Pada masa lalu, banyak kerajaan-kerajaan yang berdiri dan berkuasa di Indonesia. Salah satu yang berada di Jawa Tengah adalah Kerajaan Kalingga. Sejarah Kerajaan Kalingga sebagai salah satu yang terkuat pada masa jayanya menjadikan banyak peneliti tertarik untuk teru mengungkapkan berbagai peninggalannya.
Daftar ISI
Sejarah Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga juga dikenal sebagai Kerajaan Holing, Kerajaan Keling, dan Kerajaan Heling. Nama tersebut berasal dari bahasa China. Hal itu membuktikan pada masa itu banyak pendeta berasal dari China berada di dataran Nusantara. Berikut periode sejarah Kerajaan Kalingga yang terbagi dalam 3 masa, yaitu:
1. Masa Awal Kerajaan Kalingga
Sejarah Kerajaan Kalingga pertama kali lahir pada abad ke 7-8 M sesuai yang tercantum dalam berita Cina. Kalingga pada masa itu lebih dikenal sebagai Kerajaan Holing dan merupakan yang terkuat di Pulau Jawa.
Pada tahun 647 M, seorang utusan dari China datang ke Pulau Jawa dan mengunjungi Kalingga. Itulah awal mula Kalingga menjadi terkenal hingga negeri bambu.
Apalagi, pada saat itu merupakan kepemimpinan Ratu Sima yang terkenal kuat dan bijaksana. Ratu Sima saat itu memimpin Kalingga bersama suaminya, Raja Sailendra.
Pusat pemerintahaan kerajaan ini terletak di Jawa Tengah. Lokasi tersebut dibuktikan dengan penemuan prasasti dengan huruf Sansekerta di Gunung Merbabu. Prasasti tersebut menyatakan, sebelumnya terdapat sebuah mata air suci.
2. Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kepemimpinan Ratu Sima merupakan puncak kejayaan dalam Kerajaan Kalingga. Pasalnya, Ratu Sima dikenal sebagai Ratu Keadilan dan sangat taat terhadap hukum.
Pada masa inilah, Kerajaan Kalingga memiliki empat menteri. Keempat menteri tersebut membantu mengatur 28 kerajaan kecil yang berada di bawah kekuasaan Kalingga. Kerajaan-kerajaan tersebut tersebar di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pada masa ini pula, kehidupan perekonomian di wilayah Kalingga sangat makmur. Kerajaan ini fokus pada komoditas culas badak, emas, dan perak sebagai sumber perekonomiannya.
3. Masa Keruntuhan Kerajaan Kalingga
Meski mengalami kejayaan dan pengaruh yang besar di wilayah Jawa, kejayaan tersebut ternyata tidak berlangsung lama. Setelah Ratu Sima meninggal, kerajaan ini dipimpin oleh putranya.
Berbeda dengan ibunya, kepemimpinan putranya ternyata menimbulkan bibit kehancuran. Apalagi, saat itu Kerajaan Sriwijaya mulai melakukan penyerangan.
Serangan tersebut mengakibatkan Kerajaan Kalingga kehilangan beberapa daerah kekuasaannya serta jalur perdagangan, yang merupakan pusat perekonomian.
Kondisi tersebut membuat Kerajaan Kalingga terpecah menjadi dua, yakni Kerajaan Keling di Magelang dan Kerajaan Mataram Kuno di Yogyakarta.
Itulah yang menjadi cikal bakal terbentuknya kerajaan-kerajaan besar di Jawa setelah runtuhnya Kalingga.
Letak Kerajaan Kalingga
Berdasarkan penemuan berbagai prasasti dan peninggalan-peninggalan kuno, Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di sebelah utara Gunung Muria. Lebih tepatnya berada di Kabupaten Jepara.
Akan tetapi, letak kerajaan ini secara akurat hingga saat ini masih belum dapat dipastikan. Asumsi-asumsi lainnya menyatakan, Kalingga terletak di sepanjang dataran Blora dan Purwodadi, juga di Salatiga.
Silsilah Raja yang Memimpin Kerajaan Kalingga
Adapun raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Kalingga adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Prabu Wasumurti (594-605 M)
Prabu Wasumurti merupakan pemimpin pertama Kerajaan Kalingga setelah didirikan oleh Dapunta Syailendra pada abad ke 6 M. Wasumurti berkuasa di Kalingga selama 11 tahun.
2. Prabu Wasugeni (605-632 M)
Sepeninggalnya Prabu Wasumurti, tahta berlanjut ke putranya, yakni Prabu Wasugeni. Prabu Wasugeni menjabat sebagai pemimpin Kerajaan Kalingga selama 27 tahun.
3. Prabu Kiratasingha (632-648 M)
Prabu Kiratasingha merupakan gelar dari Raja Santanu. Raja Santanu merupakan pemimpin ketiga yang menjabat di Kerajaan Kalingga. Berdasarkan catatan sejarah, Raja Santanu pernah mengirimkan duta besarnya ke China abad 632 M.
Selanjutnya, dalam catatan Tiongkok I-Tsing seorang pendeta bernama Hwi-Ning datang dan menetap di Kerajaan Kalingga selama tiga tahun.
Hwi-Ning bertugas menerjemahkan kitab suci agama Budha Hinayana dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina.
4. Prabu Kartikeyasingha (648-674 M)
Prabu Kartikeyasingha merupakan gelar dari Raja Sailendra yang memimpin Kerajaan Kalingga selama 26 tahun pada abad 648 M.
Ia menikah dengan putri Prabu Wasugeni yakni Dewi Wasuwari atau yang lebih dikenal sebagai Ratu Sima.
Pada masa kepemimpinannya, ia dua kali mengirimkan seorang utusan ke dataran Cina, yakni pada tahun 648 M dan 666 M. Raja Sailendra wafat pada tahun 674 M
5. Ratu Shima (674-695 M)
Ratu Sima naik tahta setelah wafatnya sang suami Raja Sailendra pada tahun 674 M. Prestasinya dalam memimpin Kerajaan Kalingga menjadi yang paling kuat saat itu. Itu sebabnya, ia mendapat gelar Sri Maharani Mahisasuramardini Satyaputikeswara.
Kepemimpinan Ratu Sima membuat kejayaan Kerajaan Kalingga semakin meningkat di dataran Jawa. Kepatuhannya terhadap hukum yang diterapkan membuat rakyatnya segan dan taat. Sepeninggalnya Ratu Sima kejayaan Kerajaan Kalingga mulai runtuh dan terbagi menjadi dua kekuasaan.
Kehidupan Sosial Masyarakat di Kerajaan Kalingga
Setelah mengetahui sejarah Kerajaan Kalingga dan raja-rajanya, kamu juga perlu memahami kehidupan sosial masyarakatnya. Berikut penjelasan mengenai kehidupan masyarakat Kerajaan Kalingga dari 3 aspek, yaitu:
1. Kehidupan Politik
Kehidupan politik di Kerajaan Kalingga begitu terkenal saat kepemimpinan Ratu Sima. Sikap lugas dan tegas Ratus Sima dalam menegakkan hukum di kerajaan membuat musuh menjadi segan.
Bahkan, terdapat kisah yang begitu terkenal di mana Ratu Sima menghukum putranya yang menyentuh pundi-pundi emas milik saudagar Arab.
2. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian rakyat Kalingga ditopang oleh perdagangan. Selain itu, pertanian juga menjadi mata pencaharian utama masyarakatnya, sehingga mampu menopang kebutuhan pokok masyarakatnya. Hal itu didukung oleh kondisi tanah Kalingga yang begitu subur.
3. Kehidupan Agama
Masyarakat Kerajaan Kalingga umumnya beragama Buddha. Itu karena pengaruh dari India dan Cina. Pendiri dari Kerajaan Kalingga adalah seseorang yang berasal dari India.
Sementara itu, Kerajaan Kalingga dan Dinasti Tang di Cina sering mengirim utusan untuk bertukar pikiran.
5 Peninggalan Sejarah Kerajaan Kalingga
Sebagai kerajaan yang jaya di masa lampau, Kalingga juga meninggalkan berbagai prasasti yang mencatat keberadaannya. Meski informasi yang ditemukan sejauh ini tidak terlalu detail, itu cukup untuk menggambarkan kehidupan masyarakatnya pada masa itu. Berikut 4 peninggalan sejarah Kerajaan Kalingga, yaitu:
1. Prasasti Tuk Mas
Prasasti Tuk Mas merupakan peninggalan Kerajaan Kalingga yang terletak di lereng barat Gunung Merapi. Isi dari prasasti ini adalah tentang keberadaan sumber mata air yang suci.
Bahkan, memiliki kemiripan dengan sungai Gangga di India. Tidak hanya itu, di dalam Prasasti Tuk Mas juga terdapat beberapa lambang dari agama Hindu, yakni keong, trisula, dan cakra.
2. Prasasti Sojomerto
Selanjutnya, adalah prasasti yang berada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Berbeda dengan Prasasti Tuk Mas, prasasti ini ditulis menggunakan huruf Kawi dan Melayu Kuno.
Isi dari Prasasti Sojomerto menceritakan perihal keluarga Dapunta Syailendra, sang pendiri Kalingga. Cerita tentang awal mula dari raja-raja keturunan Syailendra dan istrinya Sampula.
3. Candi Angin
Penemuan Candi Angin ada di Kabupaten Jepara. Meski terletak di tempat yang sangat tinggi, bangunannya tetap kokoh. Beberapa peneliti mengatakan, usia dari Candi Angin lebih tua dari Candi Borobudur.
Pada candi ini tidak terdapat ornamen Hindu-Budha, sehingga banyak peneliti meyakini candi ini didirikan oleh manusia purba.
Pusaran angin yang terdapat di bagian dalam candi menunjukkan, di masa lampau candi ini menjadi tempat penyembahan.
4. Candi Bubrah
Tepat 500 meter dari lokasi Candi Angin, terdapat Candi Bubrah yang diduga menjadi gapura utama dari Candi Angin. Candi Bubrah terletak di Desa Tempur, Jepara. Seperti namanya, bentuk dari Candi Bubrah adalah bangunan setengah jadi.
Beberapa mitos yang masyarakat setempat percaya adalah bahwasanya candi ini merupakan tempat Kitab Mahabarata terbuka pada masa kepemimpinan Ratu Sima.
5. Situs Puncak Songolikur
Peninggalan terakhir dari Kerajaan Kalingga adalah ditemukannya situs Puncak Songolikur.
Terletak di puncak Gunung Muria atau Rahtawu, pada situs ini terdapat empat arca. Masing-masing arca tersebut bernama Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu.
Berada di puncak gunung, sampai saat ini bagaimana keempat arca tersebut bisa berada di sana masih menjadi misteri. Itu karena jalan menuju puncak sangatlah curam.
Kalingga sebagai Kerajaan Terkuat di Masa Lampau!
Itulah penjelasan mengenai sejarah Kerajaan Kalingga dan berbagai bentuk peninggalannya yang ditemukan di Jawa Tengah. Meski informasi dalam berbagai penemuan tersebut tidak detail, sudah cukup membuktikan pada masa lampau Kerajaan Kalingga menjadi salah satu yang paling kuat di dataran Jawa.