Merupakan hal yang wajar apabila kita menyebut kapitalisme setiap kali membicarakan tentang dunia perekonomian. Kedua hal ini memang saling berkaitan, karena istilah tersebut merupakan salah satu ideologi yang banyak ditemukan praktiknya dalam bisnis. Lantas, bagaimana sejarah dan cirinya? Simak di sini!
Daftar ISI
Apa Itu Kapitalisme?
Seberapa sering Anda mendengar istilah tersebut tapi gagal memahami artinya? Sebenarnya, ada banyak sumber dan pendapat untuk menjelaskan apa arti dari kapitalisme. Secara garis besar, istilah tersebut menjadi salah satu sistem yang mendominasi jalannya perdagangan dunia.
J.M, Romein, menjelaskan istilah ini sebagai sistem ekonomi yang memiliki tujuan untuk mengadakan kegiatan produksi dengan tujuan menghasilkan keuntungan.
Sederhananya, bisa Anda simpulkan bahwa setiap orang berhak untuk memanfaatkan kekayaannya sebagai modal produksi usaha guna mendapat keuntungan.
Pengertian Menurut Beberapa Ahli
Ada banyak pendapat untuk mengutarakan makna di balik salah satu ideologi ekonomi berikut ini. Namun, yang ada di bawah adalah tiga versi pengertian dari tiga tokoh ternama dunia. berikut uraiannya:
1. Adam Smith
Adam Smith mengartikan istilah tersebut sebagai peluang dunia untuk makmur dan sejahtera dalam bidang ekonomi. Ini terjadi karena adanya peranan besar individu yang memiliki kekuasaan atas modal, alat-alat produksi dan distribusi, hingga kemampuan mengelola keuntungan.
2. Karl Max
Karl Max memaknai kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang dijalankan melalui proses produksi untuk satu tujuan yang sama, yaitu meraup keuntungan sebesar-besarnya.
3. Max Weber
Max Weber terus terang memaknai istilah tersebut sebagai ideologi yang positif dan sejalan dengan etika keagamaan. Ada pun, ideologi ini baginya adalah sebuah cambukan bagi individu untuk giat bekerja, disiplin serta tidak konsumtif.
Bagaimana Kapitalisme Bermula?
Menjadi pertanyaan bagi setiap orang memang, bagaimana sebenarnya ideologi ini bermula hingga akhirnya banyak diterapkan di seluruh dunia? Berikut sejarahnya:
1. Sejarah Awal
Ide ini pertama kali diungkapkan dalam buku berjudul “The Wealth of Nation” yang dipublikasikan pada 1776 oleh Adam Smith.
Buku tersebut secara implisit menggambarkan sistem ini dalam sebuah ilustrasi yang bertuliskan “Apa yang kita harapkan untuk makan malam kita tidaklah datang dari keajaiban si tukang daging, si pemasak bir atau tukang roti, melainkan dari apa yang mereka hormati dan kejar sebagai kepentingan pribadi.”
Selain itu, sumber lain juga menyebutkan tentang tumbuhnya sistem ini di Inggris, khususnya di abad 18. Pada saat itu, hubungan antara penyedia lapangan kerja dengan pekerja sarat dengan ideologi kapitalisme. Hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana cara penguasa tersebut memberikan layanan kepada bawahannya.
Beberapa contohnya adalah dari cara bagaimana buruh kerja mendapat pembagian porsi pekerjaan, lingkungan yang kompetitif, operasi pasar bebas, hingga produksi dengan tujuan mendapat keuntungan. Selain itu, semakin lama, para kapitalis semakin mempelajari pola perdagangan dunia untuk mengakumulasi keuntungan.
2. Sejarah di Indonesia
Asia menjadi belahan dunia berikutnya yang menjadi tempat berkembangnya ideologi satu ini. Semua berawal ketika Inggris dan Belanda secara bersamaan menegakkan tongkat bisnis mereka secara besar-besaran di Asia.
Ada pun yang kedua negara ini lakukan saat itu adalah mendirikan The East India Company oleh Inggris dan The Dutch East India Company oleh Belanda. Umumnya, organisasi perdagangan oleh Belanda ini biasa kita kenal sebagai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie).
Dalam hal ini, bentuk ideologi yang dilakukan Belanda adalah mereka meraih keuntungan yang besar dengan menjadi penguasa di negara lain. Dengan begitu, Belanda yang awalnya tidak memiliki sumber daya alam cukup untuk berbisnis dan meraup keuntungan, akhirnya bisa melakukan itu.
Kemudian, setelah VOC berdiri dan sistem tanam paksa mulai dilakukan Belanda, sistem perekonomian Indonesia berada di titik kapitalisme politik. Ini adalah suatu kondisi di mana ideologi tersebut menunjukkan adanya penggunaan kekuasaan atas kuasa milik orang lain untuk meraup keuntungan bagi dirinya sendiri.
Dari situlah, paham ini berkembang di Indonesia, bahkan masih ada hingga sekarang. Keadaan ini juga memungkinkan adanya paham tersebut dengan jangkauan segala batas ruang. Dalam artian, adanya kemungkinan besar bagi konsumen untuk turut mengambil peran di ranah produksi.
Ciri-Ciri Negara Kapitalis
Sebenarnya untuk melihat apakah suatu negara menganut sistem ini, bisa dilihat dari karakteristik perekonomiannya. Lantas, negara dengan ciri atau karakteristik seperti apakah yang termasuk ke dalamnya? Berikut uraiannya:
1. Timbunan Kekayaan Pribadi
Seperti yang disebutkan sebelumnya, perilaku kapitalis merupakan kondisi di mana yang berkuasa adalah yang mendirikan usaha dan meraup keuntungan sebesar-besarnya. Apabila di suatu negara terdapat banyak dari masyarakatnya yang suka menimbun kekayaan pribadi, maka disitulah ideologi ini dianut.
2. Kepemilikan Alat Produksi Atas Nama Pribadi
Di negara kapitalis adalah sebuah pemandangan yang biasa apabila alat-alat berat atau alat produksi lainnya diatasnamakan pribadi atau perorangan. Selagi mereka ada modal untuk melakukan hal itu, maka sah-sah saja.
Dengan kelengkapan ini, besar kesempatan individu untuk memperkaya dirinya tanpa perlu merasa berbagi dengan orang lain yang dirasa tidak ada kontribusi dalam pengembangan modalnya.
3. Modal Ada, Ide Bisa Apa Saja
Garis besarnya, sebuah negara yang menerapkan ideologi kapitalisme membiarkan semua masyarakatnya untuk tumbuh kembang dan berpenghasilan melalui bisnis. Asalkan, mereka mampu dalam hal pengadaan modal untuk proses produksi hingga distribusi dan lain sebagainya.
Dengan begini, siapa pun yang memiliki modal, kekuasaan dan kesempatan, dibebaskan untuk menciptakan bisnis atas dasar ide apa saja. Sekali lagi, pemerintah hanya bertugas memfasilitasi. Sedangkan bagaimana sistem penjualan berjalan, akan dipercayakan sepenuhnya kepada si pemilik modal.
4. Tidak Adanya Intervensi Negara dan Pemerintahan
Bagaimana kekuasaan perekonomian di sebuah negara kapitalis berjalan? Jangan terkejut, jika ternyata dalam segala prosesnya, intervensi negara dan pemerintahan sangat jarang bahkan tidak ada.
Semua kekuasaan, tanggung jawab dan mekanisme pasar diatur perusahaan swasta, dengan negara yang hanya menjadi regulator saja.
5. Eksploitasi Sumber Daya Alam Besar-besaran
Mengingat tujuan utama dari sistem ekonomi kapitalis adalah untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya, maka kemungkinan besar cara apa pun akan dilakukan oleh para pemilik modal. Termasuk untuk membabat habis sumber daya alam agar kebutuhan produksi mereka terpenuhi dan tetap berjalan.
Lagi pula, negara tidak akan menanggung sepeser pun proses produksi hingga distribusi. Jadi, akan sangat wajar apabila dengan modal yang dimiliki, orang-orang ini akan mengambil apa saja demi keuntungan berlipat.
Apa Tujuan Kapitalisme dan Bagaimana Dampaknya?
Sederhananya, tujuan dari ideologi kontroversial tersebut hanya satu, yaitu mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Semua dikembalikan ke tiap individu, jika modal cukup, maka semua bisa berjalan dan keuntungan bisa langsung masuk kantong pribadi. Tapi terlepas dari itu, apa dampak baik dan buruknya?
1. Dampak Positif
Dampak baik dan menguntungkan dari ideologi ini tentu saja bidang perekonomian yang diisi berbagai unit bisnis. Dengan begitu, ekonomi akan dengan cepat berkembang dan persaingan harga di pasar akan jadi lebih rasional.
Kemudian, dengan lebih banyaknya individu yang menanamkan modalnya pada berbagai ide bisnis yang segar. Maka, akan menciptakan persaingan ekonomi yang baik, kreatif, dan sehat. Jadi, indeks prestasi bisnis suatu negara bisa naik drastis dengan berbagai macam karakteristik bisnis yang punya kekuatan tersendiri.
2. Dampak Negatif
Di balik dampak positifnya, kapitalisme tentu juga meninggalkan berbagai dampak negatif yang perlu dikhawatirkan.
1. Kesenjangan
Pertama, kesenjangan sosial akan lebih terasa. Hal tersebut terjadi karena yang berkuasa adalah orang yang secara materi sangat berkecukupan untuk menanam modal bisnis. Beberapa orang yang bukan berasal dari golongan sama, pasti akan tertinggal jauh dan merasa tertindas karena minimnya kesempatan dari negara.
2. Individualisme
Kedua, akan semakin banyak penimbunan kekayaan oleh orang yang berkuasa. Dengan begini, sikap individualisme juga akan semakin kuat sehingga tidak ada kesempatan bagi orang lain untuk mengharap bantuan atau bahkan kesempatan. Dalam kasus lain, mungkin kita bisa menyebutnya egois.
Selain itu, budaya kebersamaan dan rasa saling memiliki antar warga negara akan semakin memudar. Sebab, orang-orang lebih mengutamakan kepuasan pribadi.
Contoh Kapitalisme
Anda bisa melihat contoh ideologi ini pada negara Amerika Serikat. Di mana kebanyakan industri dan bisnis dikuasai oleh pihak swasta dan pemerintah hanya memiliki peran sebagai pengawas.
Misalnya, industri penerbangan di Amerika adalah milik swasta. Jadi, pemerintah tidak dapat mengatur harga tiket dan akan mengikuti mekanisme sesuai permintaan dan penawaran.
Apakah Anda Setuju pada Kapitalisme?
Ideologi ini memang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Ide yang unik dengan ketersediaan modal cukup adalah dua kombinasi yang tak terhentikan. Hanya saja, terkadang beberapa negara tidak sesuai dengan sistem yang dianut di dalamnya karena bertentangan terhadap tata nilai kehidupan.