwa atau tragedi besar dalam sejarah Kerajaan Sunda yaitu tragedi Bubat. Tragedi besar ini bahkan sampai memutuskan hubungan antara Kerajaan Sunda dengan Kerajaan Majapahit. 

Tragedi Bubat terjadi pada masa kepemimpinan Prabu Maharaja Linggabuana. Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit jatuh hati pada lukisan Dyah Pitaloka Citraresmi yang merupakan putri Linggabuana. 

Setelah menerima undangan dari Hayam Wuruk, Raja Linggabuana pun berangkat ke Majapahit. Namun ternyata, Patih Gajah Mada menekan Hayam Wuruk untuk mengubah ikatan diplomatis menjadi pengakuan superioritas Majapahit. 

Raja Linggabuana pun tidak terima dengan perlakuan Patih Gajah Mada hingga akhirnya terjadilah tragedi Bubat. Tragedi tersebut dinamakan demikian karena pertempurannya terjadi di Lapangan Bubat. Raja Linggabuana pun harus tewas dalam pertempuran tersebut. 

Sepeninggal Raja Linggabuana, sang putra yaitu Prabu Niskala Wastu Kancana menduduki kepemimpinan. Ia memperlakukan larangan estri ti luaran yaitu menikah dengan orang luar Sunda. 

Peninggalan Sejarah Kerajaan Sunda

Setidaknya ada tujuh peninggalan yang menceritakan sedikit sejarah Kerajaan Sunda. Langsung saja, berikut ini peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Sunda:

1. Prasasti Pasir Datar

Prasasti Pasir Datar ditemukan pada tahun 1872 di daerah Cisande, Sukabumi. Lokasi tepatnya yaitu sekitar Perkebunan Kopi di Pasir Datar. 

Pemerintah akhirnya memindahkan Prasasti Pasir Datar ke Museum Nasional Jakarta agar terjaga keasliannya karena prasasti satu ini berasal dari batu alam. Hingga saat ini, belum ada orang yang bisa menerjemahkan isi dan pesan yang terukir di prasasti.

2. Prasasti Cikapundung

Kemudian, Prasasti Cikapundung merupakan salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Sunda yang baru ditemukan, tepatnya pada tanggal 8 Oktober 2010. Prasasti ini ditemukan pertama kali oleh warga di sekitar Sungai Cikapundung. 

Banyak yang memperkirakan umur Prasasti Cikapundung sudah lebih dari 500 tahun. Di atas prasasti terukir tulisan dengan huruf Sunda Kuno. Selain itu, ada gambar telapak tangan, wajah, dan telapak kaki. 

Prasasti Cikapundung memiliki dimensi panjang 178 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 55 cm. Sampai sekarang, peneliti masih meneliti Prasasti Cikapundung di Balai Arkeologi. 

3. Prasasti Huludayeuh

Penemuan prasasti ini terjadi di tengah sawah di kampung Huludayeuh, Cikalahang, Cirebon, Jawa Barat. Warga setempat sebenarnya sudah lama mengetahui keberadaan batu peninggalan sejarah tersebut.

Namun, ahli sejarah dan arkeologi baru mengetahui letaknya pada bulan September 1991. Tulisan yang ada di Prasasti Huludayeuh sebanyak 11 baris. Kondisi batu sudah tidak utuh lagi sehingga peneliti sulit menerjemahkan keseluruhan isinya. 

4. Prasasti Ulubelu

3. Prasasti Ulubelu
Prasasti Ulubelu | Sumber Gambar: Kompas.com

Selanjutnya, Prasasti Ulubelu merupakan peninggalan Kerajaan Sunda yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-15 Masehi. Prasasti ini pertama kali ditemukan pada tahun 1936 di desa Rebangpunggung, Lampung.

Di masa lalu, sebagian wilayah Lampung memang menjadi kekuasaan Kerajaan Sunda. Jadi, jangan heran jika ada prasasti yang ditemukan di wilayah tersebut. Isi dari Prasasti Ulubelu yaitu mantra permintaan tolong pada para dewa. 

5. Prasasti Kebon Kopi II

Prasasti Kebon Kopi II juga memuat tentang sejarah Kerajaan Sunda. Penemuannya terjadi pada sekitar abad ke-19 di Kampung Pasir Muara, Ciaruteun Ilir, Bogor, Jawa Barat. 

Namun sayangnya, prasasti Kebon Kopi II hilang sekitar tahun 1940-an. Sebelum itu, seorang ahli sudah mempelajari sedikit mengenai Prasasti Kebon Kopi II. Batu tersebut berisi kisah Raja Sunda yang kembali bertahta pada tahun 932 M. 

6. Situs Sejarah Kerajaan Sunda, Karangkamulyan

Situs Karangkamulyan berlokasi di Desa Karangkamulyan, Ciamis, Jawa Barat. Luas situs peninggalan kerajaan ini mencapai 25 hektar. Ada banyak benda bersejarah yang tersimpan, khususnya benda yang berkaitan dengan Kerajaan Galuh yang merupakan kerajaan pecahan dari Tarumanegara.

7. Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis

Penemuan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis ini terjadi di Jakarta pada tahun 1918. Sesuai namanya, prasasti tersebut merupakan tanda perjanjian antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Portugis. Bentuknya sendiri seperti tugu batu.

Belajar Sejarah Kerajaan Sunda Itu Menyenangkan!

Dalam kesimpulannya, wilayah Kerajaan Sunda merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanegara selama masa kejayaannya. Pasalnya, sejarah Kerajaan Sunda adalah pecahan dari Kerajaan Tarumanegara. Jadi, jangan heran jika sejarahnya ada yang berkaitan.

Peninggalan sejarah dan prasasti menjadi bukti hadirnya Kerajaan Sunda. Sekarang, peninggalan-peninggalan tersebut masih di tempat aslinya atau disimpan di Museum Nasional Indonesia. Semoga informasi mengenai sejarah Kerajaan Sunda di atas bermanfaat, ya!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page