Ikhfa: Pengertian, Macam, Hukum Bacaan dan Contohnya, Lengkap!

Dalam dunia pembacaan Al-Qur’an, pengetahuan tentang tajwid sangatlah penting. Tajwid adalah ilmu yang mempelajari aturan dan hukum-hukum bacaan yang membantu kita membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Salah satu hukum bacaan yang penting dalam tajwid adalah ikhfa. 

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep ikhfa secara mendalam. Mulai dari pengertiannya, macam-macam, hukum bacaannya, hingga contoh-contohnya dalam membaca Al-Qur’an. Simak sampai akhir, ya!

Pengertian Ikhfa

Ikhfa secara harfiah berarti “menyamarkan” atau “menghilangkan.” Namun, dalam konteks tajwid, ikhfa memiliki makna yang lebih khusus. 

Ia adalah salah satu hukum bacaan yang menuntut kita untuk menyamarkan atau menghilangkan bunyi sukun pada huruf-huruf tertentu ketika huruf tersebut bertemu dengan huruf-huruf tertentu yang mengikutinya. 

Dengan menerapkan hukum bacaan dengan benar, kita dapat menghasilkan pengucapan huruf yang halus dan sesuai dengan aturan tajwid.

Macam-Macam 

Secara umum, terdapat tiga macam ikhfa dalam tajwid, yaitu syafawi mutlak, syafawi halqi, dan ikhfa haqiqi. Mulailah membaca untuk mengetahui perbedaan ketiganya.

1. Ikhfa Haqiqi

Bacaan ikhfa haqiqi berlaku jika nun mati ( نْ ) atau tanwin (ـًـــٍـــٌ)  bertemu dengan huruf-huruf ikhfa. Ikhfa’ haqiqi sendiri maknanya adalah menyamarkan atau menyembunyikan nun mati atau tanwin tersebut ke dalam huruf-hurufnya.

Huruf-Huruf Ikhfa Haqiqi

Huruf ikhfa haqiqi ada 15, yaitu ت (ta), ث (tsa), ج (jim), د (dal) ذ (dzal), ز (zai), س (sin), ش (syin), ص (shod), ض (dhod), ط (tha), ظ (dzho), ف (fa), ق (qof), dan ك (kaf).

Huruf-huruf dalam ikhfa haqiqi ini dibagi dibagi menjadi tiga tingkatan, masing-masing dengan karakteristik dan persyaratan yang berbeda.

a. Tingkat Tinggi (Kubro/Aqrab)

Tingkatan ini kadang disebut juga sebagai ikhfa kubra atau aqrab.

Pada tingkatan ini, ghunnah (bunyi hidung) muncul dengan jelas saat mengucapkan huruf-huruf Ikhfa. Bunyi ini terutama terlihat pada huruf-huruf Dal (د ), Ta (ت ), dan Tha ( ط ). 

Ghunnah atau bunyi hidung tersebut terdengar dengan jelas karena pengucapan huruf-huruf ini melibatkan bunyi “nun” yang berasal dari ujung lidah yang halus dan akar atas lipatan lidah, dekat dengan gusi atas gigi. Hal ini menghasilkan bunyi hidung yang berdenting dan berkelanjutan.

b. Tingkat Menengah (Wustho/Ausat)

Tingkat menengah Ikhfa haqiqi merujuk pada huruf-huruf yang muncul setelah bunyi “nun”. Pada tingkatan ini, pengucapannya lebih sederhana, tanpa perubahan atau persyaratan khusus yang perlu diperhatikan. Huruf-huruf tersebut diucapkan sesuai dengan bentuknya, tanpa prolongasi atau modifikasi.

Tingkat menengah dari ikhfa haqiqi sendiri kadang lebih dikenal sebagai wustho atau Ausat. Huruf-hurufnya meliputi semua huruf ikhfa haqiqi kecuali Dal (د ), Ta (ت ), Tha ( ط ), qof ( ق) dan kaf (ك).

c. Tingkat Rendah (Sughra/Ab’ad)

Tingkat rendah Ikhfa haqiqi menunjukkan cara pelafalan yang sedikit berbeda dari 2 tingkatan sebelumnya. Pada tingkatan ini, ghunnah diucapkan dengan singkat dan jelas, terutama pada huruf-huruf seperti ق (qof), dan ك (kaf). Tingkatan rendah ini juga kadang disebut sebagai sughra dan Ab’ad.

Contoh kata-kata yang menggambarkan tingkatan ini adalah  (من كان) (من قبل). Penting untuk memastikan bahwa ghunnah atau dengung dari hidung tersebut dengan jelas sambil tetap menjaga pengucapan yang benar dari huruf-huruf berikutnya. 

Namun, ghunnah tidak boleh terlalu lama atau mempengaruhi pelafalan huruf-huruf setelahnya. 

2. Ikhfa Syafawi

Selanjutnya terdapat bacaan ikhfa haqiqi, yang berlaku jika mim mati   ( مْ  ) ke dalam huruf ikhfa’ syafawi yaitu huruf ba’ ( ب ). Ikhfa’ syafawi juga sama seperti ikhfa haqiqi, maknanya adalah menyamarkan, tetapi ke dalam huruf ba.

Ikhfa syafawi merupakan pengucapan yang dilakukan dengan cara yang samar-samar pada bibir dan juga dengan membunyikannya. Ia terjadi karena adanya titik tempat keluarnya suara pada huruf-huruf hijaiyah Mim dan Ba yang berada di antara bibir bawah dan bibir atas. 

Cara Pelafalan Ikhfa atau Hukum Bacaan 

Setelah membahas hukum dan jenisnya, selanjutnya kita akan membahas bagaimana melafalkan hukum bacaan ikhfa. Terdapat beberapa pedoman dan contoh yang perlu ditekankan, yaitu sebagai berikut:

1. Ikhfa Haqiqi

Ketika membaca ikhfa haqiqi, ujung lidah harus dijaga agar tidak menyentuh gusi depan atas. Karena disinilah letak makhraj nun. Bunyi nun atau tanwin tidak akan terdengar dengan jelas jika ujung lidah menyentuh gusi depan atas. 

Pastikan tidak ada gabungan nun atau tanwin dengan huruf-huruf setelahnya, karena hukum bacaan ini terletak di tengah bacaan kalimat.

Sementara itu, ikhfa haqiqi berbeda dengan idzhar yang harus dibaca dengan jelas. Pelafalan hukum bacaan ini yaitu dengan berdengung 2-3 rakaat atau 1 ½ alif.

2. Ikhfa Syafawi

Ikhfa syafawi merupakan pengucapan yang dilakukan dengan cara yang samar-samar pada bibir dan juga dengan membunyikannya. Hukum bacaan ini terjadi karena adanya titik tempat keluarnya suara pada huruf-huruf hijaiyah Mim dan Ba yang berada di antara bibir bawah dan bibir atas. 

Di samping itu, tidak ada penekanan yang kuat pada bibir, dan pengucapannya dilakukan dengan berdengung atau ghunnah.

Dalam hukum hukum bacaan ini, pengucapan tetap dilakukan dengan berdengung selama sekitar 2-3 harakat atau setara dengan 1 ½ alif. Oleh karena itu, jika ikhfa syafawi tidak dilakukan dengan mendengung, maka hukumnya akan berubah menjadi hukum izhar, dimana pengucapannya harus dilakukan dengan jelas.

Ikhfa merupakan salah satu hukum bacaan yang wajib kita terapkan saat membaca Al-Qur’an. Dengan menerapkan hukum ikhfa, pembacaan kita akan menjadi lebih teratur, sesuai dengan kaidah tajwid yang telah ditetapkan.

Contoh-contoh Bacaan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini adalah contoh penggunaan ikhfa dalam membaca Al-Qur’an.

1. Ikhfa Haqiqi

Lanjutkan membaca untuk mengetahui contoh-contoh hukum bacaan di bawah ini.

a. Contoh 1

وَ مِنْ دُوْنِهِمَا جَنَّتٰنِ (Waminng duunihimaa jannataan)

Pada contoh di atas, terdapat Nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf dal ( د )

b. Contoh 2

مِنْ صِيَامٍ  (Minng shiyaamin)

Pada contoh di atas, terdapat Nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf shad ( ص ).

c. Contoh 3

مَا ءً ثَجَّا جًا (Maa-anngtsajaajan)

Pada contoh di atas, terdapat Tanwin ( ـًــ ) bertemu dengan huruf tsa’ ( ث ).

d. Contoh 4

اِنْ كُنْتُمْ  (In kunngtum)

Sedangkan pada contoh yang terdapat 2 ikhfa haqiqi, yaitu nun sukun yang bertemu dengan huruf kaf ( ك ) dan  nun sukun yang bertemu dengan huruf ta (ت )

e. Contoh 5

قُتِلَ ٱلْإِنسَٰنُ مَآ أَكْفَرَهُ (Qutilal – inngsanu ma akfarah)

Pada contoh ini, terdapat Nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf sin ( س  ).

f. Contoh 6

عَيْنٌ جَارِيَةٌ (‘aynunng jaariyatun)

Pada contoh di atas, terdapat Tanwin ( ـًــ ) bertemu dengan huruf jim ( ج)

g. Contoh 7

بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ  (Biqalbinng salimin)

Lalu, pada contoh yang ini terdapat Tanwin ( ـــٍ ) bertemu dengan huruf sin ( س  ).

h. Contoh 8

(Minng sharri ma khalaq) مِنۡ شَرِّ مَا خَلَقَۙ

Sedangkan di contoh ini, bacaan ikhfa haqiqi disebabkan karena adanya Nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf Syin (ش)

2. Ikhfa Syafawi 

Setelah contoh-contoh ikhfa haqiqi, saatnya kita mempelajari contoh untuk ikhfa syafawi.

a. Contoh 1

 فَإِذَا هُم بِٱلسَّاهِرَةِ   (Faidza hummm bis sa hirah)

Pada contoh ini, mim mati ( مْ ) bertemu dengan huruf ba’ (ب ) sehingga bunyi mim disamarkan.

b. Contoh 2

 تَرْ مِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ  (Tar miihimmmbihijaa ratin)

Sama seperti contoh sebelumnya, bunyi ( مْ ) disamarkan karena  mim mati ( مْ ) bertemu dengan huruf ba’ (ب ) 

c. Contoh 3

يَعِظُكُمْ بِهِ  (Ya’izhukummm bihi)

Pada contoh ini juga terdapat mim mati ( مْ ) bertemu dengan huruf ba’ (ب ). Lalu bunyi ( مْ ) disamarkan.

Dengan contoh-contoh tersebut, diharapkan dapat membantu dalam memahami lebih baik bagaimana ikhfa diterapkan dalam membaca Al-Qur’an. Penting untuk mengamalkan dan melatih bacaan dengan benar sesuai dengan hukum bacaannya untuk memperindah dan menghormati keagungan Kitab Suci.

Sudah Paham Mengenai Ikhfa dalam Ilmu tajwid?

Dengan memahami konsep ikhfa, kita dapat memperkaya pemahaman kita tentang tajwid Al-Qur’an. Dengan mengikuti hukum bacaan ikhfa, kita dapat membaca Al-Qur’an dengan lebih baik, memperindah pengucapan huruf-huruf, dan menghormati kaidah tajwid yang telah ditetapkan. 

Melalui pemahaman yang mendalam tentang pengertian, macam-macam, hukum bacaan, dan contoh-contohnya, semoga kita dapat mengamalkan tajwid Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan keberkahan dalam membaca Kitab Suci.

Share: