Orang tua adalah sosok yang sangat berjasa dalam kehidupan seluruh manusia di muka bumi ini. Tanpa adanya mereka, tidak akan lahir keturunan yang saleh dan salehah. Lebih dari itu, orang tua juga yang merawat, mendidik, membesarkan anak. Oleh karena itu, Islam mengajarkan birrul walidain.
Istilah tersebut mungkin sudah tidak asing lagi di telinga, karena sudah banyak diajarkan di sekolah, majelis, maupun pengajian. Nah supaya memahami birrul walidain lebih lengkapnya, simak artikel ini sampai habis.
Daftar ISI
Apa Itu Birrul Walidain?
Birrul walidain adalah sebuah istilah yang diambil dari bahasa Arab al-birru dan al-walidain. Al-birru memiliki makna berbuat baik, berbakti, atau kebaikan. Sedangkan al-walidain artinya adalah orang tua (ayah dan ibu).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), baik ini maksudnya adalah sifat manusia yang dianggap baik menurut norma atau pandangan umum yang berlaku dan mendatangkan keselamatan serta keberuntungan kepada sesama manusia.
Dari sini bisa dipahami bahwa istilah tersebut mengandung arti sikap baiknya seorang anak kepada kedua orang tuanya yang telah melahirkan, membesarkan, merawat, dan menjaganya sejak kecil hingga besar. Istilah ini juga sering disebut sebagai berbuat baik atau berbakti kepada orang tua.
Ada beberapa pandangan tokoh tentang ini, seperti yang dikemukakan oleh Fathurrahman bahwa birrul walidain adalah berbuat baik, menunjukkan kasih sayang, lemah-lembut, dan memperhatikan keadaan keduanya serta tidak melakukan perbuatan buruk kepada mereka.
Al-Jauzi juga mengatakan istilah ini bermakna berbuat baik dan berlapang dalam kebaikan (ihsan) kepada orang tua dalam bentuk perkataan, niat, maupun perbuatan.
Kebaikan yang dimaksud bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk orang lain yang diwujudkan dalam kebaikan rasionalis (berkaitan dengan akal), empiris (berkaitan dengan panca indera), dan esoteris (berikatan dengan jiwa).
Dalil Perintah Birrul Walidain
Perintah berbakti kepada orang tua sudah tercantum langsung dalam Al-Qur’an maupun hadis Nabi Muhammad SAW. Saking pentingnya, Rasulullah sendiri meletakkan perbuatan berbakti kepada orang tua sebagai amalan kedua terbaik setelah salat tepat waktu dan lebih diutamakan daripada jihad dan hijrah.
Al-Qur’an sendiri sudah menyinggung perintah ini berkali-kali dalam suratnya, misalnya:
- Luqman ayat 14:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”
- Al-Isra’ ayat 23-24:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu dan bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua menyayangiku saat kecil.”
- Shahih Bukhari no.496
“….Al-Walid bin Al-Aizar berkata, aku mendengar Abu ‘Amru Asy Syaibani berkata, “Pemilik rumah ini menceritakan kepada kami seraya menunjuk rumah Abdullah ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, amal apakah yang paling dicintai oleh Allah?”. Beliau menjawab, “Salat pada waktunya.” Abdullah bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?”, Rasul menjawab “Kemudian berbakti kepada orang tua.” Abdullah bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?”, Rasul menjawab .”Jihad fi sabilillah.” Abdullah berkata, “Beliau sampaikan semua itu, sekiranya aku minta tambah, niscaya beliau akan menambahkannya untukku.”
Hukum Berbakti kepada Orang Tua
Mengingat cukup banyak ayat dan hadis yang menjelaskan wajibnya manusia berbakti kepada kedua orang tua, maka hukum berbakti kepada orang tua adalah fardhu ‘ain.
Fardhu ‘ain adalah sebuah hukum yang menuntut seseorang melaksanakan kewajiban syariat, misalnya berbakti kepada orang tua dan salat lima waktu.
Ini berbeda dengan fardhu kifayah. Fardhu ‘ain adalah kewajiban mutlak untuk per orang, sedangkan fardhu kifayah kewajiban tanpa memandang siapa yang melakukannya.
Contoh fardhu kifayah adalah jika suatu wilayah membutuhkan dokter, tidak semua orang diwajibkan menjadi dokter. Kewajibannya gugur kalau sudah ada dokter yang bertugas.
Nah, karena berbakti adalah kewajiban setiap anak,maka hukumnya adalah fardhu ‘ain, alias mutlak dan tidak dapat diwakilkan.
Cara Birrul Walidain kepada Orang Tua
Berbuat baik kepada kedua orang tua sudah sepantasnya dilakukan karena kedua orang tua sudah mengorbankan jiwa, raga, dan hartanya untuk merawat, mendidik, dan membesarkan anak-anaknya hingga dewasa. Kasih sayang mereka sangat besar kepada anak-anaknya hingga rela melakukan apa saja demi anaknya.
Oleh karena itulah mengapa Allah memerintahkan umat muslim berbuat baik dan berbakti kepada orang tua. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berbuat baik kepada mereka, diantaranya:
- Mendengarkan nasihat dan perkataan orang tua.
- Mematuhi perintah orang tua selama perintah tersebut tidak melanggar syariat.
- Tidak berjalan di depan kedua orang tua, tapi alangkah baiknya berjalan di samping atau di belakangnya.
- Tidak mengeraskan suaranya melebihi suara kedua orang tua untuk menjaga sopan santun kepada mereka.
- Berusahalah mendapatkan keridhaan mereka dengan perkataan maupun perbuatan.
- Bersikap rendah hati dan lemah lembut seperti melayani, merawat orang tua seperti menyuapi makan apabila kedua tangannya sudah tidak mampu.
- Jangan memandang orang tua dengan pandangan tajam atau sinis.
- Jangan bermuka cemberut. Tampakkanlah muka yang ceria dan tersenyum.
- Jangan bepergian kecuali atas izin keduanya.
- Tidak membantah perkataan orang tua.
- Menafkahi orang tua. Seorang muslim hendaknya menafkahi kedua orang tuanya agar memperoleh ridha Allah. Jika seseorang berharta banyak dan orang tua sedang butuh, maka seseorang tersebut wajib memberikannya.
Cara Birrul Walidain ke Orang Tua yang Sudah Wafat
Cara-cara di atas bisa dilakukan apabila kedua orang tua masih ada. Pertanyaannya, bagaimana jika salah satu atau kedua orang tua sudah tiada? Apakah sebagai anak masih bisa berbakti kepada keduanya?
Jawabannya adalah bisa. Seorang anak masih bisa berbakti kepada kedua orang tuanya meski keduanya sudah meninggal.
Rasulullah dalam hadisnya sudah menjelaskan bagaimana seharusnya seorang muslim berbakti kepada orang tuanya yang sudah wafat. Hadis tersebut berbunyi:
“Suatu ketika saya sedang duduk bersama Nabi Muhammad. Tiba-tiba ada seorang laki-laki Anshar datang kepada Nabi. Ia bertanya, “Ya Rasul, apakah saya bisa berbaik budi kepada kedua orang tua saya yang telah wafat.” Mendengar itu Rasulullah menjawab, “Iya, ada empat hal yang bisa dilakukan, yaitu: mendoakan mereka, memohonkan ampun keduanya kepada Allah, melaksanakan janji mereka dan memuliakan semua teman mereka, menjalin silaturahmi dengan orang-orang yang tidak akan menjadi saudaramu tanpa melalui ayah ibumu. Itulah budi baik yang harus kamu lakukan setelah kedua orang tuamu meninggal.” (Musnad Ahmad)
Dari hadis tersebut seperti yang dijelaskan bahwa seseorang tetap bisa berbakti kepada kedua orang tuanya yang meninggal dengan melakukan 4 cara, yakni:
- Mengirim doa kepada orang tua.
- Memohonkan ampun keduanya kepada Allah.
- Menunaikan janji keduanya dan memuliakan teman mereka.
- Menjaga silaturahmi kepada saudara-saudara, keluarga, atau kerabat.
Hikmah Melaksanakan Birrul Walidain
Sejatinya semua perintah dari Allah mengandung hikmah dan manfaat bagi kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk perintah birrul walidain. Ada beberapa hikmah yang bisa dirasakan jika kita berbakti tulus kepada kedua orang tua, yakni:
1. Mendapatkan Ampunan atas Dosa-Dosa yang Telah Dilakukan
Ini persis seperti sebuah riwayat yang pernah menceritakan ada seorang laki-laki yang sedang bersedih serta hancur datang menemui Rasulullah.
Laki-laki tersebut mengaku telah melakukan dosa besar dan ingin bertaubat, dan Rasulullah pun menyuruh laki-laki itu berbakti kepada bibi (saudara perempuan ibu, karena ibunya sudah meninggal) karena bibi memiliki posisi yang sama dengan ibu.
2. Birrul Walidain adalah Amalan Paling Utama
Seperti yang sudah dijelaskan dalam hadis sebelumnya bahwa Rasulullah mengatakan berbakti kepada orang tua memiliki kedudukan tertinggi kedua setelah salat tepat waktu.
3. Meluaskan Rezeki dan Memanjangkan Umur
Berbakti kepada orang tua bisa membuat umur kita menjadi berkah dan rezeki jadi luas dan bermanfaat untuk kehidupan.
4. Mendapat Ridha Allah dan Masuk Surga
Birrul walidain bisa mendatangkan ridha dari Allah karena ridha Allah datang dari ridha kedua orang tua. Apabila seseorang tulus berbakti kepada orang tuanya, ia juga akan dijamin masuk surga
Sudah Tahu Birrul Walidain beserta Hukum dan Dalilnya?
Itulah penjelasan makna birrul walidain lengkap dengan dalil, hukum, dan cakupannya. Dari sini bisa disimpulkan bahwa berbakti kepada orang tua wajib bagi manusia pada umumnya atau umat muslim pada khususnya, karena dari berbuat baik kepada orang tua bisa mendatangkan ridha Allah.