Sudah pernah belajar tentang sejarah Kerajaan Demak? Setelah masuknya agama Islam ke tanah Nusantara, kerajaan-kerajaan bercorak Islam pun perlahan bermunculan dan mengalami perkembangan pesat. Salah satu dari kerajaan itu adalah Kerajaan Demak,.
Yuk, perdalam wawasan kamu tentang kerajaan bercorak Islam terbesar pada masa tersebut lewat penjelasan berikut ini!
Daftar ISI
- Latar Belakang Sejarah Kerajaan Demak
- Siapa saja Raja-raja dalam Sejarah Kerajaan Demak?
- 1. Raden Patah, Raja Pertama Dalam Sejarah Kerajaan Demak
- 2. Adipati Unus
- 3. Sultan Trenggono
- 4. Sunan Prawoto
- 5. Arya Penangsang, Raja Terakhir Dalam Sejarah Kerajaan Demak
- Peninggalan Sejarah Kerajaan Demak
- 1. Masjid Agung Demak
- 2. Lawang Bledeg, Peninggalan Sejarah Kerajaan Demak
- 3. Dampar Kencana
- 4. Soko Guru
- 5. Situs Kolam Wudhu
- Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kerajaan Demak
- Bagaimana Peran Sejarah Kerajaan Demak pada Penyebaran Islam di Jawa?
Latar Belakang Sejarah Kerajaan Demak
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan pelopor berkembangnya kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Pulau Jawa.
Kerajaan Islam terbesar di Indonesia pada masanya ini berawal dari sebuah wilayah bernama Bintoro atau Glagahwangi yang pada saat itu masih berupa sebuah kadipaten di bawah Kerajaan Majapahit.
Ketika Kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478 Masehi (M), tak lama berselang, tepatnya pada tahun 1500 M, Raden Patah mendirikan Kesultanan Demak dan menjadi raja pertamanya. Dalam upaya pendirian Kerajaan Demak, Raden Patah banyak memperoleh bantuan dari Wali Songo.
Buku berjudul Hukum Pidana Islam Kerajaan Demak Abad 15 oleh Naili Anafah (2018) menjelasakan sekilas tentang peristiwa tersebut.
Bahwa, pada mulanya Sunan Ampel memberikan pemerintah kepada Raden Patah untuk membuka suatu wilayah di Hutan Bintoro yang di kemudian hari akan dikenal dengan Desa Glagahwangi.
Melihat peningkatan jumlah pemukim Desa Glagahwangi, Raja Kerajaan Majapahit mengubah status Desa Glagahwangi menjadi sebuah kabupaten di bawah Majapahit. Selain itu, wilayah Glagahwangi juga turut diberi hak otonomi yang memberi kebebasan penduduknya untuk menjalankan ibadah Agama Islam.
Menyadari kondisi Kerajaan Majapahit yang makin melemah, Raden Patah pun mengumpulkan pengikutnya untuk kemudian mengalahkan Kerajaan Majapahit. Akhir abad ke-15, ketika pasukan Raden Patah berhasil memenangkan pertempuran melawan Kerajaan Majapahit, menjadi awal kisah kerajaan Demak yang lebih kuat.
Siapa saja Raja-raja dalam Sejarah Kerajaan Demak?
Sepanjang sejarahnya, Kerajaan Demak yang berumur kurang lebih satu abad memiliki 5 orang raja yang memimpin kerajaan selama itu. Setiap raja memiliki kisah dan kepemimpinan yang berbeda seperti yang bisa kamu simak dalam uraian di bawah ini.
1. Raden Patah, Raja Pertama Dalam Sejarah Kerajaan Demak
Raden Patah merupakan pendiri dan raja pertama Kerajaan Demak. Beliau lahir pada tahun 1448 M di Palembang. Beliau berkuasa sejak tahun 1475 M dan wafat pada tahun 1518 M. Raden Patah berhasil memajukan Kerajaan Demak dengan membuat banyak pedagang Muslim berdatangan dan menetap di wilayahnya.
2. Adipati Unus
Pati Unus atau juga dikenal dengan Adipati Unus terkenal sebagai seorang panglima perang yang andal dan berani. Beliau mendapat julukkan Pangeran Sabrang Lor sebagai bentuk apresiasi atas perjuangannya menghadapi tentara Portugis di Semenanjung Malaka.
Dalam catatan sejarah, Pati Unus dua kali memimpin pasukan Demak melawan tentara Portugis, yaitu pada tahun 1512 M dan 1521 M. Meskipun kedua serangan yang beliau pimpin tersebut tidak berhasil, tetapi cukup membuktikan kehebatan dan kualitas pasukan Kerajaan Demak di medan pertempuran.
3. Sultan Trenggono
Pangeran Trenggono naik tahta menggantikan kakaknya yang wafat pada tahun 1521 M dan menjadi Sultan Trenggono. Beliau menjabat sebagai raja Kerajaan Demak dari tahun 1521 hingga 1546 M. Berkat kepemimpinan beliau, Kerajaan Demak mencapai masa kejayaan sepanjang sejarahnya.
Masa kejayaan tersebut ditandai dengan adanya ekspansi wilayah strategis secara masif. Salah satunya adalah terlaksananya ekspedisi Sunda Kelapa saat Sultan Trenggono mengirimkan Raden Fatahillah, salah seorang menantunya, untuk menguasai pelabuhan Sunda Kelapa dan Banten yang merupakan jalur dagang strategis.
4. Sunan Prawoto
Pangeran Prawoto atau yang lebih banyak dikenal sebagai Sunan Prawoto merupakan putra sulung Sultan Trenggono yang mewarisi kepemimpinan Kerajaan Demak. Pada masa kekuasaannya, pusat Kerajaan Demak berpindah dari Bintoro ke Pati.
Pergolakkan internal yang berasal dari ambisi perebutan kekuasaan juga terjadi pada masa kepempimpinan Sunan Prawoto. Peristiwa tersebut membuat masa kepemimpinan Sunan Prawoto tidak berlangsung lama, yaitu hanya 3 tahun saja (1546 – 1549 M).
5. Arya Penangsang, Raja Terakhir Dalam Sejarah Kerajaan Demak
Setelah pembunuhan Sunan Prawoto, tahta Kerajaan Demak akhirnya jatuh ke Arya Penangsang yang memperoleh dukungan dari Sunan Kudus.
Perebutan tahta oleh Arya Penangsang terjadi karena Penangsang merasa bahwa beliau berhak atas tahta tersebut. Selain itu, beliau juga bertekad membalas dendam atas pembunuhan ayahnya oleh Sunan Prawoto.
Di kemudian hari, terjadilah pertempuran legendaris satu lawan satu antara Arya Penangsang dan Danang Sutawijaya. Pertempuran tersebut berakhir dengan tewasnya Arya Penangsang. Kematian Arya Penangsang menjadi tanda berakhirnya riwayat Kerajaan Demak dan menjadikannya raja terakhir kerajaan tersebut.
Peninggalan Sejarah Kerajaan Demak
Sepanjang masa kekuasaannya, Kerajaan Demak meninggalkan sejumlah peninggalan bersejarah yang banyak. Lima di antara peninggalan tersebut masih lestari hingga sekarang.
1. Masjid Agung Demak
Rumah peribadatan umat Muslim ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Demak merupakan salah satu ikon pariwisata Kabupaten Demak. Masjid Demak dibangun pada tahun 1479 M di Desa Kauman.
Masyarakat Demak juga masih aktif menggunakan masjid ini untuk beribadah dan beragam kegiatan masyarakat hingga saat ini.
2. Lawang Bledeg, Peninggalan Sejarah Kerajaan Demak
Lawang Bledeg (Pintu Petir) dibuat ketika Raden Patah memerintahkan Ki Ageng Selo menggambarkan petir yang sedang menyambar sesuai dengan imajinya. Tetapi, belum sampai selesai dibuat, petir tersebut sudah menghilang hingga hasil akhir karya tersebut menjadi Lawang Bledeg yang dapat kamu lihat saat ini.
3. Dampar Kencana
Dampar Kencana atau tempat duduk raja merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Demak yang juga sebuah hadiah dari Kerajaan Majapahit. Kamu masih bisa melihat peninggalan ini di Masjid Agung Demak. Kini, Dampar Kencana masyarakat gunakan sebagai mimbar khotbah di Masjid Demak.
Kondisinya masih terawat dan kokoh hingga sekarang.
4. Soko Guru
Soko Guru merupakan empat tiang penyangga utama di Masjid Agung Demak. Keempat tiang tersebut menyangga rangka atap masjid. Selain itu, Soko Guru juga melambangkan empat penjuru angin yang mewakili keempat Wali Songo, yakni:
- Sunan Bonang (barat laut),
- Sunan Gunung Jati (barat daya),
- Sunan Ampel (tenggara), dan
- Sunan Kalijaga (timur laut).
5. Situs Kolam Wudhu
Kolam wudhu merupakan situs tempat para Wali Songo berwudhu saat dahulu kala. Situs tersebut juga merupakan lokasi sayembara untuk menentukan raja ke-4 Kerajaan Demak. Saat ini, situs kolam wudhu sudah tidak dipergunakan lagi, tapi kondisinya masih tetap lestari.
Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kerajaan Demak
Meskipun berusia kurang dari seabad, tapi Kerajaan Demak merupakan sebuah kerajaan yang memiliki riwayat histori yang cukup panjang. Melansir dari gemari.com, ada empat peristiwa penting yang terjadi sepanjang kekuasaan Kerajaan Demak.
1. Perluasan Dakwah Islam
Kerajaan Demak yang bercorak Islam tentunya memiliki keterkaitan dengan perkembangan dakwah Islam di pulau Jawa. Dulu, penduduk Jawa mayoritas beragama Hindu dan Buddha. Saat Kerajaan Majapahit berhasil dikuasai, dan Raja Giri Wardhana berhasil ditaklukan oleh Raden Patah, Kerajaan Demak pun berdiri.
Seiring berdirinya Kerajaan Demak, Raden Patah pun ikut serta dalam misi penyebaran agama Islam ke penjuru Pulau Jawa bersama dengan Wali Songo. Berbagai upaya dakwah pun telah dilaksanakan untuk mewujudkan misi tersebut.
2. Perlawanan Terhadap Bangsa Portugis
Bangsa Portugis merupakan bangsa pendatang yang menjadi musuh Kerajaan Demak akibat upaya monopoli dagangnya. Pada tahun 1521 Masehi, Raden Patah beserta putranya, Pati Unus, melakukan penyerangan ke kapal dagang Portugis di Semenanjung Malaka.
Meskipun serangan tersebut gagal dan Raden Patah wafat, Pati Unus berupaya melanjutkan perjuangan melalui serangan yang kedua. Sekalipun upaya kedua tersebut kembali gagal, tetapi Pati Unus tidak menyerah dan terus melakukan upaya penyerangan sampai akhir.
3. Perluasan Wilayah di Berbagai Penjuru Pulau Jawa
Perluasan wilayah merupakan tindakan yang wajar dalam sebuah kerajaan. Aktivitas ini terjadi pada masa kekuasaan Sultan Trenggono, setelah wafatnya Pati Unus. Hasilnya, Sultan Trenggono mampu membuat Kerajaan Demak mencapai masa keemasan dengan upaya perluasan wilayah yang masif.
Sultan Trenggono menaklukan wilayah tanah Pasundan dan beberapa wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.
Seiring makin luasnya daerah kekuasaan Kerajaan Demak, Sultan Trenggono berhasil menghalau Portugis yang ingin menjajah wilayah Kerajaan Demak dan beberapa wilayah di bawah kekuasaannya yang lain.
4. Kemunduran Kerajaan Demak dan Lahirnya Kerajaan Pajang
Ambisi raja terakhir Kerajaan Demak, Arya Penangsang, membuatnya menemui akhir dari kisahnya dan Kerajaan Demak. Selepas membunuh Adipati Jepara, Pangeran Hadiri, pemberontakan internal pun terjadi. Salah satu tokoh penting dalam peristiwa tersebut adalah Adipati Pajang, Hadiwijaya (Jaka Tingkir).
Adipati Hadiwijaya (Jaka Tingkir) dan sejumlah adipati lain melakukan penyerangan dan berhasil membunuh Arya Penangsang dalam konflik internal Kerajaan Demak.
Tewasnya Arya Penangsang membuat Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke wilayah Pajang dan mendirikan kerajaan baru bernama Kesultanan Pajang di sana.
Bagaimana Peran Sejarah Kerajaan Demak pada Penyebaran Islam di Jawa?
Meskipun sejarah Kerajaan Demak berakhir akibat pertikaian internal, tetapi pada masanya, kerajaan tersebut memiliki pengaruh positif dalam persebaran Islam di tanah Jawa.
Pasalnya, luasanya wilayah kekuasaan Kerajaan Demak mengizinkan kerajaan untuk memiliki kiprah besar dalam pembangunan kehidupan masyarakat di sisi agraris maupun maritim.
Oleh sebab itu pula, misi persebaran tersebut tidak hanya bisa dilakukan melalui jalur kekuasaan dan politik, tetapi juga lewat media seni dan budaya.