Arti Sifat Syaja’ah dalam Islam serta Penerapan, Jenis & Manfaatnya

Sebagai umat muslim, sudah sepatutnya kita meneladani sifat-sifat baik Rasulullah SAW. Dan salah satu sifat Rasul yang patut kita jadikan teladan adalah syaja’ah, yang artinya keberanian untuk membela kebenaran. 

Untuk menanamkan sifat ini, ada baiknya jika kamu pahami seluk beluk tentang sifat keberanian untuk membela kebenaran melalui artikel di bawah ini. Mulai dari artinya, dalilnya, penerapannya, jenis-jenisnya, hingga hikmahnya. 

Arti Sifat Syaja’ah 

Berikut ini pengertian sifat ini dari segi bahasa, istilah, serta beberapa sumber lainnya:

1. Pengertian Secara Bahasa dan Istilah

Syaja’ah adalah istilah dalam bahasa Arab yang memiliki arti yang kompleks. Secara etimologi (bahasa), kata shaja’a yang memiliki makna “tegas”, “kokoh”, atau “kuat”. Dalam konteks terminologi, syaja’ah sering digunakan untuk merujuk pada sifat atau karakteristik yang melibatkan ketegasan, keberanian, kegagahan, atau kekuatan moral.

Secara lebih luas, sifat ini merujuk pada kekuatan jiwa atau semangat yang tangguh dan tidak mudah tergoyahkan dalam menghadapi tantangan atau kesulitan. 

Dalam konteks Islam, sifat ini sering dikaitkan dengan keteguhan iman, keberanian dalam mempertahankan kebenaran, dan ketangguhan dalam menghadapi cobaan atau perjuangan dalam jalan Allah.

Sifat ini juga dapat mengacu pada keberanian fisik dalam pertempuran atau konflik. Dalam konteks sejarah Arab, sifat ini sering dikaitkan dengan nilai-nilai kepahlawanan, keberanian, dan kekuatan dalam peperangan. 

Selain itu, sifat ini juga dapat merujuk pada kualitas pemimpin yang tangguh dan tegas dalam mengambil keputusan yang sulit atau dalam melawan ketidakadilan.

2. Menurut Kamus Besar Bahasa Arab

Dalam Kamus Besar Bahasa Arab, syaja’ah bermakna kegagahan, keperwiraan, dan keberanian. Sifat ini bukan cuma mengacu pada keberanian saat di medan perang, melainkan sikap mental seseorang dalam mengendalikan dirinya sendiri dan bertindak sesuai dengan yang seharusnya.

Sifat ini menggambarkan seseorang yang memiliki kesabaran yang besar dalam menghadapi musibah atau memiliki keberanian dalam melakukan suatu kebaikan. Adapun lawan dari sifat ini adalah al-jabn yang artinya pengecut. 

3. Menurut Syekh Hasal al-Banna

Syekh Hasan al-Banna adalah seorang tokoh Islam dan pendiri Gerakan Ikhwanul Muslimin (Ikatan Muslimin) pada tahun 1928. Beliau memiliki pandangan dan pemahaman sendiri tentang konsep syaja’ah dalam Islam.

Hasan al-Banna mengartikan sifat ini sebagai ‘azhimul ihtimal, yang artinya memiliki daya tahan yang kuat dalam menanggung beban atau cobaan yang berat.

Sifat ini menurut Syahid Hasan al-Banna juga melibatkan ketangguhan hati, kegigihan, dalam menghadapi rintangan dan cobaan dalam rangka mencapai tujuan yang mulia. Sehingga, ketika diberikan kenikmatan oleh Tuhan, maka akan senantiasa bersyukur.

Dalil Tentang Syaja’ah

Sifat berani karena benar sangat dianjurkan untuk ditanamkan pada hati setiap muslim. Bahkan, Allah ta’ala mengingatkan hamba-Nya betapa pentingnya memiliki keberanian untuk senantiasa memegang teguh agamanya dan istiqamah dalam ajaran-Nya melalui beberapa dalil naqli maupun aqli. 

Salah satunya dalam Q.S Hud ayat 112, Allah SWT berfirman: “Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Selain itu, Allah SWT juga menunjukkan ciri-ciri sifat ini melalui Q.S Ali Imran ayat 139 yang artinya: “Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.”

Ada juga sebuah hadits tentang sifat ini yang berisi peringatan terhadap penguasa dzolim, yang artinya, “Jihad yang paling utama adalah mengutarakan sebuah kebenaran (berkata yang baik dan jujur) di hadapan penguasa yang dzolim.” Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibu Majah dan tergolong hadits hasan.

Jenis-Jenis Syaja’ah

Dalam Islam, terdapat dua jenis sifat keberanian dalam konteks yang lebih spesifik. Berikut penjelasannya:

1. Syaja’ah Harbiyah

Sifat ini berkaitan dengan keberanian dan kekuatan dalam pertempuran atau peperangan. Sifat ini harus dimiliki oleh tentara, prajurit, atau yang berkecimpung di dunia militer, karena sewaktu-waktu bisa mengalami situasi yang sangat berbahaya, seperti serangan ledakan, menaklukkan musuh, bahkan kematian. 

Ini melibatkan keberanian fisik, keterampilan tempur, kekuatan, strategi, dan ketahanan dalam menghadapi musuh. Selain itu, kemampuan untuk tetap tenang, berpikir jernih, berani, dan tidak mengutamakan diri sendiri di bawah tekanan yang ekstrim juga termasuk ciri-ciri sifat ini.

Dalam konteks sejarah perang, sifat ini sering dikaitkan dengan kualitas kepemimpinan dalam medan perang, mampu menggunakan senjata dengan efektif, serta melawan musuh tanpa keraguan.

Selain di medan perang, situasi ekstrim lainnya yang membutuhkan sifat ini adalah operasi penyelamatan atau saat terjadi bencana alam. Dalam situasi ekstrim ini, keberanian para kru penyelamat sangat penting untuk menyelamatkan nyawa orang lain. 

Contoh peristiwa yang menunjukkan sifat ini bisa kamu lihat pada peristiwa Perang Badar. Dalam pertempuran ini, pasukan Muslim yang jauh lebih kecil dalam jumlah dan persenjataan, berhasil mengalahkan pasukan Quraisy yang lebih besar dan lebih kuat. 

Keberanian, ketangguhan, dan keberanian fisik yang ditunjukkan oleh pasukan Muslim dalam menghadapi musuh yang lebih kuat adalah contoh keberanian yang luar biasa.

2. Syaja’ah Nafsiyah

Nafsiyah adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan kepribadian diri. Jadi, bisa dibilang sifat ini berkaitan dengan kekuatan dan keberanian yang muncul dari dalam diri seseorang ketika menghadapi cobaan hidup, bahaya, dan penderitaan yang menimpa dirinya. 

Sifat ini merujuk pada keteguhan hati, keberanian moral, dan ketahanan emosional seseorang dalam menghadapi tantangan, kesulitan, atau cobaan dalam kehidupan sehari-hari. Keberanian ini sering kali tidak terlihat dan dipahami oleh orang lain, melainkan dirasakan oleh diri sendiri. 

Misalnya, keberanian dan keteguhan dalam menghadapi phobia, mengalami kecelakaan, menderita suatu penyakit, atau menghadapi kemiskinan. Situasi-situasi tersebut mengharuskan seseorang untuk memiliki sifat ini, supaya bisa menghadapinya dengan tenang, semangat, dan tetap bersyukur. 

Ciri khas orang yang memiliki sifat ini adalah dari keteguhan iman, ketabahan dalam menjalankan perintah agama, dan kemampuannya untuk mengatasi godaan atau frustasi.

Penerapan Syaja’ah

Ada beberapa perwujudan dari sifat ini yang bisa diterapkan oleh umat muslim dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya:

1. Quwwatul Ihtimal

Arti dari quwwatul ihtimal adalah kekuatan atau daya tahan yang kuat. Jika individu memiliki sifat keberanian, maka ia mampu bersabar dalam menghadapi berbagai kesulitan, bahaya, ataupun penderitaan lainnya untuk memperjuangkan sesuatu di jalan Allah SWT.

Individu yang memiliki daya tahan kuat, senantiasa teguh di dalam hatinya dan tidak akan mudah putus asa, sebab dalam hatinya telah tertanam prinsip yang kuat pada Rabb-Nya. Contohnya dalam sejarah bisa kamu lihat pada kisah para sahabat, salah satunya Bilal bin Amr bin Yasir. 

Bilal disiksa secara pedih oleh kaum kafir untuk memaksanya mengingkari keimanannya. Akan tetapi, ia tetap memegang teguh iman dalam hatinya.

2. Ash-Sharahah Fil Haq

Ini adalah salah satu penerapan sifat ini yang berarti terus terang dalam sebuah kebenaran. Seseorang dengan sifat ini, biasanya cenderung lebih berani untuk berkata apa adanya dan berterus terang. Tak peduli apakah itu akan berdampak negatif atau merugikan dirinya.

3. Kitmanu As-Sirri

Implementasi lainnya dari sifat syaja’ah adalah kitmanu as-sirri yang berarti memegang rahasia. Ketika seseorang dengan sifat ini memperoleh amanah untuk memegang suatu rahasia, maka ia akan senantiasa untuk berhati-hati, agar tidak membocorkannya, sebab menyimpan rahasia penting membutuhkan keberanian yang besar.

Bahkan, di kalangan sahabat Rasulullah pun tidak banyak yang bisa dipercaya untuk menyimpan rahasia. Namun, ada salah satu sahabat Nabi SAW yang bernama Hudzaifah Ibnul Yaman r.a yang sangat pandai dan teguh dalam menjaga rahasia. Oleh sebab itu, beliau mendapatkan julukan sebagai Si Pemegang Rahasia (Shihabus Sirri).

Selain itu, ada sahabat Rasulullah yang lain bernama Hudzaifah yang juga dipercaya oleh Nabi untuk menjaga rahasianya tentang semua orang-orang munafik yang ada. Rahasia tersebut terus dijaga seumur hidup Hudzaifah, bahkan sampai zaman kekhalifahan Umar bin Khattab pun tidak ada yang tahu.

4. Al-Inshafu Min Adz-Dzati

Arti dari sifat ini adalah bersikap secara objektif terhadap diri sendiri. Sikap objektif dalam hal ini mengacu pada kemampuan untuk melihat diri sendiri dengan jujur, mengenali kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, serta mampu menghadapi kenyataan dengan berani.

Dalam konteks syaja’ah, bersikap objektif terhadap diri sendiri berarti tidak menghindari atau menutupi kelemahan atau kesalahan yang ada. Seseorang yang memiliki sifat ini akan berani mengakui dan menghadapi kelemahan atau kesalahan yang dimilikinya dengan jujur. 

Ia cenderung tidak takut untuk melakukan introspeksi diri, mengenali kekurangan yang perlu diperbaiki, dan mengambil langkah untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Bersikap objektif terhadap diri sendiri juga berarti berani mengevaluasi tindakan dan keputusan yang telah diambil, tanpa membenarkan kesalahan atau mencari kambing hitam. 

Sehingga, individu yang memiliki sifat ini cenderung akan berani mengambil tanggung jawab atas konsekuensi dari kesalahan yang diperbuat dan berusaha memperbaikinya.

5. Al-I’tirafu Bil Khatha’i

Berani mengakui kesalahan juga menjadi salah satu penerapan sifat ini. Sebab, mengakui kesalahan bukanlah perkara yang mudah, sehingga tidak semua orang mau dan bisa melakukannya. Mengakui kesalahan berarti harus siap untuk dihujat, bahkan dikucilkan oleh orang lain.

6. Milku An-Nafsi ‘Inda Al-Ghadhabi

Salah satu perwujudan sifat ini dalam diri seseorang adalah sikapnya yang mampu mengendalikan diri saat marah, melawan hawa nafsu, dan menekan emosi, supaya bisa tetap berpikir jernih. 

Mampu menguasai diri saat marah menunjukkan kegigihan untuk tidak terjerumus dalam tindakan impulsif atau kekerasan. Melainkan berusaha menahan amarah dan mencari solusi yang lebih konstruktif.

Ketika seseorang mampu menguasai diri saat marah, ia cenderung akan memperlihatkan kecerdasan emosional yang tinggi. Artinya, ia mampu memahami bahwa kemarahan yang meluap-luap tidak akan membawa manfaat dan bahkan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Selain itu, menguasai diri saat marah juga menunjukkan penghormatan terhadap prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Sebab, seseorang yang memiliki sifat ini tidak mengabaikan kebenaran atau melanggar hak orang lain hanya karena amarah. 

Sebaliknya, ia berani untuk bertindak dengan bijaksana, menghormati nilai-nilai etika, dan mencari solusi yang logis dalam situasi yang sulit.

Manfaat Memiliki Sifat Syaja’ah

Dari bukti dalil-dalil sebelumnya, bisa kamu ketahui bahwasannya Islam sangat menekankan agar setiap muslim menanamkan sifat ini dalam kepribadian mereka. Itu karena sifat ini memiliki banyak manfaat yang bisa diperoleh, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Bahkan, dampak positifnya bisa berpengaruh secara luas loh, baik itu untuk masyarakat sekitar, maupun bangsa juga negara. Lantas, apa saja manfaat memiliki sifat ini?

1. Membangun Kepercayaan

Manfaat pertama yang bisa kamu ambil dengan memiliki sifat ini adalah dapat membangun kepercayaan antar individu. Ketika kamu bersikap jujur dan terus terang, orang lain akan merasa nyaman dan percaya padamu.

Sebagaimana kamu tahu bahwa kepercayaan adalah dasar dalam hubungan yang sehat, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Kalau kamu bersikap jujur dan terus terang, orang lain merasa yakin bahwa mereka dapat mengandalkan dan mempercayai kamu

Ketika kepercayaan ada, hubungan pun menjadi lebih harmonis dan lebih positif. Orang-orang merasa lebih nyaman dalam berbagi pikiran, perasaan, dan pengalaman mereka, karena mereka tahu bahwa informasi yang mereka berikan akan diterima dengan jujur dan terbuka. Alhasil, terciptalah komunikasi yang lebih baik atas dasar saling percaya.

Bukan hanya berlaku di lingkungan sosial masyarakat, hal ini juga berlaku di lingkup profesional. Kepercayaan memainkan peran penting dalam dunia kerja. 

Misalnya, ketika seorang karyawan memiliki sifat ini, maka atasan dan rekan kerjanya akan merasa yakin untuk memberikan tugas tertentu atau melibatkannya dalam proyek penting.

2. Mengembangkan Kedewasaan

Manfaat selanjutnya dengan menanamkan sifat ini dalam diri sendiri adalah kedewasaan yang semakin berkembang, terutama dalam menyikapi permasalahan atau cobaan hidup. 

Ketika seseorang memiliki sifat ini, ia cenderung tidak takut untuk menghadapi kenyataan dan berbicara dengan jujur ​​tentang masalah yang dihadapi.

Jika mengalami suatu permasalahan atau konflik, sifat ini memungkinkan seseorang untuk melihat situasi secara objektif dan mengakui kebenaran, baik itu kebenaran tentang dirinya sendiri maupun kebenaran tentang situasi yang ada.

Seseorang yang memiliki sifat ini biasanya mampu untuk berpikir secara rasional saat mengatasi masalahnya. Dengan memiliki sifat ini, kamu juga menjadi lebih mampu mengendalikan emosi, sehingga mampu mengelola konflik dengan lebih baik.

Bukan malah cenderung menghindari atau mengabaikan masalah seperti seorang pengecut, tetapi berani menghadapinya dengan kepala dingin. Kombinasi antara rasionalitas dalam berpikir, mampu mengendalikan emosi, dan mengakui kebenaran dengan rendah hati inilah yang menjadi tanda-tanda kedewasaan telah berkembang.

3. Dapat Memperkuat Keimanan

Pribadi yang memiliki sifat ini juga cenderung lebih mendahulukan kewajiban beribadahnya kepada Allah SWT daripada urusan lainnya yang lebih bersifat duniawi. Orang dengan sifat ini juga tidak akan mudah putus asa dalam menghadapi cobaan hidup, semata-mata untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Bukan malah mencari-cari pembenaran palsu atau menyalahkan keadaan, bahkan menyalahkan Allah saat berada di situasi sulit. 

Ia senantiasa mengakui realitas kehidupan dan menerima bahwa cobaan adalah bagian dari perjalanan kehidupan yang diatur oleh Allah dan senantiasa bersyukur atas sedikit banyaknya nikmat yang diterima.

Dalam hal ini, sifat ini membantu seseorang untuk memperkuat keyakinan mereka dalam kebijaksanaan dan rencana Allah. Wujud rasa takut, syukur, dan patuhnya kepada Allah inilah yang mencerminkan keberaniannya.

Berbeda dengan orang yang tidak memiliki sifat ini, ia justru cenderung menyepelekan ibadah dan lebih mementingkan urusan dunia, hanya demi keuntungan yang sesaat.

4. Memperoleh Kehidupan Keluarga yang Tenteram

Sifat syaja’ah melibatkan kejujuran, terus terang, dan transparansi dalam segala hal, termasuk dalam hubungan keluarga. Dalam keluarga yang didasarkan pada prinsip keberanian, maka akan tercipta kebiasaan untuk saling mendukung, berkomunikasi dengan terbuka, dan bertanggung jawab terhadap tugas dan perannya masing-masing.

Jika setiap anggota keluarga menanamkan sifat ini, maka mereka akan senantiasa mengutamakan kepentingan keluarga, ketimbang kepentingan diri sendiri. Begitu juga dalam mengatasi permasalahan dalam keluarga, maka tidak akan cenderung untuk saling berbohong atau menutupi kebenaran demi keuntungan pribadi.

Melainkan menghadapinya dengan keterbukaan dan mencari solusi yang paling adil bagi semua anggota keluarga. Keluarga yang menerapkan sifat ini juga senantiasa memiliki daya tahan yang besar dalam mencari rezeki yang halal, meskipun harus bekerja sangat keras.

Bukannya menggunakan cara yang mudah, tapi curang untuk mendapatkan keinginannya, misalnya dengan berbohong, mencuri, atau bahkan korupsi. Hal tersebut justru mencerminkan sifat yang berlawanan dengan sifat ini, karena lemahnya kekuatan dan keberanian dalam melawan hawa nafsu dan keserakahan di dalam diri.

5. Memperkuat Self-Esteem (Harga Diri)

Memiliki sifat ini, berarti memiliki keberanian dan kejujuran dalam mengungkapkan pendapat dan perasaan. Hal ini dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam memperkuat self-esteem atau harga diri seseorang.

Sebagai contoh, ketika kamu berada di dalam sebuah majelis atau komunitas, sifat ini memungkinkan kamu untuk berani menyuarakan pendapat, masukan, atau unek-unek yang kamu pikirkan atau rasakan kepada orang lain. Itu karena kamu memiliki keyakinan pada diri sendiri dan merasa memiliki hak untuk berbicara.

Nah, jika sifat ini dipupuk di dalam hati, maka dapat meningkatkan rasa percaya diri kamu dan dalam jangka panjang dapat memperkuat harga diri kamu.

Berbeda dengan orang yang tidak memiliki sifat ini, justru mereka cenderung menyembunyikan pendapat atau perasaan mereka yang sebenarnya. Hal ini kerap kali menimbulkan penyesalan dan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri di kemudian hari.

6. Meningkatkan Kreativitas dan Produktivitas

Kamu pasti setuju bahwa kreativitas dan produktivitas itu membutuhkan keberanian dan daya tahan yang cukup besar, terutama dalam mengeksplorasi ide, mengelola waktu, melawan rasa malas, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dengan memiliki sifat ini, maka kamu bisa meningkatkan kreativitas dan produktivitas dari dalam diri kamu.

Sifat ini membantu individu mengatasi rasa takut akan kegagalan atau penolakan, sehingga ia lebih berani untuk berpikir out of the box serta mengeksplorasi ide-ide yang baru dan unik.

Begitu juga dalam menciptakan sesuatu yang kreatif, seringkali individu dihadapkan pada tantangan dan kesulitan yang menguji kesabaran. Namun, dengan memiliki sifat ini, mental individu jadi lebih kuat untuk tetap fokus.

7. Membentuk Bangsa yang Berkarakter Kuat dan Maju

Sifat ini juga memiliki manfaat yang sangat besar, jika dijadikan prinsip dalam hidup berbangsa dan bernegara. Bayangkan saja jika masyarakat Indonesia memiliki sifat ini dan berani untuk bersikap jujur, maka pelanggaran hukum bisa diminimalisir, kompak dalam menegakkan keadilan, saling menghargai, dan saling bergotong royong.

Hal ini menjadi pondasi utama dalam memajukan pembangunan sekaligus memperkuat citra dan karakter bangsa. Selain itu, sifat ini juga memainkan peran penting dalam membangun kepercayaan antara warga dan pemimpin negara. Ketika pemimpin negara memiliki sifat ini, mungkin tidak ada yang namanya korupsi.

Berani untuk bersikap transparan, patuh terhadap UU dan prinsip-prinsip etika, serta bertindak dengan integritas, hingga dapat membantu memperkuat kepercayaan publik terhadap pemerintahan.

Singkatnya, sifat ini sangat penting dimiliki oleh suatu bangsa. Agar timbul perasaan berani dalam diri setiap warganya untuk membela sesuatu yang benar dan melawan yang salah secara bersama-sama demi menjadi sebuah negara yang lebih maju.

Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sifat Syaja’ah

Ada banyak sekali contoh perilaku dalam kehidupan yang mencerminkan sifat ini, baik itu dalam lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan kerja, maupun kehidupan bermasyarakat. Di antaranya adalah:

1. Syaja’ah dalam Lingkungan Keluarga

  • Berani menceritakan masalah atau keluh kesah yang dialami secara terbuka kepada anggota keluarga.
  • Mau melakukan tugas dan tanggung jawabnya dalam keluarga.
  • Melibatkan semua anggota keluarga dalam pengambilan keputusan penting.
  • Tidak saling berbohong untuk menutupi kesalahan.
  • Saling menghargai dan menghormati privasi anggota keluarga.
  • Bersedia membantu anggota keluarga yang sedih atau mengalami kesulitan.
  • Mendahulukan kepentingan dan kebahagiaan keluarga daripada kepentingan diri sendiri.
  • Tidak memanfaatkan kekuasaan atau otoritas dalam keluarga untuk merugikan anggota keluarga lainnya.
  • Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota keluarga untuk berbicara secara terbuka dan mengungkapkan perasaan dengan aman.
  • Mengajarkan nilai-nilai moral dan etika kepada anggota keluarga dengan contoh perilaku yang baik.
  • Menerima perbedaan individu dalam keluarga dengan sepenuh hati serta tidak pilih kasih.
  • Berani mengurangi gadget time dan lebih banyak menghabiskan quality time bersama keluarga.

2. Contoh Syaja’ah dalam Kehidupan Pendidikan

  • Tidak mencontek atau melakukan kecurangan saat ujian.
  • Berani menolak permintaan teman yang meminta contekan ataupun tawaran untuk menerima contekan.
  • Menerima nilai hasil ujian dengan lapang dada.
  • Menghormati hak kekayaan intelektual dengan tidak melakukan plagiarisme.
  • Mau menerima teguran dari guru atau dosen.
  • Tidak menghina atau membully teman.
  • Menjaga rahasia teman.
  • Berani meminta maaf, jika berbuat salah kepada teman.
  • Mengerjakan dan mengumpulkan PR atau tugas dengan tepat waktu.
  • Melakukan kerja kelompok dengan adil dan transparan, alias tidak titip-titip nama.
  • Menghormati waktu dan tidak terlambat dalam menghadiri kelas.
  • Berani untuk menghormati peraturan dan tata tertib sekolah.
  • Menggunakan bahasa yang sopan dan menghormati saat berbincang dengan guru.
  • Tidak menyalahgunakan teknologi maupun fasilitas sekolah yang lain.
  • Menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas dalam kegiatan olahraga yang diadakan sekolah.
  • Tidak menyebarkan berita bohong atau hoaks di antara teman-teman sekelas.
  • Menghormati kebebasan berekspresi teman-teman di sekolah tanpa melakukan pelecehan verbal atau intimidasi.

3. Contoh Syaja’ah dalam Dunia Kerja

  • Jujur dalam melaporkan hasil kerja dan kemajuan proyek kepada atasan dan rekan kerja.
  • Menghormati pendapat dan kontribusi dari rekan kerja dalam pengambilan keputusan.
  • Tidak menyembunyikan informasi yang penting dari rekan kerja atau atasan.
  • Menghargai hak kekayaan intelektual dan menghindari tindakan plagiarisme dalam pekerjaan.
  • Mengerjakan tugas sesuai dengan deadline yang telah ditetapkan.
  • Menghargai perbedaan budaya, latar belakang, dan kepercayaan dalam tim kerja.
  • Tidak menyalahgunakan jabatan di perusahaan.
  • Mengerjakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan dengan menerapkan etika kerja yang baik.
  • Berani mengungkapkan ide atau gagasan saat rapat.
  • Tidak mudah menyebar gosip di tempat kerja.
  • Menghargai feedback yang diterima dari kolega, klien, maupun atasan dan berusaha memperbaikinya.

4. Contoh Syaja’ah di Lingkungan Masyarakat

  • Tidak membuang sampah sembarangan yang bisa mencemarkan lingkungan.
  • Membantu tetangga yang sedang mengalami kesulitan atau tertimpa bencana.
  • Berani melaporkan segala tindakan yang mencurigakan dan berpotensi merugikan orang banyak.
  • Berperan aktif mengikuti berbagai kegiatan desa, seperti kegiatan olahraga, keagamaan, dan sebagainya.
  • Berani menegur orang yang mengganggu ketertiban.
  • Mampu mengendalikan emosi saat marah kepada orang lain.

Yuk, Tanamkan Sifat Syaja’ah dalam Kepribadian Kita!

Itulah penjelasan terkait sifat syaja’ah, salah satu sifat terpuji yang seharusnya terpatri dalam diri setiap muslim. Dari uraian di atas, bisa kamu simpulkan bahwa keberanian itu bukan berarti tidak takut, melainkan kemampuan untuk mengatasi rasa takut itu sendiri. Setiap orang punya sifat berani dalam dirinya, tinggal mau diarahkan kemana.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page