Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha terbesar di Nusantara. Oleh sebab itu, kita perlu untuk mempelajari sejarah Kerajaan Sriwijaya mulai dari letak, raja, masa kejayaan, dan peninggalannya. Pengaruh kerajaan ini bisa dibandingkan dengan Kerajaan Majapahit. Ingin tahu lebih lanjut? Simak penjelasannya di bawah ini!
Daftar ISI
Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Seorang peneliti bernama George Coedes yang berasal dari Perancis pertama kali meneliti tentang pendirian dan sejarah Kerajaan Sriwijaya pada tahun 1920. Kemudian, ia mempublikasikan hasil penelitiannya melalui surat kabar yang tersedia dalam bahasa Indonesia dan Belanda.
Berdasarkan informasi dari catatan biksu I Tsing dan Prasasti Kota Kapur, awal berkembangnya kerajaan ini pada abad ke-7 Masehi yang memiliki pendiri bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Pada masa itu, berbagai musafir dari Cina dan India ramai mengunjungi kepulauan Nusantara.
Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang memiliki pengaruh yang cukup di Nusantara. Pada masa kejayaannya, kerajaan ini mengontrol daerah-daerah jalur utama perdagangan. Daerah-daerah tersebut meliputi Thailand Selatan, Kamboja, Selat Malaka, Semenanjung Malaya, dan sebagian wilayah Jawa.
Letak Kerajaan Sriwijaya
Letak persis dari Kerajaan Sriwijaya hingga kini masih menjadi perdebatan. Meskipun begitu, ada sebuah pendapat yang berasal dari peneliti George Coedes pada tahun 1918 mengenai bagian dari sejarah Kerajaan Sriwijaya ini. Ia menyatakan bahwa Palembang merupakan pusat dari Kerajaan Sriwijaya.
Hingga kini, daerah Palembang dan Pulau Sumatra secara keseluruhan masih orang-orang anggap sebagai pusat pemerintahan kerajaan bercorak Buddha ini. Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa kerajaan maritim seperti Sriwijaya terbiasa memiliki pusat kekuasaan yang berpindah-pindah.
Sejumlah ahli ini menarik kesimpulan bahwa wilayah Kedah, Muara Takus, dan Jambi merupakan pusat kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Tetapi, penelitian yang Universitas Indonesia lakukan pada tahun 2013 menemukan beberapa situs candi bercorak Buddha di wilayah Muaro Jambi.
Spekulasinya, reruntuhan candi tersebut merupakan tempat tinggal para cendekiawan Buddha yang berada di Kerajaan Sriwijaya pada saat itu.
Raja-raja Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berkuasa hingga abad ke-13 Masehi dan termasuk salah satu kerajaan terkuat dan terbesar yang wilayahnya luas saat itu. Oleh sebab itu, banyak raja-raja yang silih berganti memerintah dalam kurun waktu kekuasaan tersebut.
Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Sriwijaya lebih dalam, berikut ini terdapat enam raja yang cukup terkenal dari kerajaan bercorak Buddha ini.
1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa (671-702 Masehi)
Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo merupakan peninggalan bersejarah Kerajaan Sriwijaya yang banyak menyebut Raja Dapunta Hyang. Pada abad ke-7 Masehi, Dapunta Hyang melaksanakan berbagai usaha demi memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.
Beberapa wilayah kekuasaan yang berhasil Dapunta Hyang taklukkan saat masa pemerintahannya yaitu Lampung, Jambi, Pulau Bangka, Kerajaan Kalingga, Kedah, Kerajaan Mataram Kuno, dan Tanah Gentung Kra.
Selain itu, di dalam Prasasti Talang Tuwo menyebutkan bahwa Dapunta Hyang membangun taman yang ia beri nama Taman Sriksetra. Penulisan prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Selanjutnya, prasasti ini berisi tentang Taman Sriksetra yang memiliki kanal dan kolam.
Raja Dapunta Hyang juga meminta untuk menanam beberapa jenis pohon yang buahnya dapat dimakan di taman tersebut. Pohon-pohon tersebut, antara lain pinang, sagu, kelapa, wuluh, dan enau.
2. Balaputradewa (856 Masehi)
Raja Balaputradewa berhasil membuat Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya. Berdasarkan Prasasti Nalanda, Balaputradewa merupakan keturunan dari Wangsa Syailendra. Raja Kerajaan Sriwijaya ini juga memiliki nama lain, yaitu Raja Suwarnadwipa yang merupakan nama kuno untuk Pulau Sumatra.
Pada masa pemerintahannya, agama Buddha berkembang dengan pesat. Selain itu, raja Sriwijaya ini juga memiliki hubungan yang erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu dipimpin oleh Raja Dewapaladewa.
Bahkan, raja Benggala ini memberikan sebidang tanah kepada Balaputradewa dengan tujuan untuk mendirikan asrama bagi para pelajar yang sedang belajar di Nalanda. Pembangunan asrama ini memperlihatkan bahwa Raja Balaputradewa peduli tentang ilmu pengetahuan untuk para generasi muda di Kerajaan Sriwijaya.
3. Sri Sudamaniwarmadewa (988 Masehi)
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya mendapatkan serangan dari Raja Dharmawangsa dari Jawa Timur. Walaupun begitu, serangan ini berhasil Raja Sri Sudamaniwarmadewa gagalkan dengan bantuan para tentara kerajaan.
Raja Sri Sudamaniwarmadewa memiliki hubungan yang erat dengan Dinasti Chola dari India. Raja ini juga pernah membangun sebuah candi sebagai bentuk dedikasinya kepada kaisar Tiongkok pada tahun 1003.
Selain itu, sebuah vihara di bagian di India Selatan juga ikut mengabadikan nama raja ini menurut Prasasti Leiden. Nama vihara tersebut adalah Vihara Culamani Farma.
4. Sri Marawijayatunggawarman (1008 Masehi)
Sri Marawijayatunggawarman berhasil menjalin hubungan dengan Raja Rajaraya I dari Kerajaan Colamandala pada masa pemerintahannya. Selain itu, raja Kerajaan Sriwijaya ini berhasil memimpin perang dengan menaklukan Kerajaan Medang dari Jawa Timur.
5. Sri Sanggrama Wijayatunggawarman (1025 Masehi)
Sayangnya, kerajaan Sriwijaya mulai mengalami masa kemunduran pada masa pemerintahan Raja Sri Sanggrama Wijayatunggawarman. Menurut tulisan Prasasti Tanjore pada tahun 1030, kemunduran ini terjadi karena serangan Kerajaan Colamandala.
Pemimpin Kerajaan Colamandala pada saat itu bernama Raja Rajendra Chola dan ia berhasil membuat Kerajaan Sriwijaya melemah. Raja Sanggrama tidak dapat menangkis serangan tersebut pun akhirnya ditahan dan ditangkap oleh musuh. Tapi, sang raja dibebaskan saat Raja Kulotungga I memimpin Kerajaan Chola.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Seperti penjelasan yang ada di atas, Kerajaan Sriwijaya masuk dalam masa kejayaannya ketika Balaputradewa memimpin. Pada masa itu, kerajaan ini berhasil menguasai beberapa kerajaan lain dan banyak jalur perdagangan yang strategis.
Pengaruh dan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mencapai wilayah Kamboja dan Thailand. Kekuasaan kerajaan ini terhadap kedua wilayah tersebut tampak pada arsitektur Pagoda Borom di Chaiya, Thailand yang memiliki ciri khas Kerajaan Sriwijaya.
Dengan memiliki letak kekuasaan yang berada di jalur perdagangan, penjualan hasil alam, seperti cengkih, kayu gaharu, kapur barus, kayu cendana, dan kapulaga menjadi lebih mudah. Puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya berlangsung pada abad ke-8 Masehi hingga abad ke-9 Masehi.
Selat Malaka yang merupakan jalur utama perdagangan antara Cina dan India berhasil Kerajaan Sriwijaya kuasai pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa hingga Raja Sri Marawijayatunggawarman. Untuk menjaga wilayah kekuasaan yang luas, kerajaan ini membangun armada laut yang cukup kuat.
Selain itu, kapal asing yang ingin berdagang di kerajaan merasa lebih aman dan terhindar dari gangguan perompak karena adanya armada laut tersebut. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya dapat berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Bagian selanjutnya dari sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah berbagai peninggalan bersejarahnya. Peninggalan-peninggalan tersebut, antara lain:
1. Prasasti Kota Kapur
Tempat penemuan Prasasti Kota Kapur berada di situs Kota Kapur pada tahun 1892. Prasasti berbentuk tugu ini berisi tentang kutukan bagi orang-orang yang ingin memberontak atau tidak takluk kepada Sriwijaya.
Penulisan prasasti ini berlangsung pada tahun 686 Masehi saat akan menyerang Jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.
2. Prasasti Kedukan Bukit
Penulisan Prasasti Kedukan Bukit berlangsung pada tahun 682 Masehi yang isinya mengenai Dapunta Hyang yang menaiki perahu dan kemenangan Kerajaan Sriwijaya. Tulisan pada prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
3. Candi Muara Takus
Selain prasasti, Kerajaan Sriwijaya juga memiliki peninggalan bersejarah dalam bentuk candi. Candi Muara Takus berlokasi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Candi ini mempunyai corak Buddha yang khas yang terdapat pada susunan stupa di bagian atasnya.
Selain itu, candi ini juga memiliki beberapa candi kecil, seperti Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, dan Stupa Palangka di bagian halamannya.
4. Candi Muaro Jambi
Candi Muaro Jambi berada di Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi. Menurut arkeolog, pendirian candi ini berkisar antara abad ke-7 Masehi hingga abad ke-12 Masehi. Kompleks candi ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dengan luas 3.981 hektar.
Sudah Mengerti Tentang Sejarah Kerajaan Sriwijaya?
Sekarang, kita telah mengetahui lebih lanjut tentang berbagai aspek sejarah Kerajaan Sriwijaya. Kita perlu mempelajari sejarah untuk menjadi warga negara yang berwawasan. Mengapa? Agar apa yang sesungguhnya milik bangsa kita tidak dengan mudah diklaim menjadi milik bangsa lain.