Gerak Orogenesa: Pengertian, Jenis, & Contohnya

Sebagai gerakan di permukaan bumi, gerak orogenesa akan terjadi dalam waktu yang cenderung singkat. Biasanya, gerakan ini juga akan membentuk dataran rendah dan pegunungan. Ini karena proses orogenesa sangat mencolok untuk membentuk bentang alam. Lalu, apa dampak dari terjadinya gerak tersebut?

Apa Itu Gerak Orogenesa?

Orogenesa merupakan sebuah gerakan yang berasal dari permukaan bumi, volumenya cenderung cepat dan dapat menjangkau daerah sempit. Gerakan ini dijadikan sebagai perubahan kulit bumi yang memiliki laju kecepatan singkat daripada gerak epirogenesa.

Berdasarkan buku terbitan Djauhari Noor, yakni Pengantar Geologi (2014), orogenesa adalah kata yang berasal dari bahasa Latin, yakni oros dan genesis. Oros memiliki arti gunung, sementara genesis berarti pembentukan.

Proses orogenesa dapat terjadi di daerah luas, nantinya proses ini akan membentuk pegunungan. Di mana proses tersebut sering dijuluki sebagai Mountain Building Forces. Contoh dari gerak orogenesa adalah adanya pembentukan lipatan pegunungan muda di Sirkum Pasifik.

Lebih mendalam lagi, gerakan ini akan berproses pada permukaan bumi dengan melakukan gerakan vertikal maupun horizontal. Gerakan inilah yang nantinya akan menyebabkan pergerakan lempeng bumi terjadi.

Dengan demikian, permukaan bumi akan terangkat atau turun. Selain itu, gerakannya juga sangat cepat hingga melingkupi wilayah sempit. Pada gerakan ini, dapat mengakibatkan patahan dan lipatan.

Jenis-Jenis Gerak Orogenesa

Seperti yang diketahui bahwa, gerak orogenesa dapat mengakibatkan beberapa jenis pembentukan. Di antaranya adalah seperti di bawah ini:

1. Lipatan

Lipatan adalah hasil dari terjadinya gerak orogenesa yang prosesnya dilakukan secara horizontal. Melalui gerak horizontal, bentuk permukaan bumi akan terlipat  dengan kerutan dan membentuk pegunungan.

Bagian lipatan yang arahnya ke atas disebut sebagai antiklin. Sementara itu, bagian yang mengarah ke bawah adalah sinklin atau lembah lipatan. Adapun beberapa bentuk lipatan, yakni:

  • Lipatan Tegak: Tercipta karena adanya pengaruh tenaga horizontal yang sama dengan tenaga tangensial.
  • Lipatan Miring: Proses pembentukannya disebabkan oleh pengaruh tenaga horizontal yang tidak selaras.
  • Sesar Sungkup: Adanya pergerakan di dalam kerak bumi.
  • Lipatan Rebah: Bentuk ini akan tercipta, jika arah horizontalnya satu arah.
  • Lipatan Menutup: Adanya tenaga tangensial.

2. Pahatan

Pahatan adalah hasil dari gerak orogenesa, baik itu secara horizontal maupun vertikal. Gerakan tersebut akan mengakibatkan permukaan bumi menjadi retak, sehingga berakhir patah. Hal tersebut terjadi karena adanya tekanan yang dilewati titik patah batuan relatif cukup kuat dan sangat cepat.

Pada jenis yang satu ini, terdapat berbagai macam patahan yang bisa tercipta, antara lain:

  • Blok Mountain: Kumpulan pegunungan yang memiliki susunan berupa beberapa patahan. Di mana patahan tersebut terjadi karena tenaga endogen yang sudah retak.
  • Tanah Naik: Berupa dataran yang lebih tinggi dari dataran yang ada di sekelilingnya. Tanah naik adalah hasil patahan dari gerakan horizontal memusat, yakni gerakan yang memiliki dua atau lebih siklus. Dengan demikian, kerak bumi akan menjadi naik.
  • Tanah Turun: Kebalikan dari tanah naik, tanah turun justru memiliki dataran yang lebih rendah dari dataran sekelilingnya. Ini karena adanya tarikan dua arah, sehingga mengakibatkan kerak bumi menurun.
  • Sesar: Patahan ini adalah hasil yang disebabkan gerak horizontal yang tidak frontal dan pergeserannya hanya sebagian saja. Adapun 2 jenis sesar, yakni dekstral dan sinistral.

3. Pelengkungan

Jenis gerak orogenesa selanjutnya adalah pelengkungan. Pada suatu daerah (khususnya wilayah batuan sedimen) yang mengalami gerakan vertikal tidak merata, maka akan mengakibatkan terjadinya pelengkungan. 

Dengan demikian, akan menghasilkan perubahan struktur lapisan. Di mana yang tadinya berbentuk horizontal, kemudian berubah menjadi melengkung.

Jika struktur lapisan tersebut mengalami pelengkungan ke atas, maka akan menciptakan kubah. Akan tetapi, jika pelengkungan justru menuju ke bawah, maka akan membuat sebuah cekungan atau basin.

4. Retakan

Jenis gerak orogenesa lainnya adalah retakan. Terjadinya retakan dapat disebabkan oleh kontraksi pendingin lava yang sedang berlangsung, di mana mulanya bertekstur cair dan pijar. Selain pendinginan, retakan juga bisa terjadi karena adanya pergerakan endogen. 

Saat retakan terjadi di atas puncak antiklinal, maka itu disebut Tectonic Joint. Nah, retakan tersebut terjadinya karena adanya tekanan yang melebihi elastisitas pada perlapisan batuan.

Retakan memiliki bentuk yang berbeda-beda, itu tergantung jenis dan sifat dari batuan. Pada batuan granit, retakan cenderung telah tersusun dengan teratur dan memiliki letak yang tegak lurus satu sama lain. Semendara di batuan sedimen, pada umumnya retakan akan membentuk jaring poligon.

Contoh Gerak Orogenesa

Berbagai jenis gerak orogenesa akan membentuk banyak contoh signifikan yang ada di permukaan bumi. Adapun beberapa contoh hasil dari gerakan tersebut adalah bsebagai berikut:

1. Pegunungan

Pegunungan adalah istilah untuk mendefinisikan gabungan gunung yang membentuk permukaan bumi. Sehingga membuat permukaan bumi seperti bergelombang.

Selain itu, ada juga berbagai lembah dan lekukan yang ada di antara gunung. Adapun setidaknya 2 macam daratan pegunungan, di antaranya adalah Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.

2. Palung Laut

Gerak orogenesa juga dapat membentuk palung laut, yakni bentuk muka bumi di dalam laut. Secara umum, palung laut memiliki kedalaman yang lebih dari 5.000 meter. 

Selain itu, palung laut juga memiliki bentuk yang memanjang dan sempit. Ini karena adanya pengaruh dari proses penenggelaman yang akan terjadi terus menerus. Salah satu contohnya adalah Palung Laut Sibolga. 

3. Dataran Tinggi

Dataran tinggi memiliki bentuk datar yang berada di atas ketinggian 700 meter permukaan laut. Awalnya, dataran tinggi berasal dari dataran rendah. Di mana dataran rendah tersebut mengalami pengangkatan.

Akan tetapi, saat ini dataran tinggi telah mengalami erosi. Namun, ternyata masih ada sisa-sisa erosi yang membentuk berbagai puncak tinggi. Setiap puncak memiliki ketinggian yang sama. Sebagai contoh, misalnya seperti dataran tinggi di Bandung, Karo, dan lain sebagainya.

4. Depresi

Depresi merupakan bentuk muka bumi yang telah mengalami proses penurunan. Fenomena ini memiliki bentuk yang memanjang (slenk) dan membulat (basin). Sebagai contohnya, misalnya seperti depresi di Jawa Tengah.

5. Ambang Laut

Contoh gerak orogenesa lainnya adalah ambang laut. Ambang laut dijadikan sebagai bukit pemisah pulau-pulau. Awalnya, ambang laut berupa daratan yang ketinggiannya mengalami penurunan. Sehingga membuatnya tertutup laut. 

Selain itu, ambang laut juga bisa dijadikan sebagai pembatas untuk 2 lautan. Misalnya seperti Ambang Laut Sulu dan Selat Gilbatar. 

6. Plato

Plato atau Plateau adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan dataran tinggi. Plateau berasal dari bahasa Perancis yang artinya adalah meja tanah. Tidak semua plato memiliki daerah yang datar sempurna, namun cenderung relief rendah yang ada di atas ketinggian.

Sebagai salah satu bentuk muka bumi yang berbentuk dataran tinggi, bagian atas plato memiliki relief rata dan sudah pernah mengalami erosi. Contohnya seperti Plato Dieng di Jawa Tengah.

Sudah Paham Mengenai Pengertian Gerak Orogenesa?

Secara signifikan, gerak orogenesa memiliki peran penting dalam pergerakan dan pembentukan material di atas permukaan bumi. Oleh sebab itu, gerakan ini akan memberikan dampak kepada kehidupan di dunia. Baik itu dampak positif maupun negatif.

Jika melihat dari jenis-jenisnya, membuat permukaan bumi memiliki banyak bentuk hasil yang berbeda-beda. Akan tetapi, orogenesa juga mampu menghasilkan material muka bumi yang signifikan.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page