Ciri ciri pantun yang paling umum adalah bersajak a-b-a-b. Ciri inilah yang membedakan pantun dengan jenis karya sastra lainnya, seperti puisi. Agar lebih paham, simak pembahasan lengkap mengenai pantun berikut ini!
Daftar ISI
Pengertian Pantun
Pantun adalah salah satu jenis karya sastra yang memiliki aturan baku, sehingga pembuatannya harus merujuk pada peraturan tersebut.
Di awal kemunculannya, pantun adalah jenis sastra lisan yang digunakan oleh masyarakat zaman dulu. Pengucapannya dilakukan secara langsung, tanpa pikir panjang.
Namun, seiring berjalannya waktu, pantun sudah menjadi salah satu karya sastra tertulis dan dikenal oleh banyak orang dan dijadikan sebagai salah satu materi wajib dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Orang pertama yang berhasil membukukan sastra lisan atau pantun adalah Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau. Beliau adalah sastrawan yang hidup di zaman kepemimpinan Raja Ali Haji.
Kumpulan pantun yang dibukukan tersebut diberi nama “Perhimpunan Pantun-Pantun Melayu”. Seperti namanya, pantun ini menggunakan bahasa Melayu yang merupakan bahasa daerah suku Melayu di Riau.
Pantun juga dikenal sebagai puisi lama. Selain di Riau, daerah-daerah lain di Indonesia juga memiliki pantun, salah satunya pantun Betawi yang merupakan pantun asli suku Betawi di Jakarta.
Istilah pantun berasal dari beberapa daerah. Misalnya, daerah Jawa Kuno atau dalam bahasa Kawi istilah pantun berasal dari kata “tun” yang artinya tuntun atau mengatur. Sedangkan istilah pantun yang berasal dari bahasa Minang memiliki arti penuntun.
Sedangkan menurut R.O. Winsted, seorang pengkaji Budaya Melayu, mengungkapkan bahwa pantun bukan hanya sekadar kata-kata yang mempunyai irama atau rima saja, tapi lebih dari itu.
Pantun bisa diartikan sebagai rangkaian kata-kata yang indah dan menggambarkan kehangatan, seperti kasih sayang, cinta, dan rindu.
Ciri Ciri Pantun
Setiap jenis karya sastra memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang menjadi pembeda. Begitu juga dengan pantun yang memiliki ciri-ciri khusus dan tidak ditemui di jenis karya sastra lainnya. Berikut ciri ciri pantun yang perlu diketahui:
1. Terdiri Dari Empat Baris
Ciri pertama adalah memiliki empat baris. Semua jenis pantun hanya terdiri dari empat baris, jadi tidak heran jika dalam penulisannya tidak lebih dan tidak kurang dari empat baris.
Meski termasuk dalam jenis puisi lama, panjang baris pantun tidak sama seperti puisi pada umumnya. Inilah yang membedakan pantun dengan puisi, meski keduanya masuk dalam kategori karya sastra kuno yang sama.
2. Baris Pertama dan Kedua Berisi Sampiran
Ciri ciri pantun kedua terletak pada baris pertama dan kedua. Jadi, empat baris dalam pantun terbagi menjadi dua kategori, yaitu sampiran dan isi.
Nah, bagian yang termasuk dalam kategori sampiran adalah baris pertama dan baris kedua pada pantun. Sampiran ini berfungsi untuk membentuk suatu rima. Meski begitu, isi sampiran biasanya tidak memiliki hubungan atau berkaitan dengan isi pantun.
Intinya, pembuatan sampiran ini harus bisa menciptakan rima atau sajak. Meski tidak memiliki hubungan dengan isi pantun, sampiran harus memiliki akhiran yang sama dengan isi pantun nantinya.
3. Baris Ketiga dan Keempat Berisi Isi
Sedangkan pada baris ketiga dan keempat berisi isi atau pesan yang akan disampaikan dari pantun tersebut.
Isi pantun harus menyesuaikan tema pantun yang dipilih. Jika tema pantun tentang agama, maka isi pantun harus berkaitan dengan agama. Jika tema pantun tentang nasihat, maka isi pantun juga harus mengandung nasihat.
Isi pantun ini harus berakhiran sama dengan sampiran. Tujuannya agar menciptakan rima atau irama seperti aturan baku dalam pembuatan pantun. Jika tidak memiliki akhiran yang sama, maka karya sastra tersebut tidak masuk dalam kategori jenis pantun.
4. Bersajak A-B-A-B
Ciri ciri pantun yang paling spesifik adalah bersajak a-b-a-b. Sajak atau irama ini akan membuat pantun semakin menarik.
Sajak di dalam pantun juga dikenal dengan persamaan bunyi, baik di bagian awal, tengah, atau akhir kata. Sajak di dalam pantun pada baris pertama dan ketiga harus memiliki sajak atau akhiran yang sama. Begitu juga pada baris kedua dan keempat.
Persamaan sajak inilah yang akan menghasilkan irama. Meski begitu, penempatan sajak harus mengikuti aturan baku yang berlaku, yaitu a-b-a-b. Berikut contohnya:
Untuk apa membeli kura-kura
Lebih baik membeli rakit
Patah hati tak terkira
Melihat orang tua terbaring sakit
Berdasarkan contoh pantun di atas, dapat dilihat bahwa baris pertama dan ketiga memiliki akhiran yang sama, yaitu “ra”. Sedangkan baris kedua dan keempat memiliki akhiran “it”.
Kalimat sampiran, yaitu baris pertama dan kedua pada contoh di atas tidak memiliki hubungan dengan isi pantun, yaitu baris ketiga dan keempat.
Jadi, kalimat pada sampiran tidak harus ada hubungan dengan isi, tapi harus memiliki irama atau akhiran yang sama.
5. Terdiri Atas 8-12 Suku Kata
Berikutnya, pantun terdiri atas 8-12 suku kata. Setiap baris pada pantun harus dibuat sesingkat mungkin. Meski harus singkat, isi dari pantun harus padat.
Ciri ciri pantun satu ini sebenarnya juga berlaku untuk puisi. Ini dikarenakan keduanya berada dalam kategori yang sama, yaitu puisi kuno.
6. Digunakan untuk Berbagai Keperluan
Pantun memiliki banyak jenis, inilah yang membuat pantun bisa digunakan untuk berbagai keperluan.
Selain itu, di beberapa daerah juga menggunakan pantun sebagai pelengkap acara pernikahan. Tradisi ini kemudian menjadi ciri khas dari pantun sebagai karya sastra kuno Indonesia.
7. Pantun Tidak Menyertakan Nama
Ciri pantun terakhir adalah pantun tidak menyertakan nama, alias anonim. Ini dikarenakan orang-orang zaman dahulu menyebarluaskan pantun melalui mulut ke mulut.
Oleh karena itu, pantun-pantun yang populer dan muncul saat ini terkadang tidak ada nama pemilik karya atau pembuatnya.
Jenis-Jenis Pantun dan Contohnya
Pantun terbagi atas beberapa jenis, yaitu pantun nasehat, pantun jenaka, pantun pantun teka-teki, pantun agama, pantun peribahasa, pantun kiasan, dan pantun percintaan. Berikut penjelasan yang dilengkapi contohnya:
1. Pantun Nasehat
Jenis pertama ada pantun nasehat yang bertujuan untuk menyampaikan didikan atau pesan moral. Ciri ciri pantun nasehat biasanya memiliki pesan yang bijak dan mengajak seseorang untuk berbuat baik.
Seperti namanya, isi dari pantun nasehat harus bisa mengajak dan membuat seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu yang dimaksud. Misalnya, tekun belajar, rajin menabung, tidak sombong, berbakti kepada kedua orang tua, dan lainnya.
Contoh:
Ada anak bermain senar
Senarnya dipetik musik pun mengalun
Jika ingin menjadi orang pintar
Belajarlah dengan tekun
Contoh pantun nasehat di atas berisi tentang anjuran untuk belajar tekun, agar lebih pintar. Target dari pantun ini ditujukan kepada anak-anak bersekolah.
2. Pantun Jenaka
Jenis kedua ada pantun jenaka, yaitu pantun yang ditujukan untuk entertainment atau hiburan. Pantun jenaka juga bisa dijadikan sebagai sindiran dalam perkumpulan untuk membangkitkan suasana yang penuh keakraban.
Khusus untuk sindiran, hanya ditujukan kepada orang-orang terdekat untuk mencairkan suasana dalam perkumpulan. Berikut contoh pantun jenaka yang bisa dijadikan sebagai referensi:
Anak kura-kura mirip buaya
Cari makan di kandang burung merpati
Dilihat dari jauh cantik mirip Luna Maya
Dari dekat kok mirip Mpok Ati
3. Pantun Teka-Teki
Pantun teka-teki merupakan pantun yang berisikan tentang tebak-tebakan pertanyaan. Salah satu dari ciri ciri pantun teka-teki adalah berisi kalimat pertanyaan pada baris keempat atau baris akhir dari pantun.
Menariknya, membalas atau memberikan jawaban untuk pertanyaan pada pantun teka-teki juga harus berpantun. Berikut contoh pantun teka-teki yang bisa dijadikan sebagai referensi:
Bianglala berputar-putar
Duduk manis jangan banyak gaya
Jika kamu merasa pintar
Hewan apa yang sangat kaya?
4. Pantun Cinta
Jenis selanjutnya ada pantun cinta. Sama seperti puisi, pantun juga bisa digunakan untuk mengungkapkan rasa sayang, rindu, dan cinta kepada seseorang. Romantisme pantun dan puisi tentu berbeda. Perbedaannya terletak pada susunan kata pada pantun yang lebih singkat daripada puisi.
Di antara jenis pantun lainnya, pantun cinta tidak begitu populer. Kebanyakan orang-orang lebih senang mengungkapkan perasaannya lewat puisi, karena tidak dibatasi jumlah barisnya.
Meski begitu, ada beberapa orang yang masih menggunakan jenis pantun cinta untuk mengungkapkan rasa sayang atau rindu kepada orang tersayang. Berikut contoh dari pantun cinta yang bisa dijadikan sebagai referensi:
Bertemu singa di dalam hutan
Ambil ranting pohon pakai pisau belati
Walau kisah kita banyak rintangan
Akan ku jaga kau dengan sepenuh hati
5. Pantun Agama
Jenis kelima ada pantun agama. Seperti namanya, jenis pantun satu ini berisi tentang moral dan pendidikan seputar agama, atau lebih tepatnya tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Ini contoh pantunnya:
Jika ada jarum patah
Jangan disimpan dalam busa
Jika hati sudah terasa lemah
Ingatlah Tuhan yang Maha Kuasa
6. Pantun Peribahasa
Jenis pantun satu ini memiliki peribahasa di dalam isinya. Kalimat peribahasa yang digunakan juga harus memiliki susunan yang tetap. Ini merupakan ciri ciri pantun peribahasa yang membedakannya dengan jenis pantun lainnya. Berikut contohnya:
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
7. Pantun Kiasan
Terakhir ada jenis pantun kiasan. Jenis satu ini berisikan kalimat atau bahasa kiasan dan biasanya disampaikan secara tersirat. Berikut contoh dari pantun kiasan:
Berburu ke padang datar
Mendapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang yang tak jadi
Sudah Tahu Ciri Ciri Pantun?
Jadi, ciri-ciri pantun yaitu terdiri dari 4 baris, terdapat sampiran pada baris 1 dan 2, bagian isi di baris 3 dan 4, bersajak a-b-a-b, serta terdiri atas 8-12 suku kata. Kemudian, pantun bisa dipakai untuk beragam keperluan dan tidak ada nama penciptanya.