Hampir setiap tahun Indonesia selalu mengalami perubahan musim dan iklim yang membuat beberapa daerah mengalami bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Hal tersebut lantaran Indonesia mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Namun, pernahkah Anda berpikir apa penyebab curah hujan tinggi di Indonesia?
Secara umum, La Nina menjadi salah satu fenomena yang membuat Indonesia mempunyai intensitas curah hujan lebat. Namun, ternyata masih ada beberapa penyebab yang mendukung adanya perubahan-perubahan iklim di Indonesia. Apa sajakah itu?
Daftar ISI
7 Penyebab Curah Hujan Tinggi di Indonesia
Merujuk pada beberapa informasi dan sumber, ada 6 jenis penyebab curah hujan tinggi di Indonesia. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini:
1. La Nina
La Nina adalah fenomena alam akibat dari adanya interaksi antara permukaan laut dengan atmosfer di Samudera Pasifik. Fenomena ini terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur lebih dingin daripada kondisi normal.
Kemudian, kondisi tersebut akan diikuti oleh perubahan sirkulasi atmosfer yang berada di atasnya. Umumnya, La Nina akan membuat peningkatan angin pasat timuran menjadi lebih kuat daripada kondisi normal. Peningkatan tersebut bisa terjadi selama beberapa bulan.
La Nina berpengaruh pada pola iklim di seluruh dunia, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Akibatnya, Indonesia akan mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan, terutama pada bulan Oktober hingga November.
2. ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
Penyebab curah hujan tinggi di Indonesia yang kedua adalah ITCZ atau Intertropical Convergence Zone. Fenomena ini merupakan pertemuan yang terjadi antara angin pasat dari belahan bumi selatan dan utara, kemudian mengelilingi Bumi di sekitar ekuator.
Setelah terjadinya pertemuan angin, proses pembentukan awan akan dimulai. Awan tersebut memiliki potensi untuk menghasilkan hujan dengan curah yang tinggi. Hujan ini cenderung berlangsung secara berkesinambungan, artinya dapat terjadi dalam durasi yang lama dan terjadi secara berulang-ulang.
Pada fenomena ITZC, angin tidak akan selalu menetap di suatu daerah tertentu. Angin akan langsung berpindah sesuai dengan pergerakan matahari yang terjadi dalam kurun waktu tahunan. Bulan Januari biasanya akan membuat garis ITCZ berada di Indonesia.
Maka dari itu, Indonesia bisa memiliki cuaca yang sangat panas, sehingga bisa menyebabkan massa udara dapat lebih terangkat. Seringkali kondisi itu juga mempengaruhi tingkat curah hujan yang ada di daerah tersebut.
3. Suhu Permukaan Air Laut yang Hangat
Suhu permukaan air laut yang hangat juga dapat menjadi penyebab curah hujan tinggi di Indonesia. Hanya saja, meningkatnya suhu permukaan air bisa terjadi karena adanya dua faktor, yakni pertemuan dua arus laut yang panas dan sinar matahari.
Permukaan air laut yang hangat dapat menyebabkan penguapan yang membuat awan hujan bisa semakin meningkat. Penguapan yang meningkat tentu akan memberikan dampak terkait intensitas air hujan yang semakin naik.
Selain itu, ada dampak lain yang terjadi, seperti gelombang badai dan siklon tropis, baik di sekitar wilayah Indonesia maupun global. Sebenarnya, fenomena ini sangat berhubungan dengan El Nino dan La Nina, di mana keduanya bisa membuat intensitas curah hujan di Indonesia berubah-ubah.
Ketika suhu permukaan air laut meningkat, maka peluang terjadinya La Nina akan semakin besar dan tinggi. Akan tetapi, jika suhu permukaan air laut mengalami penurunan, maka besar kemungkinan fenomena yang terjadi adalah El Nino.
4. Madden Julian Oscillation (MJO)
Pernah mendengar adanya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO)? Jika Anda pernah mendengarnya, maka Anda sudah cukup paham dengan fenomena yang satu ini.
Pada sejarahnya, fenomena MJO pertama kali ditemukan oleh dua orang peneliti terkenal bernama Rolland Madden dan Paul Julian pada tahun 1971. Penyebab curah hujan tinggi di Indonesia yang satu ini berhubungan dengan interaksi antara atmosfer dan laut.
MJO merupakan sistem osilasi (goyangan atau getaran) yang terjadi antara atmosfer dan laut, lalu mengarah ke barat timur. Wilayah penyebarannya berada di Maritime Continet Equator atau Benua Maritim Indonesia yang terjadi sekitar 30 sampai 60 hari.
Adanya fenomena ini tentu saja akan berdampak langsung pada tingginya curah hujan yang ada di wilayah Indonesia. Pada periode Juni hingga Agustus, fenomena MJO ini bisa memberikan dampak sebagai berikut ini
- Perubahan pada kegiatan siklon tropis.
- Perubahan periode basah dan kering.
- Terjadinya perubahan pada angin monsoon.
Sementara itu, dalam periode bulan Desember sampai Februari, dampak MJO bisa berupa hal-hal berikut ini:
- Perubahaan pada monsoon.
- Perubahan yang terjadi pada periode basah dan kering.
- Perubahan kegiatan siklon tropis.
- Periode perluasan plume kelembapan tropis ke arah lintang lebih tinggi.
- Perubahan ENSO lewat gelombang kelvin yang ada di lautan.
5. Bibit Siklon Tropis
Siklon tropis adalah fenomena alam berupa badai berkekuatan sangat besar dengan radius rata-rata sekitar 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan dengan permukaan air laut yang hangat, yaitu di atas 26,5 derajat Celcius.
Selain itu, angin kencang yang berputar di dekat pusat badai ini memiliki kecepatan angin hingga mencapai angka 63 km/jam.
Penyebab curah hujan tinggi di Indonesia bibit tropis memiliki potensi meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan awan hujan. Oleh karena itu, bibit tropis memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan curah hujan bisa meningkat drastis.
Ketika fenomena bibit ini terjadi seluruh masyarakat disarankan untuk tetap waspada terhadap kondisi alam. Sebab, biasanya daerah iklim seperti Indonesia akan terkena dengan dampaknya berupa angin kencang dan hujan yang lebat.
Selain disebut siklon tropis, fenomena ini juga memiliki nama-nama lokal seperti taifun (typhoon) di wilayah Asia Timur, willy-willy di daerah Australia, dan Hurricane di daerah Amerika.
6. Kelvin dan Rossby
Fenomena Kelvin dan Rossby menjadi penyebab curah hujan tinggi di Indonesia yang keenam yang mana akan menjadi pembahasan kita kali ini. Fenomena ini memiliki hubungan erat dengan gelombang atmosfer yang aktif dan terjadi pada beberapa daerah di Indonesia, seperti Pulau Jawa dan Sumatera Selatan.
Dalam fenomena ini, antara gelombang Rossby dan gelombang Kelvin akan mengindikasikan potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang besar dan luas. Biasanya, fenomena tersebut terjadi di wilayah yang mempunyai fase aktif.
Pergerakan gelombang Kelvin biasanya akan dimulai dari arah Samudera Hindia ke Samudera Pasifik. Kejadiannya bisa membutuhkan waktu selama 30 hingga 40 hari bersamaan dengan MJO (Madden Julian Oscillation).
7. Angin Monsun Asia
Angin monsun merupakan angin yang bisa berhembus secara periodik dan terjadi selama tiga bulan. Fenomena angin monsun bisa memberikan peningkatan massa atau berat udara basah yang menjadi penyebab curah hujan tinggi di sekitar wilayah Indonesia.
Wilayah benua maritim Indonesia terdampak oleh dua angin monsoon global, yakni monsoon Asia musim panas dan monsoon Australia musim dingin. Pada musim hujan, angin monsson akan selalu terjadi pada bulan Januari hingga Februari.
Perlu Anda ketahui bahwa aliran angin monsson Asia bisa membentuk awan konvektif. Potensinya untuk masyarakat Indonesia adalah hujan lebat, hujan petir, angin kencang, dan cuaca buruk. Ada dua jenis angin monsoon yang terjadi, yakni barat dan timur.
Ketujuh Penyebab Curah Hujan Tinggi di Indonesia Ternyata Berdampak Besar untuk Masyarakat
Demikian penjelasan tentang 7 penyebab curah hujan tinggi di Indonesia yang berdampak besar untuk masyarakat. Kombinasi dari faktor-faktor di atas membuat Indonesia menjadi salah satu wilayah dengan curah hujan tinggi dan kaya akan keanekaragaman hayati.
Namun, curah hujan yang tinggi juga membawa risiko banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainnya yang harus dikelola dengan baik. Oleh karena itu, melalui penjelasan pada artikel ini, setidaknya Anda bisa lebih waspada terhadap cuaca buruk yang kemungkinan terjadi pada bulan-bulan tertentu.