Bayi Tabung: Pengertian, Prosedur, Risiko, dan Faktor Keberhasilannya

Istilah bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) mungkin sudah sering Anda dengar sebagai salah satu prosedur yang membantu pasangan suami istri dengan gangguan kesuburan untuk tetap bisa memiliki anak.

Untuk melakukannya, Anda terlebih dahulu harus memahami prosedur utama hingga risiko yang mungkin terjadi di kemudian hari. Anda bisa ketahui itu semua dengan membaca artikel di bawah ini.

Pengertian Bayi Tabung

Bayi tabung, atau dalam istilah medis in vitro fertilization (IVF) adalah sebuah prosedur medis di mana pembuahan sel telur oleh sperma terjadi di luar tubuh manusia. Seperti namanya, pembuahan akan dilakukan dalam sebuah tabung.

Prosedur ini sering menjadi pilihan pasangan suami istri jika kehamilan tidak kunjung terwujud setelah melakukan berbagai cara, termasuk menggunakan obat, melakukan operasi, atau inseminasi buatan. Sebab, IVF menjadi satu metode yang tergolong efektif untuk mendapatkan kehamilan. 

Prosedur utamanya akan menggunakan sel telur dari pihak istri yang dibantu dengan sperma dari pihak suami. Namun, ada juga prosedur yang melibatkan sel telur, sel sperma, dan juga embrio dari pendonor. 

Pada beberapa kasus, prosedur IVF akan melibatkan ibu pengganti untuk menanamkan embrio di dalam rahimnya. Kondisi ini bisa terjadi jika ternyata diketahui ada masalah pada pihak istri.

Tes Sebelum Melakukan Bayi Tabung

Sebelum melakukan IVF, ada beberapa prosedur dan juga tes yang perlu Anda lakukan. Beberapa prosedur tersebut di antaranya adalah:

1. Ovarian Reserve Testing

Ovarian Reserve Testing bertujuan untuk mengetahui jumlah dan kualitas sel telur dengan mengukur kadar follicle stimulating hormone, anti-mullerian hormone, dan hormon estrogen pada awal siklus menstruasi pihak istri. Dalam beberapa kasus, dokter juga akan melakukan USG panggul dari pihak istri.

2. Pemeriksaan Penyakit Infeksi Menular

Prosedur tes selanjutnya yang akan Anda lakukan sebelum melakukan proses bayi tabung adalah pemeriksaan atau screening pada pasangan. Tujuannya adalah untuk melihat apakah pasangan memiliki penyakit infeksi menular atau tidak.

3. Pemeriksaan Dinding Rahim

Kemudian, pihak istri juga perlu melakukan tes pemeriksaan dinding rahim. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikan cairan khusus ke dalam rahim melalui leher rahim. 

Lalu, dokter akan melakukan USG untuk mendapatkan gambaran rongga rahim. Pemeriksaan dinding rahim bisa dilakukan dengan menggunakan selang lentur yang dilengkapi kamera ke rahim melalui vagina.

4. Percobaan Pemindahan Embrio Tiruan

Tes selanjutnya adalah percobaan pemindahan embrio tiruan. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengevaluasi ketebalan rongga rahim dan menentukan metode yang paling cocok untuk prosedur bayi tabung.

5. Tes Sperma

Tes sperma juga perlu pasangan lakukan sebelum melakukan prosedur IVF. Tujuannya adalah untuk melihat jumlah, bentuk, dan kualitas sperma dari pihak suami.

Prosedur Melakukan Bayi Tabung

Setelah semua tes di atas berhasil Anda lakukan dengan aman, maka prosedur IVF bisa segera terlaksana. Proses ini juga membutuhkan beberapa prosedur, berikut adalah penjelasannya:

1. Induksi Ovulasi

Prosedur pertama adalah melakukan induksi ovulasi. Sederhananya, induksi ovulasi merupakan proses di mana Anda akan menerima beberapa hormon sintetis dan juga obat-obatan seperti:

  • Luteinizing hormone, follicle stimulating hormone, atau bahkan kombinasi dari keduanya agar merangsang ovarium atau indung telur.
  • Human Chorionic Gonadotropin yang diberikan pada antara hari ke-8 sampai hari ke-14 setelah suntikan perangsan ovarium. Tujuannya untuk membantu pematangan sel telur ketika sudah siap untuk diambil.
  • Obat penekan ovulasi prematur untuk menghindari pelepasan sel telur terlalu cepat dari indung telur.
  • Pasien diberikan hormon progesteron buatan saat menjalani proses pengambilan sel telur. Tujuannya untuk mempersiapkan dinding rahim sebagai tempat penempelan embrio.

Proses ini sendiri biasanya akan memakan waktu 1 sampai 2 minggu sebelum sel telur diambil. Dalam proses ini, pasien juga akan melakukan USG transvaginal untuk memastikan sel telur tumbuh. Serta melakukan tes darah untuk memastikan hormon estrogen dan progesteron berada pada kadar yang tepat.

Dokter bisa memutuskan untuk menunda proses bayi tabung ini apabila dokter melihat pertumbuhan sel terlalu rendah atau terlalu tinggi, termasuk terjadi ovulasi prematur. Nantinya, dokter akan mengulang prosedur IVF dengan memberikan hormon dengan dosis lain.

2. Pengambilan Telur

Proses pengambilan telur biasanya akan dilakukan sekitar 36 jam setelah suntikan hormon terakhir dan sebelum ovulasi. Sebelum melaksanakan prosedur ini, pasien akan mendapat suntikan obat penenang dan analgesik untuk mengurangi ketidaknyamanan yang mungkin timbul selama IVF.

Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pengambilan telur:

  1. Sel telur akan diambil dari rahim dengan menggunakan jarum kecil. Bahkan dalam beberapa kasus, dokter akan membuat sayatan kecil pada dinding perut. Nantinya, dokter akan memasukan jarum kecil pada lubang tersebut dengan bantuan USG di perut.
  2. Proses selanjutnya adalah penyedotan sel telur menggunakan jarum tersebut. Umumnya, proses ini membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit.
  3. Sel telur yang sudah matang akan dokter simpan pada wadah inkubasi yang berisi cairan khusus untuk selanjutnya dibuahi oleh sel sperma.

3. Pengambilan Sperma

Proses selanjutnya adalah pengambilan sperma. Untuk mengambil sampel sperma, dokter akan meminta pihak suami untuk melakukan masturbasi. Namun, dokter juga bisa melakukan tindakan pengambilan sampel sperma langsung dari testis dengan bantuan jarum.

4. Pembuahan

Prosedur bayi tabung selanjutnya adalah proses pembuahan. Pada proses ini, ada dua cara yang bisa dokter lakukan, yaitu:

  • Inseminasi: Pencampuran sel telur dan sperma yang sehat selama 24 jam hingga menjadi embrio.
  • Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) adalah prosedur di mana satu sperma yang sehat dokter suntikkan ke setiap sel telur. Cara ini biasanya akan menjadi pilihan alternatif ketika proses inseminasi gagal atau kualitas sperma yang buruk.

5. Transfer Embrio

Tahap terakhir dari prosedur IVF adalah transfer embrio. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 hari setelah proses pengambilan sel telur dan saat embrio mulai berkembang. 

Sebelumnya, dokter akan memeriksa dan memastikan apakah ada kelainan kromosom atau penyakit tertentu. Jika tidak ada, maka dokter akan memindahkan embrio ke dalam rahim. Beberapa tahapan dalam melakukan proses transfer embrio adalah:

  1. Memberi obat penenang atau bius ringan dengan tujuan untuk meredakan rasa nyeri.
  2. Memasukan selang fleksibel ke dalam rahim melalui vagina.
  3. Mengimplan satu atau beberapa embrio ke dalam rahim menggunakan selang fleksibel.

Dalam waktu 6 sampai 10 hari setelah proses transfer ini, harapannya embrio bisa menempel pada dinding rahim. Namun, jika calon ibu mengalami kondisi tertentu dan transfer embrio harus tertunda, maka dokter akan menyarankan embrio tersebut dibekukan terlebih dahulu.

Seberapa Besar Faktor Keberhasilan Bayi Tabung?

Dalam banyak kasus, program hamil ini memiliki tingkat keberhasilan sekitar 30 persen. Peluang sukses juga secara kumulatif akan lebih tinggi jika program ini terjadi lebih dari satu siklus.

Meski demikian, peluang keberhasilan program IVF juga bisa ditentukan oleh beberapa faktor. Misalnya faktor usia wanita, penyebab infertilitas, serta teknik atau pengobatan yang pasangan pilih. Kualitas sperma juga akan menentukan apakah peluang hamil dengan IVF bisa terjadi atau tidak.

Risiko Prosedur Bayi Tabung

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa prosedur bayi tabung memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah beberapa keunggulan yang bisa Anda dapatkan:

  • Pasangan yang memiliki masalah infertilitas berat masih bisa berpeluang mendapatkan keturunan dengan angka keberhasilan yang konsisten.
  • Dapat mengidentifikasi embrio yang memiliki potensi kelainan genetik serius sebelum dilakukan transfer ke dalam rahim.

Meski demikian, prosedur ini juga memiliki beberapa kekurangan, misalnya:

  • Tidak ada jaminan bahwa prosedur IVF akan berhasil sepenuhnya.
  • Biaya untuk melakukan IVF jauh lebih tinggi daripada teknologi reproduksi berbantu lainnya.
  • Karena prosedurnya melibatkan operasi, ada risiko terkait infeksi, anestesi, dan juga pendarahan.
  • Stimulasi berlebihan pada ovarium bisa membuat bagian tersebut membengkak. Pada kasus yang berat, IVF juga bisa mengakibatkan gangguan pada organ hati dan organ lainnya.
  • Jika ada lebih dari satu embrio yang ditransfer, maka bisa berpotensi terjadi persalinan kembar. 
  • Risiko mengalami keguguran dan juga kehamilan ektopik lebih tinggi.

Tertarik untuk Mengikuti Program Bayi Tabung?

Itulah penjelasan informasi mengenai program bayi tabung atau IVF yang perlu Anda pahami sebelum melakukannya. 

Program ini memang bisa menjadi salah satu jawaban untuk pasangan yang sulit hamil dan mendapatkan keturunan. Namun, pertimbangkan cara ini dengan serius karena biaya programnya bisa berkisar hingga Rp40.000.000,00 per siklus.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page