Proses pengiriman sudah pasti terjadi dalam transaksi bisnis penjualan yang melibatkan barang. Namun, terkadang proses transaksi tidak selalu berjalan sebagaimana mestinya. Retur adalah salah satu hal yang bisa terjadi di dalam proses transaksi yang tidak mulus.
Retur ini bisa terjadi karena beberapa hal. Misalnya saja seperti konsumen yang merasa kecewa karena mendapatkan barang yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Selain itu, bisa juga karena barang yang sampai ke tangan konsumen rusak atau cacat di perjalanan.
Daftar ISI
Apa Itu Retur?
Retur adalah suatu proses atau upaya pengembalian barang. Memahami retur jadi hal wajib bagi pemilik bisnis penjual barang, karena dapat menjaga kualitas transaksi serta menjaga hubungan baik dengan supplier dan konsumen.
Proses retur sebetulnya merupakan risiko yang harus pebisnis hadapi dalam berniaga. Karena, ketidaksesuaian barang adalah bagian dari proses menjalankan bisnis. Sehingga, para pebisnis setidaknya harus punya siasat, agar bisa meminimalisasi kemungkinan terjadinya retur dan menekan kerugian yang bisa timbul dari situ.
Terjadinya retur dalam bisnis harus dicatat dalam laporan keuangan. Hal ini wajib dilakukan oleh pelaku bisnis, agar bisa mengetahui arus persediaan barang dan menghitung kerugian akibat proses retur yang terjadi.
Meskipun retur merupakan hal yang biasa terjadi dalam transaksi jual beli barang, namun proses retur sudah dilindungi oleh undang-undang.
Merujuk pada UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa pengirim barang (penjual atau supplier) dapat dikenakan sanksi hukum. Jika, melakukan kesengajaan dalam mengirim barang yang tidak sesuai perjanjian.
Retur merupakan proses yang tidak hanya melibatkan penjual dan pembeli. Namun juga bisa melibatkan supplier atau pemasok dan penjual.
2 Jenis Retur
Berdasarkan pihak yang terlibat dalam proses transaksi, pengelompokkan jenis retur adalah:
1. Retur Penjualan
Retur penjualan merupakan upaya pengembalian barang yang dilakukan oleh pembeli kepada penjual. Hal ini terjadi karena pembeli merasa barang yang ia peroleh tidak sesuai dengan kesepakatan atau ekspetasi awal saat transaksi terjadi.
Proses jual beli antara penjual dan pembeli bisa terjadi dalam dua bentuk transaksi, tunai dan kredit.
Retur penjualan ini menyebabkan berkurangnya piutang dari penjual kepada pembeli, jika proses transaksi berlangsung secara kredit. Penjual dapat mencatat retur penjualan di jurnal keuangan. Penjual bisa mengisi bagian kolom debit dengan retur penjualan, sedangkan piutang dagang di bagian kredit.
Dalam proses retur penjualan ini, penjual harus memegang bukti nota kredit yang menunjukkan jika barang sudah dikembalikan oleh pembeli ke penjual.
2. Retur Pembelian
Berbeda dengan retur penjualan. Retur pembelian adalah upaya pengembalian barang dari penjual ke pemasok atau supplier. Biasanya, retur pembelian melibatkan barang dalam jumlah yang banyak.
Retur pembelian mengacu pada proses pembelian barang yang dilakukan penjual dari supplier. Jika penjual mendapatkan barang yang tidak sesuai ekspektasi, maka penjual berhak mengembalikan barang pesanan tersebut.
Sama halnya dengan retur penjualan, proses jual beli antara penjual dan supplier ini bisa terjadi dalam bentuk dua transaksi, yakni tunai dan kredit. Jika proses jual beli berjalan dengan cara tunai. Ketika kamu mengembalikan barang kepada supplier, maka supplier akan menyerahkan uang tunai sejumlah harga barang yang kamu kembalikan.
Tentu hal berbeda terjadi jika proses jual beli berjalan dengan cara kredit. Di proses ini, penjual belum melunasi pembayaran. Penjual bisa mengembalikan barang yang tidak sesuai ekspektasi ke supplier. Jumlah tagihan pembayaran akan disesuaikan dengan jumlah barang yang diterima oleh penjual.
Sama halnya dengan retur penjualan, retur pembelian juga memerlukan bukti transaksi di dalam prosesnya. Bukti tersebut adalah nota debit.
3 Faktor yang Menyebabkan Retur Terjadi
Retur adalah proses yang harus siap dihadapi oleh pihak penjual, supplier, ataupun pembeli dalam proses berniaga. Tidak hanya disebabkan oleh satu atau dua hal saja, retur bisa terjadi karena banyak faktor. Faktor-faktor tersebut, yaitu:
1. Barang Tidak Sesuai Spesifikasi
Ini adalah salah satu alasan paling umum mengapa retur bisa terjadi. Tidak sesuainya spesifikasi barang yang dikirim bisa dilihat dari beberapa hal.
Contohnya, pembeli tidak menerima barang yang sesuai dari segi ukuran, warna, model atau bentuk, dan lainnya. Jenis barang yang pembeli terima bisa saja sesuai, namun atribut atau spesifikasi yang menyertainya tidak sesuai dengan perjanjian awal.
Bisa juga, kasus yang terjadi adalah penjual salah mengirim barang ke pembeli. Kesalahan ini bisa salah merk atau mengirim barang yang benar-benar berbeda.
2. Barang Tiba Dalam Kondisi Rusak atau Cacat
Retur tidak hanya terjadi karena kelalaian penjual atau supplier. Retur adalah hal yang bisa terjadi karena kesalahan dari pihak distributor atau jasa pengirim barang.
Hal ini paling rentan terjadi, jika barang yang dikirim adalah barang pecah belah seperti kaca, keramik, ataupun yang terbuat dari tanah liat. Selain itu, barang elektronik juga rentan mengalami kerusakan di perjalanan.
Kerusakan barang yang kerap terjadi di perjalanan seperti pecah, retak, ataupun patah. Sehingga, pembeli tidak bisa menerima dan menggunakan barang tersebut sebagaimana mestinya.
3. Jumlah Barang Tidak Sesuai
Terkadang, retur bisa terjadi bukan karena kondisi atau spesifikasi barang yang tidak sesuai keinginan. Namun, retur juga bisa terjadi karena kelalaian penjual atau supplier dalam mengirim jumlah barang.
Contoh kasusnya jika penjual atau supplier mengirim barang melebihi permintaan. Sehingga, barang yang berlebih tersebut harus dikembalikan.
Contoh Retur
Setelah kita bersama membahas pengertian, jenis, dan faktor retur, kamu perlu mengetahui beberapa contoh kasus retur, agar lebih siap dalam meminimalisasi kemungkinan terjadi retur saat menjalankan bisnis. Beberapa contoh retur adalah:
1. Retur Penjualan
Misalnya si A adalah konsumen yang membeli barang di toko kamu secara online dengan harga Rp50.000,00. Setelah barang pesanan si A sampai, ternyata barang yang sampai tidak memiliki spesifikasi yang sesuai, sehingga si A memutuskan untuk retur.
Maka, kamu sebagai pemilik bisnis mencatat retur tersebut di jurnal keuangan bisnis. Kamu mengisi kolom debit dengan retur penjualan dan menulis piutang dagang pada sisi kredit, jika transaksi terjadi secara kredit.
Keterangan | Debit | Kredit |
Retur Penjualan | Rp50.000,00 | |
Piutang | Rp50.000,00 |
Namun, bila transaksi terjadi secara cash, maka jurnalnya adalah:
Keterangan | Debit | Kredit |
Persediaan Barang | Rp50.000,00 | |
Kas | Rp50.000,00 |
2. Retur Pembelian
Sebagai contoh, Anda seorang pengusaha yang berjualan baju atau jersey tim sepak bola. Kamu membeli stok jersey sebanyak 50 pcs dari supplier dengan total harga senilai Rp5.000.000,00.
Namun, saat barang yang kamu pesan sudah sampai, ternyata ada 5 pcs jersey yang sablonnya rusak. Maka, kamu memutuskan untuk retur ke supplier. Sehingga, retur penjualannya adalah Rp500.000,00.
Jika transaksi terjadi secara casj, di jurnal pencatatannya adalah Persediaan Barang akan tertulis senilai Rp4.500.000,00 dan Kas Rp500.000,00 di debit. Kemudian, di bagian kredit dapat kamu tulis Kas Rp4.500.000,00 dan Persediaan Barang Rp500.000.00.
Keterangan | Debit | Kredit |
Persediaan Barang | Rp4.500.000,00 | |
Kas | Rp500.000,00 | |
Kas | Rp4.500.000,00 | |
Persediaan Barang | Rp500.000,00 |
Tetapi, bila kamu bertransaksi secara kredit, maka jurnalnya adalah:
Keterangan | Debit | Kredit |
Persediaan Barang | Rp4.500.000,00 | |
Hutang | Rp500.000,00 | |
Hutang | Rp4.500.000,00 | |
Retur Pembelian | Rp500.000,00 |
Yuk, Minimalisir Retur di Bisnis!
Retur adalah hal yang tidak bisa pelaku usaha hindari sama sekali. Alangkah baiknya pelaku usaha dapat mengurangi terjadinya retur dengan cara memastikan kualitas barang, memastikan spesifikasi barang yang akan dikirim, dan memberikan perlindungan ekstra terhadap barang pecah belah.
Selain itu, kamu sebagai pelaku usaha juga harus mencatat retur di jurnal keuangan, agar dapat menjaga stabilitas neraca keuangan. Mempelajari konsep retur menjadi hal yang tidak dapat dipelajari hanya dari satu sumber. Anda perlu membaca beberapa buku yang berkaitan dengan retur.