Tari Ratoh Jaroe: Sejarah, Makna, Properti, dan Gerakannya

Indonesia kaya akan keberagaman budaya yang tercermin dalam berbagai bentuk seni tradisional, salah satunya adalah Tari Ratoh Jaroe. Berakar dari budaya daerah Aceh yang mendapat julukan Serambi Mekkah, tarian ini telah mengambil pesona istimewa dalam panorama budaya Indonesia. 

Penari duduk sejajar sempurna, menciptakan gerakan yang dinamis dan sangat mengunggulkan kekompakan menjadi salah satu ciri khas dari tarian daerah Aceh. Selain itu, tarian tersebut telah menjadi bagian penting dari identitas seni tradisional Indonesia secara keseluruhan. Ketahui fakta menarik selengkapnya di artikel ini!

Sejarah Tari Ratoh Jaroe

Ratoh jaroe, salah satu tarian yang termasuk warisan budaya Indonesia ini, memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang. Hingga pada akhirnya mendapatkan pengakuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2011.

Adanya Tari Ratoh Jaroe masih berkaitan dengan sejarah dan budaya Aceh. Dalam asal usulnya, tarian ini berasal dari zaman Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-16. Saat itu, Aceh menjadi pusat perdagangan dan tempat pertemuan antar budaya di Asia Tenggara, sehingga terjadilah pertukaran budaya yang signifikan.

Pada beberapa teori, Ratoh Jaroe mendapatkan pengaruh dari berbagai macam tradisi seperti tari Melayu, tari Arab, bahkan tari Hindu-Buddha yang saling bertukar melalui jalur perdagangan dan interaksi kebudayaan luar. Selain itu, terdapat pula pengaruh budaya Aceh sendiri seperti suku Gayo dan suku Alas.

Tarian ini awal mulanya hanya dipentaskan dalam acara penting, seperti acara-acara istana, upacara keagamaan, atau tarian penyambutan tamu. Namun, seiring berjalannya waktu tarian ini cukup populer di kalangan masyarakat umum dan telah menjadi bagian dari berbagai acara maupun festival di Aceh.

Teori lain mengatakan bahwa awal mula pelopor adanya Tari Ratoh Jaroe dulunya karena ada seorang seniman Aceh yaitu Yusril Saleh yang juga dikenal sebagai Dek Gam. Ia seorang perantau ke kota Jakarta saat tahun 2000-an. 

Proses penciptaan tari ini bermula dari saat Dek Gam merantau. Selama merantau, ia membawa bakat sebagai seorang seniman yang dimiliki dan dipercayai menjadi pelatih tari di anjungan pemerintah Aceh. 

Selanjutnya, Dek Gam juga menjadi seorang koreografer saat ada parade di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dengan adanya acara tersebut, ia berhasil mendapatkan gelar sebagai koreografer terbaik. 

Mulai dari pencapaian itulah, Dek Gam mulai mengembangkan Ratoh Jaroe dan mengenalkannya melalui ekstrakurikuler tari di sekolah-sekolah Jakarta. Hingga akhirnya, tarian ini banyak dipentaskan ke khalayak ramai dan kemudian Dek Gam dianggap sebagai pencipta Tari Ratoh Jaroe.

Makna Tari Ratoh Jaroe

Tarian dari Aceh ini memiliki makna dan nilai filosofi yang mendalam, baik dalam konteks budaya maupun spiritual. Berikut ini beberapa makna yang dipercaya dimiliki oleh tarian Ratoh Jaroe:

1. Representasi Keelokan Wanita Aceh

Dalam bahasa Aceh, kata “Ratoh Jaroe” memiliki arti “tarian cantik”. Gerakan yang lembut dan anggun dalam tarian ini mencerminkan citra perempuan Aceh yang anggun dan berbudi pekerti baik. 

Tarian ini juga berguna untuk memperingati sosok-sosok wanita terkenal dalam sejarah Aceh yang dianggap sebagai teladan bagi generasi-generasi selanjutnya. Tidak hanya itu, arti dari tarian ini juga menunjukkan kekompakan para wanita Aceh yang memiliki sifat pemberani dan pantang menyerah.

2. Representasi Spritual

Mengikuti irama tari yang ada, Tari Ratoh Jaroe juga memiliki cerminan dalam rasa syukur, puji-pujian, dan dzikir kepada Tuhan. Dari gerakannya saja, sering kali dianggap sebagai bentuk doa dan penyembahan kepada Tuhan. Jadi, tarian ini memiliki kekuatan batin dan spiritual yang cukup kuat.

Properti Tari Ratoh Jaroe

Properti Tari Ratoh Jaroe | Sumber gambar: Wikimedia.com

Kelengkapan properti dalam tarian ini adalah bagian penting dari pertunjukan. Penggunaan properti tidak hanya berguna sebagai alat bantu untuk penari, tetapi juga memiliki makna dan simbolisme tersendiri dalam konteks tarian ini. Adapun properti-properti utama dalam Tari Ratoh Jaroe adalah:

1. Kostum

Kostum yang dikenakan para penari Ratoh Jaroe memiliki warna yang polos berwarna putih atau warna cerah, lengkap dengan songket atau kain tenun khas Aceh. Pakaian tertutup untuk penari wanita ini bertujuan untuk mencerminkan citra keislaman dari masyarakat Aceh secara umum.

2. Ikat Kepala

Sebagai pelengkap pakaian dan kain songket, para penari akan menggunakan ikat kepala. Motif dari ikat kepala ini memiliki ragam unik yang menjadi ciri khas dari Aceh.

3. Iringan Musik

Musik memainkan peran yang sangat penting dalam Tari Ratoh Jaroe, dan alat musik tradisional berguna untuk mengiringi pertunjukan. Alat-alat musik seperti rebana, gong, kendang, serunai, dan saron pekok bermanfaat untuk menciptakan irama yang cocok dengan gerakan tari. 

Musik ini juga sering mengandung lirik yang mencerminkan makna dan pesan tarian. Bahkan, iringannya memiliki tempo tertentu untuk menjadi tanda atau patokan para penari untuk melakukan variasi gerakan tari.

4. Aksesoris

Sebagai pelengkap kostum, aksesoris yang dikenakan para penari juga tidak kalah penting. Kalung, gelang, anting-anting, gelang kaki, dan perhiasan kepala menjadi pelengkap properti yang membuat tampilan para penari menjadi sempurna.

Kombinasi kostum yang indah tidak hanya menambah nilai estetika visual. Tetapi juga sebagai cerminan dari keanggunan tarian yang tak ternilai harganya.

Penyajian Tari Ratoh Jaroe

Dalam penyajian tarian yang identik dengan kekompakan, terdapat kombinasi dari beberapa komponen untuk penyajian tariannya. Berikut ini rinciannya:

1. Pola Lantai

Pola Lantai Tari Ratoh Jaroe | Sumber gambar: travel.okezone.com

Pertama, pola lantai menjadi hal yang esensial ketika membahas soal tarian, khususnya tarian tradisional selayaknya Tari Ratoh Jaroe. Apalagi, tarian ini melibatkan banyak penari. Bagaimana posisi atau formasi ketika melakukan tarian? 

Terkait hal tersebut, salah satu tarian dari Aceh ini memiliki aturan khusus, yaitu penari harus terdiri dari perempuan dan berjumlah genap, paling tidak 10 orang. Semua penari akan membentuk formasi lurus dan duduk bersimpuh di lantai.

Tarian ini terdiri dari kombinasi 28 variasi gerakan, 6 pola lantai dengan posisi berdiri, 13 pola lantai ketika duduk, dan 15 pola pengulangan semua ragam dengan hitungan yang berbeda.

2. Pola Tangan

Pola Tangan Tari Ratoh Jaroe | Sumber gambar: travellingindonesia.com

Selain pola lantai, hal penting lain dari tarian dari Aceh ini adalah pola tangan. Gerakan tangan tarian ini hampir mirip dengan Tari Saman, yaitu menepuk-nepuk tangan ke dada dan menggelengkan kepala. Pola tangan mengikuti irama pada iringan musik. 

Terkadang, para menari juga melantunkan syair dan membalas syair dari syahi atau penabuh alat musik. Dalam beberapa kesempatan, salah satu ciri khas dari tarian ini adalah penonton akan terkejut dengan suara melengking dari para penari.

3. Gerakan

Hal yang unik dari tarian ini adalah gerakan yang cepat dan tegas. Tentunya, terdapat pembagian gerakan dan babak dalam Tari Ratoh Jaroe. Berikut ini pembagiannya:

  • Gerakan Masuk: Gerakan awal ini mengharuskan para penari memasuki panggung yang terbagi menjadi dua bagian. Salah satu bagian masuk dari bagian kanan, dan lainnya masuk dari bagian kiri.
  • Pola Bumpempeng: Posisi duduk 1 x 8 + 6 menjadi pola khusus dari tarian ini. Gerakan tangan yang cepat dan bersama-sama adalah gerakan wajib setiap Tari Ratoh Jaroe.
  • Gerakan Jak Ku Timang: Dalam gerakan ini, para penari akan menyairkan suatu syair yang menunjukkan rasa senang dan semangat penduduk Aceh. Uniknya, Jak Ku Timang memulai tempo pelan terlebih dahulu lalu sedikit demi sedikit mencapai klimaksnya.
  • Gerakan Illahoyan: Pada bagian ini, para penari akan mengangkat tangan ke atas dan secara bergantian dengan penari lain yang ada di sampingnya. Sehingga, menciptakan gerakan yang membentuk gelombang dan terkadang terdapat teriakan-teriakan yang terlontarkan oleh para penari.
  • Penutup: Sebagai akhir dari tarian, para penari akan membentuk pola sebagai tanda tarian telah usai. Umumnya, penari akan membuat perbedaan level berdirinya.

Perbedaan Tari Ratoh Jaroe dan Tari Saman

Banyak orang mengira bahwa Tari Ratoh Jaroe adalah Tari Saman yang juga berasal dari Aceh. Padahal, penari Ratoh Jaroe dimainkan oleh wanita yang berjumlah genap. Sedangkan, Tari Saman ditarikan oleh pria yang berjumlah ganjil.

Perbedaan signifikan lainnya adalah bahwa penari Saman biasanya menggunakan kostum tradisional Gayo. Berbeda dengan penari Ratoh Jaroe yang biasanya mengenakan kostum polos dan dikombinasikan kain songket atau kain tenun tradisional Aceh.

Bahkan, pola gerakan antara dua tarian ini juga berbeda. Ratoh Jaroe menonjolkan gerakan tangan beserta badan. Lain halnya dengan Tari Saman yang lebih menunjukkan gerakan badan.

Sudah Kenal dengan Tari Ratoh Jaroe?

Kesenian Tari Ratoh Jaroe adalah contoh nyata bagaimana seni tradisional Indonesia dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman. Meskipun telah mengalami evolusi dan pengembangan, tarian ini tetap menghormati akar budayanya dan tetap memancarkan keindahan serta makna yang mendalam.

Gerakan yang identik dengan kekompakan penari satu sama lain juga mengandung nilai-nilai dan keagungan budaya Aceh. Tidak heran jika tarian ini menjadi salah satu daya tarik utama dalam festival seni budaya, pertunjukan teater, acara resmi, dan acara kebudayaan lokal hingga membuat para penonton kagum.

Melalui Tari Ratoh Jaroe, kita tahu bahwa budaya Indonesia patut diapresiasi oleh dunia. Oleh karena itu, pelestarian dan mempertahankan warisan budaya menjadi tanggung jawab kita sebagai generasi penerus bangsa.

Share: